Jika tak percaya adanya cinta pada pandangan pertama, Rayyan justru berbeda, karena semenjak melihat Mbak Tyas, dia sudah langsung menjatuhkan hati pada perempuan cantik itu.
Dan dia Rayyan Asgar Miller, yang jika sudah menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya dengan cepat.
"Ngapain masih ngikutin? Kan tadi udah aku bayarin minumannya tah!?"
"Bayarannya kurang Mbak!" Rayyan menyengir lalu menunjukkan sebelah pipinya. "Kiss sepuluh kali dulu, baru aku anggap impas."
"Astaghfirullah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DB TIGA SATU
Axel memang setuju Rayyan menikah dini seperti King Miller, ia tak masalah karena itu justru bagus, sebab menghindari zina atau pun sesuatu yang mendekati zina itu baik.
Dia percaya jika aturan jodoh sudah ada takarannya, tapi tidak lantas Axel juga begitu saja mengabaikan kesalahan cucunya.
Pernikahan diam diam ini jelas salah Rayyan, kenapa tidak langsung bicara baik- baik sebelum bertindak sementara dia masih berada di bawah keuangan keluarga.
Maka dari itu, Axel mengabulkan cita- cita Rayyan, untuk menjadi mandiri. Lagi pula tak ada yang salah dengan pekerjaan menjual ikan, semua pekerjaan baik dan terhormat selama itu halal.
Dari layar ponselnya Aisha melihat, Rayyan berdiri di depan rumah kecil yang langsung menghadap Empang. Tyas tampak memencar matanya ke segala arah.
Ada satu gubuk bambu yang tampak estetika di depan sana, dan sepertinya itu sengaja di siapkan untuk duduk- duduk. Dan video ini Aisha dapatkan dari orang- orang suaminya.
"Dia akan baik- baik saja, Sayang..."
Sontak, Aisha menoleh, menatap wajah King yang merangsek di sisinya. "Kamu sudah selidiki siapa yang Rayyan nikahi kan King?"
"Sudah..." King lalu berbaring di atas bantal miliknya. Keduanya sama sama meluruskan posisi, juga menarik selimut putih yang sama.
Setelah memastikan Rayyan aman di rumah barunya, King kembali ke Jakarta. Tapi dia juga tak lupa untuk menyelidiki siapa itu Tyas.
King menoleh, dan Aisha pun melakukan hal yang sama, keduanya saling tatap. "Adik Tyas mondok di pesantren Eyang Kiyai."
"Hah?"
Aisha tampak terkejut karena hal ini tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Di mana ternyata masih ada sangkut paut mereka meski hanya kebetulan kecil saja.
"Tyas juga pernah mondok di sana. Bahkan, Ning Halwa mengenal baik."
"Beneran?" Aisha lebih terkejut lagi. Jadi, Ning Halwa mengenal istri Rayyan yang bahkan tak dia kenali sama sekali.
"Ayah Tyas baru saja meninggal, jadi Rayyan yang sekarang bertanggung jawab atas Tyas dan adiknya, itu yang buat Rayyan kita kukuh untuk memilih mandiri dari pada merengek sama kamu, anak badung itu pasti merasa tidak bersalah sama sekali."
Rayyan dan watak kerasnya begitu menyatu, tak bisa Rayyan mengaku salah jika memang yang dia lakukan bukan hal yang menurutnya tidak pantas disalahkan.
"Masha Allah..."
Aisha tersentuh, selain terenyuh pada kondisi Tyas yang sudah tak memiliki orang tua, Aisha juga resah karena tanggung jawab putra nakalnya begitu besar sekarang.
Ini yang sebenarnya membuat Aisha shock dan tak ingin menerima pernikahan ini. Aisha hanya takut Rayyan belum bisa mengemban tanggung jawab sebesar pernikahan.
Aisha akhirnya diam memikirkan nasib Rayyan yang Masha Allah, kenapa anak itu seberani ini mengambil langkah. Menikahi wanita demi mensejahterakan-nya.
Sementara, Rayyan sendiri belum bisa dikatakan sudah sejahtera. Rayyan masih bernaung di bawah keuangan dan fasilitas keluarga Miller.
Jujur, Aisha terharu biru hingga terasa begitu sesak dadanya, kini. Dan ternyata King pun terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Kamu kenapa belum tidur, King?" Setelah cukup lama diam diaman Aisha kembali menoleh dan menegur suaminya.
King menghela napas berat. "Punggung, Rayyan pasti kesakitan sekarang," lirihnya.
Itu yang King pikirkan sedari tadi, dan bagaimana seorang ayah bisa tertidur nyenyak sementara siang tadi dirinya lah yang menjadi penyebab sang putra tercinta menderita malam ini, mungkin.
"Jadi apa rencana kamu setelah ini?" tanya Aisha.
"Melegalkan pernikahan mereka," jawab King.
Tak peduli meski nantinya Syahrul protes, Nabeel tantrum, Fasha marah. King hanya ingin melakukan tugasnya sebagai seorang ayah bagi Rayyan yang memang sudah lebih dulu bertemu dengan jodohnya.
King menggenggam tangan istrinya lalu dia cium demi kenyamanannya. "Kita buat acara besar layaknya keluarga Miller yang lainnya."
"Terus kapan Rayyan dikembalikan ke rumah utama lagi?" Aisha hanya tak tega, putra yang manja menjalani hidup di rumah kecil dengan fasilitas yang terbatas.
"Kamu bilang mau test kelayakan Tyas?"
"Ning Ayra Marwa pasti sedih." Aisha teringat calon istri pilihan yang sudah pasti kecewa mendengar berita pernikahan Rayyan.
"Andai Tyas meninggalkan Rayyan karena hidup di rumah kecil. Semoga Ning Ayra masih mau menerima Rayyan," harapnya.
itu kata om opik
itu juga yg ak alami
skrg tertawa
bebrapayjam lagi cemberut
lalu g Lma pasti nangis