NovelToon NovelToon
Mean

Mean

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: WILONAIRISH

SEASON 2 NOT CONSIDERED

Melewati masa kritis karena tragedi yang menimpanya, membuat seorang Elina trauma pada penyebab rasa sakitnya. Hingga dia kehilangan seluruh ingatan yang dimilikinya.

Morgan, dia adalah luka bagi Elina.

Pernah hampir kehilangan, membuat Morgan sadar untuk tak lagi menyia-nyiakan. Dan membuatnya sadar akan rasa yang rupanya tertanam kuat dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 15

Hari ini, Morgan berangkat ke kampus seperti biasanya. Ada suatu hal yang perlu ia selidiki, tentang perjodohan yang kemarin pria itu bisikan di telinganya.

Bisa saja itu hanya akal-akalan supaya dirinya mundur untuk mengejar Elina. Namun bisa saja hal itu benar adanya, mengingat bagaimana orang tua Elina begitu bertekad untuk menjauhkan Elina darinya.

"Ikut gue" tegas Morgan menarik tangan Viola dengan kasar, ia bawa wanita itu untuk menuju belakang gedung kampus.

"Lepasin gue, lo apa-apaan sih Gan. Gue gak mau ada urusan lagi sama lo, kejar Elina sendiri jangan seret seret gue" ketus Viola menatap tajam Morgan.

Morgan memutar bola matanya malas mendengar hal itu. "Gue gak butuh bantuan apapun dari lo. Gue butuh informasi akurat dari lo" ujar Morgan menjawab tuduhan Viola.

"Informasi apa sih? Gue gak ada informasi apapun buat lo" ujar Viola dengan nada ketus.

"Tentang perjodohan Elina dan cowok itu?" tanya Morgan memastikan.

Viola terkejut saat mendengar perkataan Morgan, dari mana Morgan tahu tentang hal itu. "Lo tahu dari mana?" tanya Viola menatap Morgan dengan rasa penasarannya.

"Berarti itu fakta" sinis Morgan mengangguk pelan. Ia bahkan tak berniat menjawab pertanyaan Viola, karena hanya kebenaran dari informasi itu saja yang ingin ia ketahui.

"Lo tau dari mana?" ulang Viola yang tak mendapatkan jawaban dari Morgan.

Morgan hanya melirik sejenak, kemudian berlalu pergi meninggalkan Viola. Tak hanya itu, Morgan juga pergi meninggalkan kampus setelah mendapatkan apa yang dirinya cari.

Morgan mulai berpikir, jika memang benar tentang perjodohan itu. Maka dirinya tentu harus segera bertindak. Kalau saja dirinya bisa bebas keluar masuk rumah Elina, pasti ia segera kesana dan menghentikan semuanya.

Tapi kedua orangtua Elina saat ini yang menjadi halangannya. Mereka benar-benar telah kecewa dan membenci Morgan. Hingga tak akan membiarkan Morgan datang menemui Elina. Apalagi sampai memasuki rumah mereka.

Satu hal lagi yang semakin membuat Morgan kesal dan panas. Fakta bahwa Rozer tinggal di rumah Elina, hal itu akan membuat Rozer semakin banyak kesempatan untuk mendekati Elina. Ya, dirinya tahu tentang hal itu dari Elina sendiri.

Mengingat perjodohan itu, Morgan ingat saat dirinya menanyakan hal terkait itu pada Elina. Namun Elina tampak tak mengerti apa-apa akan hal itu. Sepertinya, kedua orangtua Elina sudah memikirkan secara matang, bagaimana mendekatkan mereka tanpa mengatakan kebenarannya pada Elina yang pasti akan menolak secara mentah-mentah.

Akhirnya, Morgan memutuskan untuk kembali menghubungi mamanya. Untuk meminta segera datang dan membantunya masuk ke dalam lingkungan rumah Elina dengan akses yang mudah.

Akan terasa sulit, kalau membiarkan Elina dan Rozer satu rumah dalam waktu yang lama. Karena bukan tidak mungkin, Elina akan jatuh cinta pada pria brengse* itu lama-kelamaan. Membayangkan hal itu, membuat darah Morgan serasa mendidih.

"Ma, mama udah dapat waktu luang buat pulang?" tanya Morgan dalam panggilannya.

"Mama udah bilang sama Papa, kayaknya akhir bulan ini Mama sama Papa pulang, Gan. Sabar ya sayang" jelas mama merasa bersalah karena belum bisa secepatnya pulang untuk menemui putranya.

