Aluna adalah seorang gadis cantik dan seorang Hacker yang sangat hebat, namun ia menutupi kehebatannya itu untuk membalas dendam kepada seseorang dimasa lalunya, sampai ia bertemu dengan CEO menyebalkan yang membuat harinya berwarna, mampukah Aluna membalaskan dendam masa lalu yang telah menghancurkan hidupnya, dan juga mampukah Aluna menerima cinta pria menyebalkan yang terus mengusik harinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabia X, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling Mengenal
Luna memukul punggung Juna karna ia hampir saja kehabisan nafas, Juna melepaskan pagutannya dengan terpaksa.
“Ting!
Terdengar notifikasi dari laptop Luna, seketika Luna langsung turun dari pangkuan Juna dengan nafas masih tersengal.
“Sayang, hati-hati.” Juna memperingatkan karna Luna langsung berlari.
“Oh sial,” gerutu Luna Juna langsung berdiri dan menghampiri kekasihnya menarik kursi duduk disamping sang kekasih hati.
“Ada apa sayang?” tanya Juna heran melihat wajah Luna yang serius diusapnya bibir Luna yang basah karna ulahnya penuh perhatian, Luna membiarkan saja matanya masih fokus ke layar datarnya, membuat Juna sangat gemes dan mencium pipi Luna dengan gemes.
“Juna, jangan ganggu ini serius.”
“Iya-iya, aku boleh numpang tidur gak, aku ngantuk semalam susah tidur dalam mobil.”
"Iya terserah kamu, asal jangan ganggu aku.” Juna tersenyum gemas dan mencium pucuk kepala Luna dan beranjak pergi membiarkan Luna bekerja.*
Logan nampak tersenyum lebar menatap laki-laki setengah baya dihadapannya yang hanya terdiam dengan muka datar dan biasa saja menghadapi pria yang ada didepannya tanpa senyum.
“Pak Indra, saya sangat senang anda bisa membantu saya, sebuah kehormatan besar bagi saya." Logan berbasa basi memuji Indra yang berada dihadapannya.
“Tidak perlu memuji tuan Logan, saya tahu siapa anda, dan asal anda tahu, saya tidak senang membantu anda, saya hanya penasaran dengan musuh anda.” ucap Indra tegas dan tak mau berbohong karna itu kenyataannya ia hanya penasaran siapa hacker yang dibilang handal itu.
“Ok, baiklah, apa anda mau mengerjakannya sekarang?” Logan juga penasaran dengan kemampuan pria yang ada dihadapannya.
“Tentu saja, tunjukan ruangannya.”
“Rafa ajak pak indra ke ruangannya." perintah Logan kepada rafa sang asisten, Rafa hanya mengangguk patuh mempersilahkan Indra untuk mengikutinya kedalam sebuah ruangan yang cukup luas, dan mempersilahkan Indra untuk memilih dimana saja duduk. Indra pun memilih duduk disalah satu meja yang berdekatan dengan jendela ruangan itu dan mulai menyalakan laptop yang sudah tersedia.
“Kita mulai pemanasan dulu saja aku ingin tahu sehebat apa dia, jemari lelaki yang sudah setengah abad itu bergerak lincah, bibirnya tersenyum miring.
“Lumayan, ternyata hacker sekarang sudah semakin pintar, wah, aku jadi semakin bersemangat, bagaimana ia bisa melindungi datanya serapi ini bahkan langsung bisa menyerang begitu ada yang mengaksesnya nya, ini luar biasa.” Rafa yang mendengarnya hanya bisa menelan saliva nya pelan, ternyata benar apa yang dikatakan para hacker bahwa, hacker yang Juna miliki sangat handal dan berbeda, terlihat seorang hacker handal sekelas pak indra memujinya.
“Apa akan susah tuan?” Indra tersenyum miring mendengar pertanyaan dari Rafa.
“Tidak ada yang mudah dari pekerjaan seperti ini, tapi aku pastikan akan menghancurkan nya, aku hanya perlu melihat sampai mana ia bekerja dan mencari kelemahan dari kepintarannya itu, jadi kalian harus sabar, dan aku akan mencoba mencari identitasnya itu akan mudah kalau kita tahu identitasnya, kalau kalian tak sabar silahkan cari yang lain.”
“Tidak tuan saya percaya dengan tuan.” sambar Rafa langsung karna ia tahu tak kan mudah mencari seseorang hacker tanpa koneksi yang tinggi.
“Jadikan ini ruanganku, aku akan tinggal disini." perintah Indra.
“Baik tuan, segera.” Rafa langsung undur diri meninggalkan ruangan itu.
“Hmm.. ternyata sungguh menarik.” Indra kembali berselancar mencoba membuka pertahanan yang Luna bangun, sementara Luna yang sedang bekerja mendapatkan kembali notifikasi dari layar laptopnya yang satunya memicingkan matanya begitu membuka, dan tersenyum.
“Wah, ternyata mereka sudah mulai beraksi lagi, Luna tersenyum melihat cara kerja musuhnya.
“Seperti tidak asing,” gumam Luna semakin memicingkan matanya, Luna meraih ponselnya yang berdering terlihat ada panggilan vidio dari Juna, perlahan Luna menggesernya.
