Bekerja sebagai pelayan di Mansion seorang Mafia???
Grace memutuskan menjadi warga tetap di LA dan bekerja sebagai seorang Maid di sebuah Mansion mewah milik seorang mafia kejam bernama Vincent Douglas. Bukan hanya kejam, pria itu juga haus Seks wow!
Namun siapa sangka kalau Grace pernah bekerja 1 hari untuk berpura-pura menjadi seorang wanita kaya yang bernama Jacqueline serta dibayar dalam jumlah yang cukup dengan syarat berkencan satu malam bersama seorang pria, namun justru itu malah menjeratnya dengan sang Majikannya sendiri, tuanya sendiri yang merupakan seorang Vincent Douglas.
Apakah Grace bisa menyembunyikan wajahnya dari sang tuan saat bekerja? Dia bahkan tidak boleh resign sesuai kontrak kerja.
Mari kita sama-sama berimajinasi ketika warga Indonesia pindah ke luar negeri (〃゚3゚〃)
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMLMM — BAB 12
SAMA-SAMA MERASAKAN GAIRAH??
Ketika tangan Grace mulai mengoleskan minyak di lengan kekar Vin, tiba-tiba pria itu menghentikan tangannya, meraih pergelangan Grace hingga sepasang mata mereka saling beradu pandang.
Cukup lama Vincent memandanginya hingga tatapan mata sapphire nya begitu mendalam membuat Grace hampir mabuk kepayang.
“Kau boleh pergi.” Pintanya melepaskan tangan Grace lalu berjalan melewati wanita itu.
Grace masih diam dan tak tahu kenapa tuannya tiba-tiba berubah pikiran. -‘Apa aku membuat kesalahan?’ batin Grace memejamkan matanya rapat-rapat dengan wajah panik.
Wanita cantik itu segera berbalik. “Ma-maaf Tuan! Apa aku membuat kesalahan?” tanya Grace memberanikan diri sehingga langkah Vincent berhenti namun ia tidak membalikkan tubuhnya.
“Good work.” Balas pria itu lalu pergi dari sana.
Mendengar penilaian tersebut, Grace tersenyum lebar dan melompat kecil. Untuk pertama kalinya dia dipuji oleh majikan tentang hasil kerjanya. Memang, dia adalah wanita yang sedikit ceroboh, hanya sedikit.
Mendengar itu membuat Grace puas.
Sementara Vincent yang langsung ke kamar mandi kamarnya, berdiri di bawah guyuran shower air hangat. Tetesan air meresap membersihkan tubuhnya dari olesan minyak yang menempel di tubuhnya.
Sambil menempelkan telapak tangan kirinya, Vincent menunduk sembari membuka mulutnya. Sentuhan Grace membuat merasa berbeda dari wanita kebanyakan. Wanita itu sangat-sangat membuatnya bernafsu? Oh, yang benar saja.
“Fucking..” Umpat Vin memukul dinding kamar mandi dengan telapak tangannya lalu mulai mengusap kepalanya dengan kedua tangannya sambil memejamkan matanya hingga dia teringat dengan kejadian panasnya bersama Jacqueline gadungan.
Dia merasakan darahnya berdesir saat bersama wanita itu. Dan sama seperti apa yang saat ini dia rasakan ketika maid barunya menyentuhnya.
.
.
.
Karena hari sudah larut malam. Grace memutuskan mandi sebelum tidur, namun pikirannya tiba-tiba melayang di kejadian tadi hingga dia memandangi telapak tangannya yang menyentuh tubuh Vincent.
Tidak ada yang polos dan sok lugu, Grace sendiri menyadari akan potensi dirinya sendiri. Ketika dia mengingat wajah tuannya tubuhnya merasa panas dingin apalagi mengingat kejadian yang sangat membuatnya terpuruk dalam satu hari.
Namun entah kenapa hari ini, malam ini sangat berbeda dengan apa yang dia rasakan.
Tangan kiri Grace bergerak menyentuh lehernya sambil memejamkan matanya, dia terus menggerakkan tangannya turun ke dadanya, lalu meremasnya sendiri sambil membayangkan malam panas yang membuatnya gila.
-‘Aku tidak bisa merasakan apapun malam itu. Tapi kenapa hari ini tubuhku gemetar?’ batin Grace tak bisa berhenti membayangkan tuannya dengan sangat nakal.
Sungguh, dia bukan wanita polos hanya saja Grace tidak suka dipaksa. Apalagi saat melakukan hubungan intim.
Tangan kirinya kembali bergerak turun hingga ke perutnya lalu ke bawa tepat di antara dua pahanya yang putih. Dia salah satu wanita pemilik tubuh molek alami.
“Ssshhh~ ” desis Grace ketika jarinya mulai menyentuh bibir v*g*n*nya.
DOK! DOK! DOK! “Saatnya tidur, cepat selesaikan mandinya atau aku kunci dari luar.” Suara Maida memudarkan semuanya.
