Kisah ini bercerita mengenai sepasang suami istri yang di satukan dalam pernikahan karena perjodohan semata, Dafa... tidak pernah menerima pernikahannya dengan zila, karena di hati Dafa ada anak perempuan lain yang bertakhta di sana, sedangkan zila sangat bahagia dengan perjodohan itu, karena zila sudah lama mencintai Dafa, sampai satu tahun pernikahan mereka dafa tidak berubah juga, sampai akhirnya zila mengandung, perlahan Dafa berubah dan mulai memerhatikan zila, tapi kehadiran masa lalu Dafa kembali mengguncang rumah tangga mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunci kamar hilang
..."Bukan tidak ingin memulai lagi, hanya saja ragu jika belum ada rasa di dalamnya "...
Tok
tok
tok
Zila melepas kaca mata bacanya dan turun dari ranjang, dibukanya gagang pintu kamar, di depan kamar sudah ada Daffa dengan penampilan kacau, pria itu baru saja pulang dari rumah sakit, baju kusut , yang seharian ia kenakan untuk bekerja masih melekat di tubuh gagahnya.
"Ada apa"
"saya lupa di mana meletakkan kunci kamar saya"
akhirnya zila paham dengan kondisi pria itu, Daffa kehilangan kunci kamar nya, sedari tadi zila memang mendengar suara Daffa berlalu lalang di dalam rumah sejak kepulangan nya. Pria itu prustasi mencari di mana ia meletakkan kuncinya. Ada rasa iba di hati zila , Wajah Daffa terlihat sangat lelah, pria itu butuh istirahat tapi sampai sekarang Daffa belum menemukan di mana kuncinya
"Apa anda sudah makan malam"
Daffa menggeleng
"Mandilah dulu, nanti saya bantu mencari nya"
"Tapi saya nggak punya baju ganti"
"ada, baju tadi pagi yang saya cuci baru kering, dan saya baru selesai melipat nya"
Daffa akhirnya setuju, zila meraih tas kerja Daffa dan memberikan handuknya untuk Daffa.
menunggu Daffa selesai makan , zila turun ke dapur untuk memasakkan sesuatu untuk Daffa.
Tidak rumit hanya ada ayam yang sudah berbumbu di dalam kulkas, Zila hanya menggoreng satu ayam, karena dia sudah makan sebelum Daffa pulang, Daffa turun kebawah menemui zila.
Daffa duduk di depan sambil memperhatikan kesibukan zila.
Zila menyendok nasi ke piring Daffa, zila juga menuangkan air dari dalam teko ke gelas Daffa.
"Maaf, cuman bisa menyiapkan ayam goreng ini, Takutnya anda menunggu lama kalo saya memasang masakan lain"
"Tidak masalah, makasih, kamu sudah makan?"
"iya sudah, anda makan lah saya mau cari kuncinya dulu"
Daffa mengangguk dan memasukkan satu sendok nasi juga ayam goreng yang sudah di potong potong zila menjadi bagian kecil agar mudah di makan Daffa.
Zila ikut duduk di samping Daffa, di sofa ruang tamu,
"Kuncinya nggak ada, apa anda tidak punya duplikat nya"
"Kalo saya punya , sudah saya gunakan sekarang"
betul juga , buat apa susah susah mencari kalo daffa menyimpan duplikat nya. Hari semakin larut keduanya bingung mencari kunci yang tidak kunjung dapat.
"Masuklah, kamu kelihatan sudah sangat mengantuk"
"Kalo begitu saya duluan yaa"Tanpa basa basi zila sudah melenggang pergi meninggalkan daffa
tidak ada pilihan Daffa terpaksa tidur di atas sofa, Daffa meringkuk di atas sofa yang ukurannya tidak sesuai dengan tubuhnya. Sesekali Daffa menggesek gesekkan kakinya karena cuaca malam yang dingin.
di tempat lain zila yang merasa haus , turun ke dapur karena lupa menyimpan air minum di dalam kamar.
Zila tersentak mendengar bunyi yang cukup kuat dari ruang tv. dengan takut zila berjalan ke arah luar , terkejutnya lagi, zila melihat Daffa yang sudah duduk sambil memegangi kepalanya.
"Astagfirullah , anda kenapa" zila ikut duduk bersimpuh di depan Daffa
"Saya jatuh, tadi saya tidur di sofa, mungkin karena terlalu bergerak saya jatuh dan kepala saya terbentur ujung meja"
"Astagfirullah, coba sini saya lihat" zila sungguh kawatir melihat Daffa , di tiup nya kepala Daffa dengan lembut, Daffa tersenyum bahagia melihat kekwatiran zila.
"kening anda perlu di kompres , kening anda Memmar "
"Tidak perlu , melihat kamu begitu kawatir Saja , sudah cukup membuat rasa sakitnya hiling" Daffa tersenyum jahil menggoda zila, zila yang salah tingkah dengan ucapan Daffa menjauhkan tangan nya dari kening Daffa dan berdiri dengan bertumpu di sofa.
