Halo semua nya. Ini novel author yang ke 3. Di novel ini pemeran utama nya agak berbeda dengan dua pemeran utama di novel author yang lain.
Selamat membaca, dan semoga kalian suka.
Setelah di selingkuhi, dan di tinggal nikah oleh sang kekasih, Mawar di jodohkan dengan anak dari majikan Bapaknya. Bukan nya Mawar tidak mau, hanya saja laki-laki itu bertingkah layak nya wanita. Bapaknya yang seorang supir keluarga itu, terpaksa menerima perjodohan Mawar dan Angga. Banyak yang di harapkan dari pernikahan mereka berdua. Entah bagaimana nasib Mawar selanjutnya.. Selamat membaca. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Laki-laki? Dia laki-laki? Tidak mungkin laki-laki seperti ini penampilan nya. Kalian mau bohongi saya, ya. Tidak mempan ya. Saya telah tidak percaya dengan kalian." Ucap Ibu itu yakin.
"Eh bu, nggak ada kerjaan sekali kami mau ngerjain Ibu. Kami itu orang yang sibuk. Dan Ibu ini, atas dasar apa nuduh calon suami saya sebagai pelakor. Lihat tu bentuk suami mu. Aku aja yang wanita tulen nggak berselera. Sudah bau tanah juga."
Angga hanya tertawa saat mendengar Mawar bicara. Jika Mawar sudah mengeluarkan jurus nya di jamin semua orang bakal urut dada.
Syukur-syukur ibu ini tidak memiliki darah tinggi atau penyakit jantung. Bisa berabe nanti nya berhadapan dengan Mawar yang bar-bar bin ajaib.
"Kamu mengejek suami saya? Tadi itu, saya melihat wanita ini mengikuti suami saya sampai toilet. Maka nya saya coba ikuti. Dan ternyata ia juga ke toilet laki-laki."
"Hey bu ibu yang selalu pengen di anggap benar. Dengar ya. Ini calon suami saya ini, dia laki-laki. Wajar dong masuk toilet pria. Ibu aneh deh. Main tuduh orang sembarangan saja."
"Dia yang aneh. Udah tahu laki-laki, kok penampilan nya kayak banci."
"Ya suka-suka dia dong. Lagian bu, Lebih baik penampilan banci tapi dia perkasa dan kuat. Dari pada penampilan laki-laki tapi letoy. Belum apa-apa udah lemes duluan. Nggak banget tahu nggak." Ucap Mawar dengan nada mengejek.
Ampun deh mulut Mawar benar-benar buat Angga pengen cepat-cepat menghalalkan nya. Bukan nya marah, Angga malah sudah tidak tahan lagi untuk tidak tertawa.
Ibu itu langsung syok. Ia tidak mengatakan apapun lagi. Ia akhir nya pulang bersama sang suami.
Entah apa yang di katakan Mawar benar. Jika benar, untuk apa juga ia mencurigai suami nya yang bertemu dengan pelakor.
"Kita nggak jadi makan ni?" Tanya Angga kemudian.
"enggak! Aku udah nggak nafsu lagi untuk makan. Nyebelin banget sih tu ibu-ibu. Kamu lagi. Udah tahu mau ke toilet. Itu rambut kenapa nggak di ikat dulu. Sini, biar tak ikat pake karet."Ucap Mawar.
Dengan enak nya Mawar meminta karet dari penjual makanan pinggir jalan dan mengikat rambut Angga yang indah itu.
" Model apaan ni ikat nya kaya gini? "
" Model tai kebo!"
Mawar masuk ke dalam mobil, dan di ikuti oleh Angga yang masih penasaran dengan model rambut nya.
"Terima kasih ya tadi. Udah membela aku."
"Ya trus kalau bukan aku, siapa lagi yang belai kamu? Udah jelas-jelas aku ada di sana."
"Udah dong ngambek nya."
"Aku nggak ngambek. Cuma lagi lapar aja."
"Tadi aku ajakin makan nggak mau."