Grace langsung tersadar hingga memukul kepalanya berulang kali. Suara shower masih terdengar gemericik di lantai. “Dasar gila. Kau gila Grace!” kesalnya pada diri sendiri.
Bagaimana bisa dia berpikir kotor tentang majikannya sendiri? Apalagi dia akan membayangkan wajah Vincent sambil menggerayangi tubuhnya sendiri di kamar mandi.
“Grace!!” sekali lagi suara Maida membuat Grace sedikit kesal namun juga terselamatkan.
“I-iya!” balasnya yang langsung segera menyelesaikan mandinya karena bukan hanya dia saja yang ingin mandi. Maid lainnya yang berada di satu kamar dengannya juga ingin mandi malam sebelum tidur.
Ya! 1 kamar terdiri dari lima maid dan jika dihitung keseluruhan maid di Mansion VincentDo, mereka ada 30 maid.
Dan kamar Maida lah yang paling istimewa karena dia adalah kepala pelayan. Bahkan Vincent sendiri sudah mempercayai nya layaknya seorang keluarga.
Keluarga? Benar, tidak ada yang tahu tentang keluarga Vincent Douglas. Hanya Maida lah yang tahu, namun wanita itu sangat sulit membuka cerita kepada siapapun selain orang yang sudah dia percayai.
Setelah mandi pergi tidur? No. Jadwal Vincent tidaklah seperti itu, jika semua mata mulai terpejam berisitirahat, maka disaat itulah Vincent bekerja mengurus bisnis malamnya.
Dia pemilik perusahaan Vincent Global Trading, Casino terbesar di Los Angeles dan juga perdagangan ilegal nya di malam hari.
Vincent cukup disebut sebagai pria mapan, diusianya yang sudah berkepala tiga tentu saja ia sudah cukup dewasa dan matang untuk mengenal cinta. Namun apakah ada cinta di dalam hatinya?
“Aku akan pergi ke Casino, kau urus yang ada di pelabuhan.” Pinta Vincent sebelum dia masuk ke dalam mobil mewahnya yang berwarna hitam mengkilat.
Setelah kepergian pria itu sendirian di tempat Casino nya. Jack juga segera pergi dari sana. Sementara dari arah jendela tempat para maid tinggal— terlihat Maida mengamati kepergian tuannya.
“Bibi Maida sedang melihat apa?” tanya Grace tiba-tiba saja, membuat wanita tua itu sedikit terkejut hingga menatapnya garang.
“Bukan urusanmu.” Balas Maida ketus membuat Grace mengerucut lalu tersenyum tipis.
“Kenapa kau belum tidur?” tanya Maida yang masih melipat kedua tangannya di depan perut.
“Aku belum mengantuk.” Jawab Grace tersenyum remang.
Maida tak ingin berlama-lama dengan seorang maid apalagi pasti mereka akan banyak bertanya soal Vincent
“Bibi Maida!” panggil Grace mengejarnya.
“Apa lagi?”
“Em... Begini, apa para maid boleh pergi jalan-jalan keluar selagi hari libur?” tanya Grace memelankan suaranya.
Maid memandanginya dengan penuh keheranan, pasalnya, hanya dialah maid yang mempertanyakan soal pergi jalan-jalan keluar, padahal banyak maid yang betah di Mansion VincentDo karena ingin memperebutkan hati tua mereka.
“Tidak pernah ada maid yang keluar selain membeli bahan-bahan keperluan Mansion. Tapi wanita seperti mu pasti bersikeras, maka kau harus meminta izin sendiri kepada tuan Vincent.” Jelas Maida membuat semangat Grace hilang.
Dia baru saja bisa melupakan pria itu, kini Maida mengingatkan nya lagi plussss— harus meminta izin kepada pria itu jika ingin keluar bersantai.
“Kau tidak berani Nona Grace?” ejek Maida tersenyum palsu.
“Tentu saja aku berani. Tapi tuan Vincent, dia pria yang.....”
“Yang apa maksudmu huh?”
“Ah, tidak, tidak! Aku hanya bercanda!” ucap Grace tersenyum peluh hingga Maida melangkah pergi.
Grace masih tak ingin tidur karena dia tidak bisa tidur. Jika saja dia bekerja di tempat lain mungkin malam ini dia akan pergi ke kios pinggir jalan yang selalu viral di internet.
“Bekerja di sini sama saja seperti di penjara. Hffuuu— tapi gaji di sini sangat besar.” Gerutu Grace yang kini berjalan-jalan di halaman depan dengan kaos berlengan panjang warna putih dengan celana jins hitam.
Udara di sana semakin dingin sampai Grace berhenti di salah satu pohon yang terlihat besar dan sudah sangat tua. Dedaunan di ranting pohon berguguran. Melihat itu, Grace teringat dengan keluarganya kembali.
“Andai saja mereka masih hidup, mungkin aku tidak akan bekerja di sini.” Gumam Grace menyentuh pohon tersebut hingga dia menyadari bahwa ada ukiran berupa tulisan di batang pohonnya.