Lusiana harus mengorbankan dirinya sendiri, gadis 19 tahun itu harus menjadi penebus hutang bagi kakaknya yang terlilit investasi bodong. Virgo Domanik, seorang CEO yang terobsesi dengan wajah Lusiana yang mirip dengan almarhum istrinya.
Obsesi yang berlebihan, membuat Virgo menciptakan neraka bagi gadis bernama Lusiana. Apa itu benar-benar cinta atau hanya sekedar obsesi gila sang CEO?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hotel
Lusi mendadak gelisah saat mendengar kata hotel. Duduklah pun mulai tak tenang, seolah hotel cukup mengerikan. Padahal, hotel yang disewa oleh Virgo jelas jelas bintang lima, bukan hotel ecek-ecek tempat mesyum sekelas melati, anggrek atau apapun itu.
Sedangkan Roy, dia memeriksa tablet yang tersambung internet, mencari hotel terdekat dan hotel bintang 5 tentunya.
"Lima menit dari sini ada hotel JV. Marriot. Apa Bapak mau di sana?"
"Terserah kau saja. Aku hanya ingin tidur!" ucap Virgo.
Roy melirik spion, dia bisa melihat kegelisahan wanita yang duduk di belakangnya.
Pria itu kemudian kembali fokus mengemudi, karena sudah larut malam juga. Pasti semuanya ingin segera istirahat. Apalagi bosnya terang-terangan ingin tidur. Entah tidur dalam artian sebenarnya atau tidur untuk merayakan malam pengantin.
Walaupun tidak ada resepsi mewah, Virgo dan Lusi memang sudah sah secara agama. Keduanya sudah menikah, jadi wajar kalau mereka melakukan selayaknya apa yang dilakukan suami dan istri. Roy geli sendiri, kenapa dia malah memikirkan hal itu?
Gara-gara jomblo, Roy jadi kepikiran kalau ingin menikah juga. Namun, sampai detik ini belum ada perempuan yang 100 persen klik dengan dirinya. Itu karena Roy orangnya pilih-pilih. Seleranya terlalu tinggi dan sempurna, makanan tidak ada yang cocok.
"Ini hotelnya," ucap Roy sampai tak sadar kalau mereka tiba. Karena nyetir sambil pikirannya kemana-mana.
Satu persatu mereka turun, Lusi turun paling belakang sambil mengendong Tirta yang tertidur. Tak ada keinginan bagi Virgo untuk menggantikan mengendong, karena Virgo juga tak pernah mengendong anak. Ditambah lagi pria itu memang agak acuh. Mungkin belum terbiasa, karena semuanya serba mendadak. Mendadak dia jadi ayah, dan kini mendadak punya dua istri.
"Sebelah sini, Pak." Roy maju paling dekat. Karena dia yang akan mengurus segala administrasinya.
Setelah dapat kunci akses kamar, Roy memberikan satu untuk Virgo, sesuai perintah laki-laki itu, hanya menyewa dua kamar. Roy bisa saja balik ke apartemen sendiri, tapi siapa yang akan jadi sopir Virgo? Alhasil, lelaki itu ikut menginap.
Virgo menerima kartu akses untuk kamarnya, dia jalan duluan dan langsung masuk lift. Lusi jalan pelan, karena sambil gendong Tirta, sedangkan Roy, dia membawakan tas jinjing kecil milik Lusi. Isinya mungkin perlengkapan bayi, seperti DOT dan lain-lain.
Silahkan duluan, kata Roy saat Lusi akan naik lift. Roy lebih bisa menghargai manusia, daripada Virgo. Bahkan lebih perhatian daripada bosnya itu. Selama di dalam lift, tiga orang itu diam saja, kecuali Tirta, dia memang sudah tidur selama perjalanan tadi.
TIT!
Pintu lift terbuka, karena posisi Lusi di depan sendiri, dia pun keluar pertama. Disusul oleh Roy dan terakhir Virgo. Rupanya kamar keduanya berhadapan. Roy pun langsung membuka pintu kamarnya sendiri.
Begitu juga Virgo, dia pun langsung masuk. Membiarkan Lusi menenteng tas kecil. Tidak ada niatan untuk membantu sama sekali.
"Istirahat!" seru Virgo kemudian melepaskan jasnya. Ia meletakkan jas hitam itu di sandaran kursi.
Virgo kemudian ke kamar mandi untuk cuci muka. Niatnya cuci muka, tapi kok rasanya lumayan gerah. Ini karena sore tadi belom mandi. Alhasil, dia pun mandi juga.
Ada lima belas menit lebih dia di dalam kamar mandi, sedangkan Lusi merasa gelisah sendiri sambil menepuk-nepuk lembut kaki anaknya agar nyenyak tidurnya.
KLEK
Pintu kamar mandi terbuka, Virgo muncul dengan mengunakan jubah mandi yang disediakan pihak hotel.
"Kenapa menatapku seperti itu? Kau juga harus mandi. Aku tidak suka aroma yang bau!" celetuk Virgo kemudian mencari tasnya sendiri, ia menyemprotkan parfum ke area leher dan ke beberapa bagian tubuhnya. Aroma khas nan maskulin langsung menyeruak di dalam kamar.
'Wangi ini ... Aku menyukainya,' batin Lusi yang bisa merasakan kesegaran aroma parfum mahal milik Virgo.
Sadar sudah berpikir macam-macam, Lusi pun turun dari ranjang, pelan-pelan dia turun, agar tak menimbulkan suara. Nanti anaknya malah bangun.
Lusi kemudian ke kamar mandi, sudah ada alat mandi di sana. Karena rambutnya lepek, Lusi pun mengendusnya, gak bau kok. Tapi kenapa pak Virgo selalu menyindir nya baik terus saja?
Tidak mau dihina bau terus, Lusi pun keramas. Gosok gisi, mengosok seluruh tubuhnya dengan sabun beberapa kali. Biar wangi, biar tak insecure dekat Virgo yang selalu wangi tersebut.
Lebih lama dari Virgo, Lusi malah 20 menit belum keluar dari kamar mandi. Keluar-keluar, dia juga pakai jubah mandi, karena tadi belum bawa pakaian ganti. Ragu-ragu dia jalan ke sofa. Padahal di sana ada Virgo. Lusi mau mengambil baju ganti yang ada di tas.
"Permisi," ucap Lusi lalu mengangkat tas di sebelah Virgo.
Lelaki itu duduk masih pakai handuk seperti kimono, sambil satu kakinya diangkat ke atas kaki lain. Tangannya sibuk membuka iPad.
"Tidak udah ganti! Pakai itu saja!" celetuk Virgo tanpa menatap Lusi.
terimakasih juga kak sept 😇