Rafael Graziano Frederick, seorang dokter spesialis bedah, tak menyangka bahwa ia bisa kembali bertemu dengan seorang gadis yang dulu selalu menempel dan menginginkan perhatiannya.
Namun, pertemuannya kali ini sangatlah berbeda karena gadis manja itu telah berubah mandiri, bahkan tak membutuhkan perhatiannya lagi.
Mirelle Kyler, gadis manja yang sejak kecil selalu ingin berada di dekat Rafael, kini telah berubah menjadi gadis mandiri yang luar biasa. Ia tergabung dalam pasukan khusus dan menjadi seorang sniper.
Pertemuan keduanya dalam sebuah medan pertempuran guna misi perdamaian, membuat Rafael terus mencoba mendekati gadis yang bahkan tak mempedulikan keselamatan dirinya lagi. Akankah Mirelle kembali meminta perhatian dari Rafael?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERSIAPLAH KALIAN SEMUA!!
“Elle!” Rafael yang tak menyerah dengan keinginannya untuk membawa Mirelle kembali pulang ke Munich. Ia akan pulang dan meninggalkan misi kemanusiaan ini, demi berada di samping Mirelle.
Mirelle yang mendengar namanya dipanggil, kembali menghela nafasnya. Ia menghentikan langkahnya kemudian memutar tubuhnya dan menatap Rafael dengan kacamata hitam yang masih terpasang di wajahnya.
“Ada yang bisa saya bantu, Dok?” tanya Mirelle.
“Elle, berapa kali kukatakan agar jangan formal padaku. Kamu mau ke mana?”
“Saya harus bekerja, Dok. Kalau tidak ada yang penting, saya permisi dulu.”
“Elle! Berhenti atau aku akan menculikmu saat ini juga!” ancam Rafael.
Namun bukan Mirelle Kyler jika ia takut dengan ancaman Rafael. Mungkin dulu ia akan senang sekali jika Rafael menculiknya, hingga ia bisa berduaan dengan pria yang ia cintai itu. Namun saat ini, tak ada ketakutan sama sekali di dalam diri Mirelle.
Mirelle membuka kacamata hitamnya dan menatap Rafael. Jantung Rafael seakan ingin melompat keluar ketika melihat tatapan mata Mirelle.
“Lakukan saja jika anda bisa, Dok,” Mirelle memutar tubuhnya kemudian melangkah menjauh.
“Elle! Mirelle Kyler!” Rafael melangkah mendekati Mirelle. Ia langsung menarik tangan Mirelle kemudian berniat memanggul tubuh Mirelle.
Bughhh
Mirelle memutar balik semuanya hingga kini justru Rafael yang terjatuh.
“Arghhhh …,” Rafael meringis sakit ketika bagian belakang tubuhnya menghantam ke atas tanah. Jas putihnya otomatis berubah warna.
Mirelle menghela nafasnya kemudian menarik tangan Rafael agar pria itu bangkit, “jangan pernah sekalipun memaksakan kehendakmu, Dokter Rafael. Anda tidak memiliki kekuasaan apapun atas diriku.”
Rafael diam dan untuk kesekian kalinya ia hanya bisa menatap kepergian Mirelle.
Beberapa saat kemudian,
Setelah siap dengan peralatan yang mereka butuhkan, Mirelle, Xena, dan Snake bergegas pergi. Hal itu tentu terus diperhatikan oleh Rafael. Ia seakan tak mau jika Mirelle hilang dari pandangannya.
“Kamu sudah siap, Elle?” tanya Snake.
“Siap! Aku bahkan sudah siap mendandani kalian dengan keahlian meriasku,” goda Mirelle yang membuat Xena dan Snake tertawa.
Dari kejauhan, Rafael memperhatikan ketiganya yang tertawa bersama.
“Mengapa kamu tak pernah tertawa lagi jika berada di dekatku, Elle?” batin Rafael.
Rafael menghela nafasnya pelan dan akhirnya melihat Mirelle sudah menghilang dari pandangannya.
**
“Elle!” Snake berteriak saat melihat wajahnya di cermin.
