NovelToon NovelToon
Queenzy Aurora Wolker

Queenzy Aurora Wolker

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: aili

Queenzy Aurora Wolker gadis yang memiliki wajah yang cantik itu sangat menggilai seorang Damian Putra Throdhor Putra.Pewaris utama Keluarga Throdhor yang memiki kekayaan.nomer satu di dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24

Seperti yang terjadi tadi malam. Damian benar-benar marah dengan apa yang Aurora

lakukan. Dia langsung menarik lengan Aurora menuju kelas yang kosong paling ujung kemudian menatap tajam gadis itu.

"Apa kau tidak bisa berhenti?"

"Kau membelanya?" tanya Aurora tidak kalah melotot.

"Kau sudah keterlaluan."

"Bagi-ku tidak. Dia yang dulu mencari masalah. Jika tidak mau berurusan dengan-ku seharusnya dia sadar diri. Bukan makin menjadi."

Pasalnya menurut Aurora apa yang dia lakukan sudah benar. Sarah yang lebih dulu

mencari masalah dengannya bahkan sengaja melakukan hal yang jelas hanya akan membuat Aurora marah.Tapi di sini damian juga tidak salah. Apapun yang Aurora lakukan itu benar-benar sangat berlebihan. Damian merasa tidak suka dengan sikap Aurora yang seolah terus menjadikannya bahan menganggu orang lain atau lebih tepatnya seenaknya mengklaim sesuka hati. Seolah dirinya barang.

"Kau tahu? Kau hanya membuang waktu," ujar damian menatap jengah Aurora.

"Bagi-ku tidak."

"Kau mengacaukan hidupku. Aku hanya ingin ketenangan dan bukan menghadapi berbagai masalah yang kau ciptakan. Hidupku bukan soal mengurusmu saja, Aurora! Berhentilah membuat masalah."

Aurora diam. Apapun yang Damian katakan dia tidak akan mau menyerah lelaki ini harus

menjadi miliknya meski Aurora harus membasmi banyak hama di jalannya sekarang.

"Aku sudah pernah mengatakan ini padamu. Tapi akan-ku ulangi jika kau lupa."

Aurora mendekatkan wajahnya ke wajah damian walau mendongak.

"Aku hanya menginginkanmu. Apapun caranya aku akan mendapatkanmu."

"Kau hanya akan sia-sia. Aku tidak menyukaimu," tegas Damian memang merasa tidak punya perasaan apapun pada Aurora.

Baginya gadis ini sangat berisik dan membuatnya jengah setiap hari. Damian pikir saat Aurora mengacuhkannya, gadis itu sudah berubah. Tapi nyatanya Aurora bahkan lancang melakukan kekerasan hanya demi mendapatkan apa yang dia mau. Itu egois.

"Kita berbeda dan tidak akan pernah bersama.Tekan-kan itu dalam kepalamu,"

desis damian mendorong bahu Aurora yang mematung tertolak mundur.

"Damian!"

Suara Tiara terdengar dari arah pintu. Gadis dengan wajah lembut dan keibuan itu membuka pintu pintu dengan sedikit lebar menatap damian dan Aurora bergantian.

"Aku ingin bicara denganmu!" pinta tiara

hati-hati. Damian tak menjawab. Dia masih mengintimidasi Aurora yang terlihat mengepalkan tangannya.

"A-aurora! Apa bisa aku..."

"Ini akal-akalanmu-kan?" Tanya Aurora dengan wajah geram tidak bisa mengontrol Emosi nya lagi Tiara terkejut terlihat bingung.

"Maksudmu?"

"Jika kau tidak ikut campur urusanku. Apa hidupmu tak akan berjalan baik? Kau tidak

bisa bernafas jika bukan mengurusiku?" sinis Aurora tetapi Tiara terlihat sudah bisa paham maksudnya.

"Aurora! Aku hanya menjalankan tugasku dengan baik sarah tidak salah dan kau

"seharusnya jangan membully-nya di toilet. Dia sampai masuk rumah sakit karena trauma. Ini masalahnya, Aurora!"

"Bang*sat!! Aku bahkan ingin melenyapkanmu sekarang juga!!" maki Aurora terlihat benar-benar marah.

Tiara memucat berdiri dengan gestur takut. Muak dengan segala yang Tiara lakukan, Aurora akhirnya. Segera mendekat bersiap

segera mendekat bersiap meninju Tiara tapi damian mencekal lengannya.

"Lepaass!!"

Damian menatap dingin Tiara seolah meminta gadis itu pergi dan Tiara tidak mengerti atau lebih tepatnya linglung sendiri.

"Damian!"

"Jangan memanggil namanya!! Kau bajingaan!!"