“Hmm.”
“Kok hemm sayang, lagi apa sih?” Juna memperhatikan wajah kekasihnya yang lagi serius.
“Kerja.” Luna menjawab singkat.
“Inikan sudah malam, kenapa masih kerja?.” tanya Juna heran.
“Lalu aku akan biarkan perusahaanmu hancur begitu?” Juna langsung membeo mendengar jawaban Luna.
“Apa ada yang menyerang lagi sayang?"
“Hmm.”
“Aku kesana ya, temani kamu.”
“Tidak usah, yang ada kamu hanya akan menganggu, ini juga sudah malam, gak enak dilihat tetangga.” tolak Luna, yang sebenarnya tidak punya tetangga yang perduli karna ruko Luna berjajar dengan ruko yang lain tak berpenghuni.
“Yakin gak mau di temani.” bujuk Juna.
“Yakin, sudah sana pergi tidur, sudah malam besok kamu harus kerja.” perintah Luna.
“Bagaimana aku bisa tidur kalau kekasihku sedang bekerja menyelamatkan perusahaan ku." Juna cemberut , Luna yang melirik kearah ponsel rasanya gemas melihat tingkah Juna yang kadang bak seorang bayi.
“Aku sudah terbiasa, santai saja, lagian ini juga tak akan lama, kayaknya ia hanya ngetes kemampuanku saja.”
“Kamu yakin?’
“Iya honey aku yakin.” wajah Juna langsung merona mendengar panggilan Luna untuknya sangat membuatnya merasa terbang ke awan-awan saking bahagianya.
“Sayang, kau membuatku bahagia, panggil lagi.” pinta Juna.
“Ha, apa?” tanya Luna terdengar cengo tak tahu apa maksud Juna.
“Panggil Honey lagi.” kembali Juna meminta dengan manja.
“Kapan aku memanggil begitu.” goda Luna yang tadi memang sengaja karna ia sedang membaca kalimat itu, dilayar saat ia mencari panggilan sayang untuk sang kekasih.
“Sayang, jangan menggodaku, cepat katakan, atau aku akan kesana sekarang juga.” ancam Juna membuat Luna tersenyum.
“Baiklah, selamat tidur Honey, selamat malam.” Luna langsung mematikan ponselnya karna malu tak mau jawaban dari Juna, membuat Juna yang ada diseberang sana hanya menggeleng, tak percaya dengan tingkah malu-malu sang kekasih hati, namun ia sangat bahagia Luna mau memanggilnya dengan sebutan Honey.
Aluna kembali menatap layar datarnya, kembali seseorang ingin menerobos pertahanan yang ia bangun untuk melindungi file perusahaan Juna dan dengan sigap Luna kembali memblok dan melumpuhkan pergerakan lawan, Luna semakin memicingkan matanya ia sangat hapal betul dengan cara kerja si lawan, Luna mengirimkan emoji yang biasa ia sematkan untuk para lawan, dan diseberang sana lawan juga ikut terpaku melihat emoji itu.
“Shiit!!” ucapnya begitu mengenal siapa musuhnya.
“Ini tidak mungkin, bagaimana bisa aku terjebak, oh L kau semakin hebat, aku mengakuinya dan..” belum selesai indra berucap sudah ada peringatan lagi dilayar nya."
"Bukankah kau sudah berjanji untuk berbuat baik pak tua.” Indra langsung tersenyum membacanya.
“Dasar, aku semakin mengaguminya.’ Indra mengetikkan sesuatu.
“Ok L, aku mundur, aku tahu tidak sebanding dirimu, aku menyerah, aku tidak ingin bangkrut dan masuk penjara hanya gara-gara orang gila yang menyuruhku.” Ketik Indra sembari terkekeh ia tak menyangka lawannya adalah L orang yang dahulu menyelamatkannya dari kehancuran, walau ia tak tahu identitas seorang L, kali-laki atau perempuan namun ia selalu menaruh hormat kepadanya, tak mungkin ia melawannya karna percuma. Hanya balasan emoji senyum yang ia dapatkan.
“L, aku penasaran kenapa kau menjadi tameng perusahaan itu, apakah gajinya sangat banyak?” tanya Indra penasaran.
“Bukan, karna kebetulan musuhnya adalah orang yang pernah menghancurkan hidupku, jadi tidak akan kubiarkan ia menghancurkan hidup orang lain lagi.”
“Ok, aku paham, terimakasih sampai jumpa L, maaf mengganggumu, hahahaha." Indra langsung membuang laptop itu, melemparnya dari ketinggian hingga hancur berkeping-keping, dan ia beranjak keluar dari ruangan itu, yang ternyata masih ada Rafa di sana.
“Aku mundur, tak perlu kau membayarku.” ucap Indra dingin.
“Kenapa begitu, apa kau tak mampu?” Indra menatap tajam kearah Rafa.
“Ya, aku tak mampu melawannya, jadi jangan macam-macam kalau kau tak ingin perusahaan bosmu bangkrut bahkan besok mungkin saham perusahaan bosmu akan jatuh.” Indra langsung pergi dari sana tanpa memperdulikan lagi teriakan kepanikan Rafa.*
ceritanya..
ini masa ketembak lsg ambruk pdhal ga ngenai vital.