Mirelle kembali tertawa saat ia merias kedua rekan kerjanya. Mirelle berhasil menyulap dirinya serta kedua rekannya terlihat berbeda.
“Bagaimana? Berbeda kan? Aku jamin mereka tak akan mengenali kalian,” ucap Mirelle.
“Tapi ini …”
“Kalian benar benar terlihat seperti salah satu dari mereka. Aku sudah memperhatikan mereka dengan detail kemarin dan mengambil contoh wajah mereka,” lanjut Mirelle.
Snake menghela nafasnya, “kalau begitu kita harus melanjutkan perjalanan kita.”
“Tapi komandan sudah mengetujui rencana kita kan?” tanya Xena.
“Hmm,” ucap Snake menganggukkan kepalanya, “tapi ia ingin kita sangat berhati hati. Komandan berharap dengan rencana kita ini, maka pemberontakan akan segera berakhir.”
“Baiklah, kita pergi sekarang kalau begitu. Aku tidak sabar melihat wajah para pemberontak itu,” ucap Mirelle. Ia memasukkan semua alat make-up nya kembali ke dalam tas.
“Ayo.”
Snake, Xena, dan Mirelle pun melanjutkan perjalanan mereka. Mereka membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan, dengan menggunakan kaki mereka. Kini mereka sedang bersembunyi di balik pohon dan memastikam keadaan sekitar.
“Kita berpencar!” ucap Xena.
“Apa tidak lebih baik kita bersama sama?” tanya Snake.
“Dengan berpencar, kita tak terlihat mencurigakan,” ucap Xena menatap Snake.
“Baiklah, kamu ke sana dan aku akan ke depan. Elle, kamu di sini dulu dan tunggu tanda dari kami,” perintah Snake.
“Tapi …”
“Lindungi kami, mengerti?!”
“Baik, Kak,” mau tak mau akhirnya Mirelle mengikuti perintah Snake. Ia tak ingin rencana ini gagal hanya karena kesalahannya yang tidak patuh. Bagaimana pun juga, Snake dan Xena adalah seniornya.
Mirelle langsung mengeluarkan senapan laras panjangnya dan mulai mengatur posisinya. Ia memperhatikan Snake dan Xena yang akan masuk ke dalam camp para pemberontak. Jantungnya sedikit berdebar melihat kedua rekan kerjanya harus pergi tanpa dirinya.
“Aku akan memastikam kalian selamat,” gumam Mirelle. Ia mulai mengintip dari selongsong teropong yang ada pada senapannya.
Mirelle memperhatikan setiap titik di dalam camp tersebut, hingga akhirnya ia melihat seorang pria yang tampak begitu dihormati. Ke mana pun ia berjalan, pasti semua langsung memberi hormat.
“Dia lah target utamanya,” ucap Mirelle bermonolog sendiri.
Tak hanya sebuah senapan, Mirelle menempatkan tiga buah senapan di hadapannya, dengan sudut tertentu yang tentu saja ia gunakan untuk melindungi rekan nya, serta membidik target utama.
Di camp pemberontak,
“Kalian segera kemarilah!” perintah pemimpin pemberontak itu. Ia meminta mereka masuk ke dalam sebuah rumah yang terbuat dari bata, yang menjadi satu satunya bangunan yang terlihat kokoh di sana.
Para pemberontak itu pun masuk ke dalam rumah tersebut dan hal itu dimanfaatkan oleh Snake dan Xena untuk segera berbaur dengan para pemberontak.
Namun baru beberapa saat Snake dan Xena memasuki area camp tersebut, tiba tiba saja mereka dikepung dari berbagai arah. Snake dan Xena yang begitu kaget pun langsung mengeluarkan senjatanya.
“Tangkap mereka!” Pemimpin pemberontakan tersebut langsung memberi perintah dengan tegas, “lihatlah, kita berhasil menangkap kunci kegagalan kita beberapa minggu belakangan ini.”
Pemimpin pemberontakan itu tertawa dengan keras. Tuba tiba saja sebuah peluru mengenai kakinya, membuat suasana menjadi ricuh.