"Baru jam 1 di ni hari , tidur lah lagi , saya juga akan tidur"
"Zila"
zila yang tadi mulai menjauh menghentikan langkahnya, kembali menatap Daffa
"Bolehkah malam ini saya tidur di kamar kamu, saya bisa jatuh lagi kalo tidur di sofa"
zila mengangguk mengiyakan dan berjalan lebih dulu karena masih Malu dengan ucapan Daffa tadi
Zila lebih dulu berbaring di atas ranjang , menenggelamkan tubuhnya dengan selimut.
disusul Daffa yang sebelumnya masuk ke kamar mandi, Daffa menutup pintu kamar zila, dan ikut berbaring di samping zila.
"Kamu bisa kehabisan nafas Zil" Daffa menurunkan sedikit selimut zila yang menutupi wajahnya. Zila hanya diam berpura pura tidur
"Zil"
."Apa?, saya ngantuk, tidurlah"
"Tadi berangkat kerja pake motor?"
"iya"
"mulai besok saya yang akan mengantar kamu"
"tidak perlu saya___"
"kalo kamu menolak saya pastikan setiap langkah kaki kamu ke kantor, tidak akan di ridho Allah"
deg
kata kata Daffa berhasil menampar zila, Tidak ada pilihan lain zila mengiyakan, padahal tadi, zila ingin menolak mentah mentah.
Jangan salahkan zila aja, Daffa juga salah, zila hanya melakukan keinginan Daffa.
"Gimana kerja nya hari ini'
"Daf , kalo mau ngobrol besok aja yah, saya ngantuk"
"emm, tidurlah"
.....
"Zila bangun seperti biasanya, kali ini ia merasa ada sesuatu yang menimpa perut nya, zila sudah bisa menebak apa itu, iya tangan kekar Daffa melingkar sempurna di Perut nya, zila berusaha menyingkirkan tangan Daffa dari atas perutnya, bukannya berhasil Daffa malah mempererat pelukannya , menjadikan zila sebagai gulingnya.
"Tetaplah seperti ini sebentar" Ucap Daffa tepat berada di belakang leher zila dengan suara khas bangun tidur, nafas Daffa bahkan bisa zila rasakan menerpa lehernya.
"anda harus ke masjid , bangunlah saya mau mandi dan menyiapkan sarapan"
"Sebentar"
Zila pasrah dan membiarkan daffa merengkuh nya, sebenarnya posisi seperti ini tidak Baik untuk kesehatan jantung zila, posisi mereka terlalu dekat.
"Zil"
"Hem"
"Kamu meragukan ketulusan saya ya__hem"
"maksud anda"
"Apa kamu memang tidak mengerti atau memang tidak mau mengerti"
Hening zila memiliki bungkam.
"Zila"
"apa"
"kamu ga mau ya , memulai semuanya dari awal bersama saya"
"daf, kalo di ibaratkan, saya ini hanyalah Penumpang kapal Anda, kemana Anda membawa saya berlayar , saya akan tetap bertahan di atas kapal, tanpa mau protes, karena saya yakin anda sebagai nahkodanya akan mencari jalan menuju pelabuhan terkahir, jika pun anda memilih untuk tetap berada di atas kapal dan tidak menjalankan kapal nya dan membiarkan penumpang anda terombang ambing di lautan, ada dua pilihan yang akan di lakukan penumpang itu, pertama tetap bertahan di atas kapal, atau melompat dan menunggu bantuan datang, tanpa tau kapan hari itu akan datang"
"Kalo saya memilih untuk melanjutkan perjalanan, setelah mengambang di tengah laut cukup lama gimana , apa setelah itu kita sampai di darat kamu tetap mau bersama saya di atas kapal dan melanjutkan perjalanan dengan kapal yang sama atau pergi meninggalkan saya'
"tergantung"
"tergantung?" Daffa mengulang ucapan zila
"iya, tergantung, kalo saya sudah mulai pusing karena terlalu lama mengambang di lautan, mungkin saya lebih memilih berhenti di pemberhentian itu, dan tidak melanjutkan perjalanan untuk ke dermaga terakhir bersama anda"
Daffa menarik zila agar lebih dekat dengannya, di rengkuhannya tubuh zila posesif, kakinya mengunci kaki zila
"Tidak, saya tidak akan membiarkan kamu pergi, kita akan bersandar di pelabuhan terakhir menggunakan kapal yang saya nahkodai"
"apa kamu belum memaafkan saya"
"Hey, kenapa diam"
" Saya lelah daf" suara zila bergetar, daffa yang paham akan hal.itu membalik tubuh zila agar menghadap kearahnya
"Maaf kan saya, pasti sulit untuk kamu ya, maaf"
"jangan menangis lagi"
Alhamdulillah..
Maaf mbak author, sedikit masukan dalam penulisan :
Biasanya, bukan biyasanya
Siapa, bukan siyapa
Semangat dalam berkarya mbak author..
Dan terimakasih atas karyanya yang sangat menghibur..
🙏💖
Tetap semangat mbak...
Selamat buat karya-karyanya ya..
sebenarnya tuh aku masih bingung sama alur ceritanya..apa lagi sama masa lalu daffa