"Males kalau nanti ketemu lagi dengan spesies yang sama."
"Ada-ada aja kamu ini. Yaudah, kita ke apartemen aku aja ya. Makan di sana."
"Oke deh."
Mobil meluncur ke arah apartemen yang selama ini menjadi tempat tinggal Angga jika ia sedang penat.
"Sampai. Nih kode nya. Aku mau beli sesuatu dulu."
"Nggak apa ni kalau aku masuk duluan?"
"Nggak apa kok. Kan kamu calon istri."
Wajah Mawar kembali merona. Ia sangat bahagia karena Angga selalu bisa menjaga mood nya.
Mawar pun naik lift dan menuju apartemen milik Angga. Setelah menekan kode, ia pun masuk.
Ia di sambut dengan wangi lembut pengharum ruangan yang ada di sana. Apartemen Angga sangat wangi dan juga rapi.
Semua nya tertata. Mawar bahkan segan untuk memijak lantai nya yang kinclong. Mereka berdua seperti bertukar kepribadian.
"Mungkin ini lah jodoh ya. Kami itu saling melengkapi." Ucap Mawar.
Mawar pun berkeliling melihat-lihat semua yang ada di sana. Ia pun dengan berani masuk ke kamar Angga.
Di kamar itu, terdapat sebuah lukisan seorang wanita. Mawar tidak begitu jelas melihat wajah wanita itu.
Rambut pendek sebahu, wanita itu sepertinya sedang menunduk. Ia juga sedang duduk sambil bertumpu dengan kedua lutut nya.
Di samping wanita itu, Bunga mawar tumbuh indah bermekaran. Sungguh pemandangan yang aneh menurut Mawar.
Ia merasa lain dengan perasaan nya. Tiba-tiba ia merasa cemburu saat melihat lukisan itu.
Angga datang dan membawa banyak bahan makanan yang di beli nya entah di mana. Ia melihat Mawar yang sedang melihat lukisan itu.
"Jika ada lukisan wanita lain di kamar mu, mengapa kau ngotot ingin menikah dengan ku? Mengapa tidak kau nikahi saja wanita berambut pendek itu."
Angga hanya tersenyum saat melihat wajah cemburu milik Mawar. Ia tidak menjawab dan hanya menatap wajah Mawar.
"Kenapa diam? Kamu sengaja nyuruh aku ke sini untuk melihat lukisan itu kan?"
"Aku menyuruh mu ke apartemen ku. Bukan kamar ku."
"Tapi tetap saja aku penasaran."
"Trus kamu mau apa jika sudah tahu apa yang ada di kamar ku?"
"Kamu memang Breng-sek Angga. Aku pikir kamu berbeda karena kamu ban-ci. Ternyata kamu sama saja dengan laki-laki yang lain. Tidak pernah puas dengan satu wanita."
"Mawar, dengar dulu."
"Tidak ada lagi yang perlu di dengar."
"Mawar."
Saat Mawar akan pergi, Angga langsung menarik tangan nya. Ia tahan tubuh Mawar hingga tersudut ke dinding.
Mawar yang tiba-tiba mendapatkan perlakuan seperti itu merasa ada yang aneh dengan diri nya. Akan tetapi, ia tepis perasaan itu.
"Mau apa?"
"Mau menjelaskan sesuatu."
"Tak perlu menjelaskan apapun jika itu menyakitkan. Lebih baik aku yang pergi dan mengalah." Ucap Mawar.
"Maka dari itu, dengar kan aku. Supaya kamu tidak menyesal."
"Menyesal? Cih,,, kau memang sangat pandai. Dasar banci playboy."
Angga tidak pernah marah dengan sebutan apapun yang diberikan oleh Mawar. Ia tahu saat ini Mawar sedang memikirkan hal lain.
Angga ingin menjelaskan, akan tetapi sangat sulit sekali. Mawar yang dulu nya sudah terluka akan sangat sensitif.
Oh Mawar...