“Mereka masih memiliki rekan! Cepat cari dan bawa mereka ke ruang eksekusi dan kunci mereka di sana!” Pemimpin pemberontak tersebut memberi perintah lagi, meski ia merasa kesakitan dengan sebuab tembakan yang mengenai kakinya.
Pemimpin tersebut langsung dibawa masuk ke dalam rumah untuk diobati dan mendapat perlindungan. Sementara itu Mirelle yang melihat apa yang terjadi pada Snake dan Xena pun mulai menyusun rencana seorang diri untuk membebaskan kedua rekannya.
*****
Mirelle memasang beberapa bom di tubuhnya. Ia merakit beberapa bom dengan daya ledak sedang. Ia juga mengambil granat dan beberapa senapan. Ia akan menyusul kedua rekannya dan menyelamatkan mereka.
“Aku harus berhati hati, kalau tidak maka kamu bertiga akan mati di tangan pemberontak. Hal itu tentu akan menjadi pekerjaan yang sia sia,” gumam Mirelle. Ia tak akan membiarkan komandan mereka kecewa.
Dengan mengendap, Mirelle memasuki areacamp pemberontak. Ia bersembunyi di balik tenda dan memperhatikan gerak gerik mereka. Ia mengambil salah satu granat yang ia bawa, lalu dengan lemparan yang agak jauh, granat tersebut berhasil mendarat di area dapur camp tersebut dan …
Duarrrr
Para pemberontak berhamburan dan mereka mulai bersiap dengan senjata mereka masing masing.
“Mereka menyerang, mereka menyerang!!” teriak salah seorang dari mereka.
“Apa kamu sudah menemukan rekan mereka?”
“Belum, Bos! Tapi kami tetap mencarinya.”
“Cepatlah, sepertinya masih banyak rekan mereka di luar sana. Ingat! Jangan biarkan mereka keluar,” pemimpin pemberontak itu memberikan wejangan pada anggota kelompoknya agar menjaga sandera mereka.
Mirelle yang mendengar itu dari tempat persembunyiannya, kembali bersiap dengan granat lainnya. Ia kembali melemparkannya dan kini mengenai sebuah kendaraan yang biasa mereka gunakan untuk mobilisasi.
Duarrrr
“Siallannn!!!” teriak pemimpin pemberontak tersebut saat melihat kekacauan itu.
Ia brrdecak kesal dan terus mengumpat.
“Keluarkan kedua sandera itu, sepertinya mereka berdua akan lebih baik jika langsung di eksekusi,” ucap pemimpin tersebut.
Deghhh
Jantung Mirelle berdetak dengan cepat saat mendengar itu. Ia tak rela jika Snake dan Xena harus matii begitu saja. Mirelle yang sudah mengetahui posisi tenda di mana Xena dan Snake ditempatkan, langsung bergerak cepat. Kini ia melemparkan dua buah granat sekaligus ke dua tempat yang berlawanan arah, setelahnya ia langsung masuk ke dalam tenda.
Dorrr dorrr
Menggunakan senapan berperedam, Mirelle menembaki para pemberontak. Mata Snake dan Xena yang menangkap keberadaan Mirelle setelah gadis itu membuka penutup mata yang dipakaikan pada mereka pun membulat.
“Cepat keluar dari sini, Kak!” perintah Mirelle.
“Elle!” teriak Snake.
“Cepatlah!!” Ujar Mirelle, “larilah ke pohon paling besar di sebelah utara. Aku menyimpan senjata dan persediaan granat di sana.”
Snake dan Xena menganggukkan kepalanya kemudian langsung keluar dari tenda. Mirelle juga melakukan hal yang sama, tapi ia hanya diam melihat kepergian kedua rekannya.
Mirelle langsung diam di sana dan menyiapkan bom yang tadi sudah ia siapkan di tubuhnya. Ia merakit kembali dengan cepat. Bom yang tadinya memiliki daya ledak sedang, kini sudah menjadi satu dengan daya ledak yang jauh lebih besar.
“Bersiaplah kalian semua!” teriak Mirelle sambil membawa bom tersebut ke bagian bangunan yang menjadi tempat di mana pemimpin pemberontak itu berada.
🧡🧡🧡
alurnya juha bagus banget....👍🏻👍🏻