"Damian aku takut, " lirih tiara mendekati damian dan bersembunyi di balik punggung

lebar pria itu. Meradang melihat perangai

Tiara, Aurora bersiap menerkamnya tapi damian mendorong tubuh Aurora sampai terjungkal ke lantai. Tentu itu mengejutkan

Tiara maupun damian yang semula berpikir dia hanya mendorong halus tapi tidak sengaja sampai membuat damian tersungkur. Namun Damian tidak menunjukan itu. Dia hanya diam menatap Aurora tanpa ekspresi seolah mehakimi gadis menyedihkan itu.

"A-aurora! Kau tidak apa-apa?" tanya Tiara khawatir. Aurora hanya diam. Dia merasakan nyeri dan ngilu di bagian tulang punggungnya akibat tersungkur ke lantai.

Hal itu membuat mata Aurora sedikit kabur karena di sana letak saraf saraf penting di tubuhnya.

"Aurora!"

"Tidak perlu mengkhawatirnya. Dia yang

paling berani, bukan?" Damian berkata seolah menyindir damian.

"Tapi dia tadi jatuh. Aku... aku akan menolongnya." Ketika tiara mendekat

kepalan tangan Aurora yang tadi siap meluncur langsung menghantam wajah Tiara sampai gadis itu ikut terduduk dengan hidung langsung mengeluarkan darah. Damian tidak terkejut tapi dia semakin tidak suka dengan

tingkah Aurora.

"K-kenapa kau memukulku ?"

"Aku bahkan ingin membunuhmu," jawab Aurora berdiri kemudian beralih pada Damian.

"Dan kau! Tetaplah seperti ini. Aku semakin ingin mendapatkanmu." Aurora pergi membawa amarah dan kebencian dalam dirinya. entah kenapa walau sikap damian seperti itu tapi tetap tidak mengurangi porsi

cintanya. Aurora sudah cinta mati karena sejak kecil hanya Damian yang menemaninya walau hanya sering dimaki.

Selepas kepergian Aurora, Tiara menatap sendu damian yang masih memandangi pintu tempat Aurora keluar. entah apa isi pikiran lelaki itu tiara tidak dapat menebaknya.

"Damian! Kepalaku sakit," keluhnya memegangi area kepala. Damian beralih menatap datar tiara bahkan tidak ada niatan mau menolong gadis itu sedikit-pun.

"Damian! Aku takut Aurora menargetkan aku. Aku sangat takut"

"Jika kau takut, kau tidak akan berani menyebarkan kasus ini."

Degg!

Tiara mematung. Damian masih setia dengan aura mendominasi dan tidak tersentuh itu bahkan Tiara tak dapat menangkap ekspresi lain kecuali tatapan tak berminat.

"Hapus apa yang kau kirim ke dalam grup sekolah. Jika niat-mu baik, jangan menyebar

masalah ini. Wakil Osis," ucap Damian terdengar memerintah kemudian pergi meninggalkan Tiara dalam lamunannya.

Dia masih syok. Bagaimana Damian tahu jika dia pemilik akun gosip sekolah? Padahal dia sudah merencanakan semuanya sebaik mungkin selama bertahun-tahun tapi kenapa?

"T-tidak. Damian mau ikut Olimpiade bersamaku, tidak mungkin dia mempunyai pandangan buruk terhadapku selama ini," gumam Aurora menampik.

Di sisi lain Aurora sedang dihadang anak-anak kelas 12 lain yang satu angkatan dengannya.

"Tega sekali kau ya membully teman sekelasmu sendiri?"

"Kau pikir kami diam itu karena takut kami hanya tidak mau bermasalah denganmuu!!"

"Itu sama dengan takut, bangsat!" sahut temannya membenahi. Aurora tidak berminat meladeni mereka. Dia sudah cukup muak dengan spesies seperti tiara dan tak mau terlibat cekcok dengan anak kelas lain.

Akhirnya Aurora hanya menerobos masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku nya seakan tidak ada masalah apapun. Mereka masih menggunjingkan soal Aurora diam-diam bahkan mengambil gambarnya untuk dijadikan bahan gosip.

"Ra!"

Rama berlari terengah-engah memasuki kelas menghadap Aurora. Anak-anak lain penasaran dengan apa yang mau Rama katakan terutama kenan yang tadi masih ada di kelas. Sementara rafa dia pergi entah kemana.

"Ra! Ini bahaya. Bahaya tingkat dewaa!!"

Aurora memasang headset di telinganya seakan tak peduli.

"Gambar-gambar Sarah telah tersebar sampai ke ruang Guru. Orang tuanya sekarang mengamuk meminta pertanggung jawaban kita harus bagaimana?"

