Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Masih Sama
"Calvin!" seru Juwita.
Bagaimana tidak saat ini Calvin memojokkannya ke dinding hingga tak ada ruang lagi yang tersisa di antara mereka. Dalam hitungan detik Calvin mulai memajukan wajah. Juwita semakin gugup lantas cepat-cepat membuang muka ke samping.
"Pak, ada apa? Bisakah Bapak minggir. Saya mau bekerja," kata Juwita dilanda kepanikan. Aroma tubuh Calvin membuat jantungnya mulai berdetak tak normal.
Perlahan, lelaki bermata cokelat itu memundurkan langkah kaki kemudian memandang Juwita dengan tatapan datar.
"Sudah lama kita tidak berjumpa Juwi."
Perkataan Calvin membuat Juwita memberanikan diri menatap ke depan. Akhirnya Juwita dapat melihat wajah Calvin dengan sangat jelas. Masih sama seperti dulu, tampan dan berkharisma.
Apa Calvin sudah berubah sekarang? Pikir Juwita sejenak. Tentu saja Juwita merasa senang jika Calvin sudah berubah.
"Iya Calvin, bagaimana kabar—"
"Kuharap kamu dapat profesional dalam bekerja. Jangan sampai orang-orang di kantor tahu kalau kita punya hubungan," kata Calvin, dingin dan tegas.
Perkataan Calvin membuat Juwita tersenyum getir karena nyatanya laki-laki itu tidak berubah.
"Jangan buat keributan di kantor, aku tidak suka. Pergilah sekarang!" lanjut Calvin kembali seraya memandang Juwita dari bawah hingga ke atas.
Juwita kemudian menarik napas panjang, demi meraup udara di sekitar yang membuat dadanya terasa sesak sekarang. Walaupun menikah tanpa dasar cinta. Seiring berjalanannya waktu benih-benih cinta bermekaran di hati Juwita. Namun, dia sadar dan tahu diri. Calvin tidak akan menaruh hati padanya.
Lihatlah sekarang, Calvin tidak mau orang lain sampai tahu jika dia istrinya. Sikap lelaki itu masih sama seperti dulu, selalu dingin dan memandang rendah dirinya.
"Kamu tenang saja, orang-orang di kantor tidak akan tahu. Kalau begitu aku permisi dulu mau lanjut kerja," ungkap Juwita kemudian berlalu pergi dari ruangan tersebut.
***
Waktu menunjukkan pukul empat sore, yang artinya jam kerja akan usai sebentar lagi. Beberapa karyawan sudah bersiap-siap untuk pulang.
Termasuk Calvin yang baru saja menutup laptop dan menyelesaikan pekerjaannya. Di hari pertama bekerja sudah banyak dokumen yang harus dia periksa. Wajah lelahnya terlihat amat kentara sekarang.
"Calvin, karena kamu sudah selesai kerja. Temani aku belanja ke mall yuk!" Putri yang sejak tadi pagi berada di ruangan langsung bangkit berdiri dari sofa.
"Harus sekarang?" tanyanya dengan mengangkat sedikit alis mata sebelah kanan.
Wanita bertubuh elok dan berpenampilan glamour itu bibirnya mendadak manyun.
"Ih kamu lupa sama janji kamu kemarin, katanya kamu mau temanin aku ke mall kalau sudah selesai kerja," balas Putri, masih dalam mode merajuk.
Calvin membuang napas kasar lalu melangkah cepat menuju pintu ruang kerja. "Ayo, cepatlah aku tidak punya banyak waktu."
Mendengar hal itu, wajah Putri langsung berseri-seri. Dengan cepat ia menghampiri Calvin kemudian bergelayut manja di lengannya.
"Terima kasih Calvin, kamu memang yang terbaik,"kata Putri saat berada di luar pintu. "Aku mencintaimu."
Calvin enggan menyahut, memilih berjalan menuju lift dan mengabaikan tatapan rasa iri para karyawan wanita yang ditujukan pada Putri.
Setibanya di lantai satu, Putri berteriak histeris karena ada seorang anak laki-laki memakai topeng spiderman menabraknya tiba-tiba.
"Hei, apa kamu tidak punya mata?!" jerit Putri dengan mata melotot keluar.
Anak laki-laki yang diperkirakan berusia 5 tahun itu mendongakkan kepala.
"Astaga, Chelstel minta maaf ya Tante, soalnya tadi nggak lihat ke depan," balasnya. "Maaf ya."
Suara anak laki-laki ini sangatlah imut hingga para karyawan yang hendak pulang berkerja merasa iba. Mereka tak berani mendekat karena Putri yang disinyalir kekasih presdir di tempat mereka bekerja tengah marah besar sekarang. Jadi, mereka bermain aman dan hanya bisa menonton dari kejauhan. Berharap anak yang imut itu dapat lolos dari amukan singa.
"Alasan, di mana orang tuamu?! Siapa yang memperbolehkan anak-anak bermain di perusahaan ini hah?!" Putri melirik ke sana kemari, mencari di mana orang tua Chester. Berbeda dengan Calvin yang sejak tadi berdiri di samping Putri sembari memandang aneh Chester.
Mendengar suara Putri yang menggelegar. Chester terperanjat kaget sejenak.
"Sekali lagi Chestel minta maaf ya Tante, Mama Chestel nggak tahu Chestel ke sini, soalnya Chestel mau kasi kejutan, Mama ada di dalam, kayaknya lagi siap-siap pulang deh. Mama baru dua hali kelja loh di sini. Chestel senang banget," balasnya, memberanikan diri membuka suara. Meski sebenarnya di balik topeng anak itu mulai berkeringat dingin.
"Chester!" Seorang wanita berteriak tiba-tiba dari belakang.
Anak laki-laki bernama Chester itu mengalihkan pandangan dengan cepat, matanya langsung berbinar-binar.
"Nah itu Mama!"
o ya ko' Chester bisa ke perusahaan sendiri,dia kan masih bocah... sementara kan jarak rumah ke perusahaan jauh?