Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.
Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.
Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.
Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?
Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3: Bayangan Masa Lalu
Aisha bangun lebih awal dari biasanya, untung saja sudah tidak bermata panda lagi. Namun pikirannya masih terpaku pada percakapan semalam dengan Arya dan Dani. Setiap kata yang diucapkan Dani kembali terngiang, membuat perasaannya bimbang antara rasa penasaran pada Arya dan kekhawatiran akan kemungkinan yang buruk. Tetapi pesona Arya, dan setiap tatapan misteriusnya, membuat Aisha sulit untuk melupakan semuanya.
Biarlah takdir yang menentukan, aku hanya wayangnya saja. Semoga saja kekhawatiran Dani tidak menjadi nyata, tapi jika terjadi aku masih punya Dani untuk bersandar. Batin Aisha.
Saat tiba di kantor, Dani menghampirinya saat istirahat makan siang. Wajahnya serius, seakan ada sesuatu yang ingin dibicarakannya.
"Aisha," Dani mulai dengan suara pelan, namun tegas, "aku ingin kamu benar-benar berpikir dua kali tentang Arya."
Aisha menghela napas. "Dan, kenapa sih kamu selalu meragukan dia? Memangnya salah kalau aku ingin mengenal seseorang yang menurutku menarik?"
"Bukan begitu, Sha," Dani menatapnya dalam, terlihat khawatir, "aku cuma... entahlah, ada firasat yang nggak enak setiap kali kita bicara soal dia."
"Firasat nggak enak? Kamu bahkan belum kenal dia, Dan. Kenapa kamu bisa secepat itu menilai seseorang?"
Dani terdiam sejenak, raut wajahnya bingung dan cemas. "Karena... karena aku cuma nggak ingin kamu terluka. Aku nggak mau lihat kamu kecewa sama orang yang kita bahkan nggak tahu asal usulnya."
Aisha merasakan kekhawatiran Dani. Baginya, Dani adalah sahabat yang selalu ada, tetapi kali ini, ia merasa Dani terlalu mencampuri hidup pribadinya.
"Dan, aku tahu kamu khawatir. Tapi aku ini sudah dewasa. Aku bisa jaga diri sendiri," balas Aisha lembut, namun tegas.
Dani menatapnya, seolah ingin mengatakan sesuatu, tetapi memilih untuk diam. "Baiklah," katanya akhirnya, "aku cuma berharap kamu hati-hati."
Tak lama setelah percakapan itu, ponsel Aisha berbunyi. Sebuah pesan dari Arya muncul di layar.
> Arya: "Hai, Aisha. Apakah kamu punya waktu luang sore ini?"
Aisha membaca pesan itu sambil tersenyum, lalu membalas cepat.
> Aisha: "Hai, Arya. Aku tidak terlalu sibuk. Ada apa?"
> Arya: "Aku ingin menunjukkan sebuah tempat. Kalau kamu tertarik, tentu saja."
> Aisha: "Tempat apa? Terdengar menarik."
> Arya: "Bisa dibilang, tempat yang cukup berarti untukku. Mungkin bisa membantumu mengenalku lebih dalam."
Aisha merasa semakin penasaran, lalu menyetujuinya. Setelah jam kerja, ia menuju tempat yang telah disepakati. Arya menunggunya di sebuah taman kecil yang tenang di pinggir kota, jauh dari keramaian. Di bawah pepohonan rindang, Arya berdiri sambil menatap kolam kecil di depannya. Saat melihat Aisha datang, ia tersenyum lembut.
"Aku suka tempat ini," kata Arya perlahan, suaranya tenang, "selalu ada perasaan damai setiap kali aku datang ke sini."
Aisha tersenyum, merasakan ketenangan yang sama. "Taman ini memang indah. Nyaman dan rindang. Seperti ada kenangan di sini, ya?"
Arya mengangguk sambil memandang sekeliling taman. "Tempat ini punya banyak kenangan untukku, beberapa indah, beberapa... sulit untuk dilupakan. Tapi aku merasa di sini, semuanya terasa lebih ringan."
Aisha menatap Arya dengan pandangan penuh penasaran. "Kalau boleh tahu, kenangan seperti apa yang kamu maksud?"
Arya tersenyum samar, seolah menghindari pertanyaan itu. "Mungkin bukan kenangan yang menyenangkan. Tapi kita semua punya masa lalu, bukan?"