"Orang tua sarah ada di ruang Guru. Pasti sangat sedih saat anaknya dibully seperti itu"gumam yang lain berbisik. Aurora abai. Ia melipat kedua tangannya di atas meja kemudian membenamkan wajahnya ke sana sejenak berniat mau tenang karena kepalanya agak pusing. Melihat Aurora tidak peduli. Rama jadi panik sendiri

"Damian! Hanya itu yang bisa membantu aurora, "batin Rama bergegas mencari damian. Karena power dan kekuasaan damian amat besar di sekolah ini, dia pasti bisa membantu Aurora keluar dari masalahnya kali ini. Jika tidak Aurora pasti akan di DO.

"Damian!!" Rama mencegat damian yang baru setengah jalan menuju kelas.

"Tunggu! Aku..aku mau bernego," ujar Rama ragu-ragu karena tidak cukup berani menghadapi damian.

"Maksudku... Aurora sedang dalam bahaya. Jika masalah ini tidak selesai, dia pasti akan di DO,"

"Bukan urusanku," tegas Damian melewati Rama yang tercenung dan kembali melangkah buru-buru mensejajarkan dirinya dengan damian.

"Sekali ini saja. Aku tahu Aurora itu emosian dan sumbu pendek tapi itu bukan salahnya.

Aurora mencintaimu dan kau objek penyulut paling ampu selain orang tuanya."

Damian masih mengacuhkan Rama. Dia pergi ke kelas dan menemukan Aurora tidur di tengah kebisikan yang langsung hilang saat kedatangannya ke sini. Terbukti dengan gerakan punggung Aurora yang naik turun stabil menandakan dia tidur lelap. Lama damian menatap Aurora yang masih bisa tidur padahal dia sedang terancam masalah besar. Selain akan diproses hukum, Aurora bisa saja tidak akan mendapatkan sekolah apapun lagi setelah keluar dari sini.

"Kau ingin membantunya atau aku?"

Damian melirik dengan ekor mata elang nya kehadiran arsenio yang tiba-tiba muncul. Kedua lelaki itu seolah perang dingin melalui aura yang disebar.

"Jika kau memang tidak menyukainya. Izinkan aku menggantikan posisimu," lanjut Arsenio serius.

Damian tidak menanggapi Arsenio. Dia pergi ke tempat duduknya. Justru menghelanafas. Damian benar-benar membuat langkahnya tersendat. Ingin maju tapi masih ada rasa ragu di hatinya. Alhasil arsenio masuk mendekati meja Aurora. Tentu kehadirannya membuat heboh satu kelas karena Aurora juga salah satu idola di sekolah ini.

"Arsenio ketua Geng Black cobra bahkan turun tangan."

"Sebenarnya ilmu apa yang Aurora punya sampai banyak lelaki kaya raya ada di sekelilingnya?" Arsenio mengabaikan mereka. Tangannya terangkat mau menyentuh pundak Aurora tapi tiba-tiba Aurora terbangun karena kehebohan kelas.

"Kau.." Aurora heran menatap arsenio dan menoleh pada damian yang sibuk dengan urusannya sendiri. Benar-benar lelaki susah didekati, umpat Aurora.

"Kau pasti lelah. Istirahatlah di UKS."

"Ada apa?" tanya Aurora tidak merespon ucapan arsenio tadi.

"Kau akan dipanggil ke ruang Guru."

"Lalu?" tanya Aurora masih setengah mengantuk. Dia akan seperti ini jika tubuh dan pikirannya benar-benar lelah. Aurora akan mudah tertidur dan mengantuk.

"Kau tidak takut?"

"Tenang saja. Aku tidak akan kalah. Apa yang ku mau akan ku dapatkan." jawab Aurora menekan kata-katanya sembari melirik damian yang tidak peduli. Padahal Aurora memang sudah memikirkan solusinya sejak awal. Dia punya rencana cadangan. Tidak asal membully Sarah saja.

1
Nuzul'ea
damian ini cuek tapi perhatian,yaa walaupun aurora gak tau
بنتى بنتى
next
N Kim
terima kasih😊
Dewi hartika
next thor terus, berinspirasi selalu, semangat.
Nuzul'ea
kak semangat terus up nya aku tunggu,ceritamu kerenn/Ok//Good//Good//Good/
Dewi hartika
hem udahlah tinggalkan damian itu, karna tak menghargai perjuanganmu, lebih baik jalani hidup dengan kebahagiaan, dari pada kecewa dan rasa sakit, next thorr.
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut
Aisyah Azzahra
Saya sangat menyukai cara penulis menggambarkan suasana.
N Kim
terima kasih sudah mau membaca ceritaku/Smile/
Tsumugi Kotobuki
Ceritanya asik banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!