"It's ok, Ma. Asalkan Mama bisa pulang kesini" jawab Morgan dengan suara yang mengalun lembut.

Morgan kembali berpikir setelah menutup panggilan. Dalam waktu menunggu kedatangan mamanya, ia harus melakukan sesuatu untuk menjauhkan Elina dan Rozer. Sepertinya ia akan semakin intens mengajak Elina bertukar pesan, untuk mengalihkan perhatian kekasihnya itu.

...***...

Morgan bergegas menghubungi Elina, guna memastikan kalau kekasihnya itu sedang tak bersama pria brengse* itu. Ia mengirim pesan singkat yang segera mendapatkan balasan dari Elina.

Hingga Morgan memutuskan untuk langsung menekan panggilan, dan dalam hitungan detik Elina segera menerima panggilan darinya.

"Di mana?" tanya Morgan dengan penasaran. memastikan apa benar Elina bersama Rozer atau tidak.

"Di rumah" jawab Elina dengan singkat.

"Sama siapa?" tanya Morgan lagi, rasa penasarannya semakin mendominasi.

"Rozer, Viola sama Bianca masih kuliah" terang Elina, entah mengapa ingin menjelaskannya secara detail.

"Shit" umpat Morgan dalam hati. Dadanya bergemuruh, merasa panas mendengar fakta itu. Rupanya benar mereka sedang bersama, ini tak bisa ia biarkan begitu saja.

"Bisa lo ke kamar sekarang, gue mau ngomong penting." Titah Morgan kepada Elina.

Elina mengernyit heran, apa harus masuk kamar untuk membicarakan hal penting. Bisa saja ia menyingkir sejenak ke tempat lain, supaya tak ada yang mendengar pembicaraan mereka kecuali mereka saja.

Namun Elina tetap menuruti perkataan Morgan, entah mengapa hatinya seolah ingin terus menuruti keinginan pria itu. Meskipun ada rasa tak nyaman jika menatap mata Morgan dan berdekatan dengannya.

"El, mau kemana?" tanya Rozer yang melihat Elina melangkah menjauh dari halaman belakang, tempat mereka saling berbincang.

"Mau angkat telpon, Zer. Gue tinggal sebentar ya" ujar Elina, merasa tak enak hati sebenarnya.

"Dari siapa?" tanya Rozer yang penasaran, karena jarang sekali Elina pergi saat menerima panggilan.

Elina hanya mengulas senyum tipis untuk merespon pertanyaannya itu. Kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar, Elina menutup pintu dan menguncinya. "Udah, mau ngomong apa?" tanya Elina.

"Jalan sama gue, gue jemput." Ujar Morgan dengan entengnya.

Elina terkekeh pelan. "Lo yakin gue mau?" tanya Elina dengan nada mengesalkan.

Jawaban itu membuat Morgan mengernyit heran, Elina tampak berubah-ubah dalam bersikap kepadanya. Kemarin terlihat malu-malu, tampak ketus dan dingin, lalu saat ini terlihat tampak mengesalkan. Apa mungkin karena pengaruh amnesia, hingga akan bawah sadar Elina yang sebenarnya menyimpan dendam padanya yang berperan saat ini. Entahlah.

"Gue gak menerima penolakan" ujar Morgan dengan tegas.

Membuat Elina memutar bola matanya malas. "Mama Papa gak akan izinin gue, kecuali sama Rozer, Viola atau Bianca." Jelas Elina dengan yakin. Dan memang benar begitu adanya.

Terdengar helaan nafas berat dari Morgan. "Diem-diem kita keluar, jangan bilang-bilang." Ujar Morgan terlihat memaksa.

Membuat Elina mengernyit dan menatap sinis ke arah ponselnya. Dia siapa sih sebenernya, mengapa jadi mengatur-atur dirinya sekarang.

"Gue gak mau" tekan Elina dengan singkat.

"Ck gue gak nerima penolakan." Ujar Morgan lagi.

"Gue gak tau sebenarnya hubungan kita dulu kayak gimana. Tapi gue beneran gak mau kalau lo paksa" ketus Elina memutus panggilan.

Morgan kembali menghubungi, namun Elina tak mengangkatnya. Bodo amat dengan Morgan, hingga ia memilih untuk kembali menemui Rozer yang ia tinggalkan sendiri.

"Udah?" tanya Rozer. Elina mengangguk.

"Siapa yang hubungin lo sebenernya?" tanya Rozer lagi.

"Gak tau, salah sambung." Jawab Elina yang membuat Rozer mengangguk seolah percaya. Padahal ia tahu ada yang Elina sedang sembunyikan.

Next .......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!