Aisha tersenyum kecil. "Iya, tapi aku ingin tahu lebih banyak tentangmu, Arya. Sejujurnya, kamu membuatku penasaran."
Arya terdiam, seolah mempertimbangkan apakah akan membuka diri atau tidak. Akhirnya, ia berkata pelan, "Aku pernah kehilangan banyak hal dalam hidupku, Aisha. Hal-hal yang kupikir akan selalu ada. Tapi ketika mereka hilang, aku belajar untuk menghargai setiap momen dalam hidup."
Aisha mendengarkan dengan serius, merasa empati pada sisi Arya yang tampaknya penuh luka. "Aku bisa merasakan itu dari cara kamu bicara. Kamu... mungkin masih menyimpan beban itu."
Arya mengangguk perlahan. "Mungkin. Kadang beban itu terasa terlalu berat, tapi tempat ini mengingatkanku bahwa ada hal-hal yang lebih besar dari rasa sakit."
Aisha tersenyum, mencoba menenangkan Arya. "Aku senang kamu menunjukkan tempat ini padaku, Arya. Mungkin kamu belum siap berbagi Semuanya, tapi aku ada di sini kalau kamu butuh teman."
Arya tersenyum lembut, menatap Aisha dengan penuh arti. "Kamu baik, Aisha. Terlalu baik. Kadang aku takut kalau-kalau kebaikanmu akan membuatmu terluka."
Aisha terkejut dengan perkataan Arya bahkan tidak paham. "Kenapa kamu berkata seperti itu? Apa maksudmu, Arya?"
Arya hanya tertawa kecil, lalu menatapnya dengan mata yang sulit dibaca. "Kadang, kita bertemu dengan orang-orang yang membawa kita ke jalan yang berbeda. Jalan yang mungkin tidak kita rencanakan. Aku cuma ingin kamu tahu, kalau suatu saat kamu merasa aku bukan seperti yang kamu bayangkan... aku harap kamu bisa memaafkanku."
Aisha bingung, mencoba memahami kata-kata Arya. "Apa maksudmu, Arya? Apa kamu menyimpan sesuatu dariku?"
Arya menghela napas, seolah ada sesuatu yang ingin ia katakan tetapi terhalang oleh sesuatu yang tak terlihat. "Mungkin suatu hari kamu akan tahu, Aisha. Untuk sekarang, cukup tahu bahwa aku hanya ingin menjalani hari ini dengan bahagia."
Percakapan mereka mengalir begitu saja, tanpa disadari waktu berlalu dengan cepat. Aisha merasa ada begitu banyak hal yang ia pelajari tentang Arya hanya dalam satu malam. Ia merasa semakin terikat dengan pria itu, dan rasa penasaran yang membuncah di hatinya semakin kuat.
Namun, di penghujung malam saat Aisha hendak pulang, Arya menahan lengannya sejenak.
"Aisha," panggilnya lembut.
"Iya?" Aisha menoleh, jantungnya berdegup kencang.
"Aku cuma ingin kamu tahu, bahwa meskipun ada hal-hal yang belum bisa aku ceritakan sekarang, aku tidak ingin menyakiti perasaanmu. Kamu adalah seseorang yang penting buatku."
Aisha tersenyum malu, hatinya bergetar mendengar kata-kata Arya. "Terima kasih, Arya. Aku juga merasa hal yang sama."
Arya tersenyum, namun di balik senyum itu ada bayangan yang sulit diartikan. "Selamat malam, Aisha."
Ketika Aisha sampai di rumah, pikirannya terus dipenuhi dengan bayangan Arya dan kata-katanya yang penuh teka-teki. Ucapannya seolah memberi tanda bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dan lebih rumit di balik sosok pria itu. Di sisi lain, kata-kata Dani masih terngiang, seolah memperingatkan Aisha untuk berhati-hati.
Aisha duduk di kamarnya, merenung, dan bertanya-tanya tentang keputusan hatinya. Ada perasaan kuat yang menyuruhnya untuk tetap di sisi Arya, meski ia tahu mungkin akan ada risiko di balik keputusan itu.
Berakhir dengan Aisha yang merenung dalam diam malam ini, penuh rasa penasaran tentang rahasia apa yang mungkin disembunyikan Arya, serta keinginan untuk menggali lebih dalam hubungan mereka yang semakin rumit.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.