NovelToon NovelToon
ISTRIKU DUA TAPI AKU MASIH PERJAKA

ISTRIKU DUA TAPI AKU MASIH PERJAKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mega Biru

Orang bilang punya istri dua itu enak, tapi tidak untuk Kelana Alsaki Bragha.
Istrinya ada dua tapi dia tetap perjaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mega Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 25

“Hari ini kita masak nasi berapa gelas, Bu?” tanya Ajeng, sebelum memindahkan beras ke wadah.

“Masak 4 gelas aja, Bu. Dewi sama Dara kan lagi nggak ada,” sahut Agustina yang sedang mengupas kulit kates. (Kates \= Pepaya muda)

Ajeng baru sadar tak melihat besan dan menantunya seharian. “Memangnya Bu Dewi dan Mbak Dara ke mana, Bu?”

“Ke Cianjur, Dara mau berobat di sana.”

“Berobat penyakitnya?” tanya Ajeng, yang mulai mencuci beras.

“Iya, sekaligus berobat spiritual sama orang bisa. Saya harap semua penyakit Dara bisa sembuh, saya nggak tega sama Dara yang tetap mau bertahan meskipun diabaikan putra saya.”

“Aamiin, saya juga jadi kasihan sama Mbak Dara, Bu. Sekarang Mbak Dara udah nggak seangkuh dulu. Dulu Mbak Dara sering nggak sopan sama saya karena menganggap saya sebagai asisten rumah tangga, tapi sekarang cara ngomong Mbak Dara jadi lebih sopan kalau bicara sama saya. Kita doakan yang terbaik aja buat Mbak Dara,” sahut Ajeng.

"Aamiin."

“IBUUUU!” teriak Bening yang baru pulang.

“Masya Allah, anak ibu dari mana aja? Kenapa sore gini baru pulang?” tanya Agustina.

“Bening abis syuting, Bu,” jawab Kelana.

“SYUTING?” Ke dua ibu itu terkejut, bahkan Ajeng langsung buru-buru memasukkan berasnya ke dalam penanak nasi.

“Iya, Bu. Hari ini aku abis syuting di sinetron Anak Sekolah. Aku beliin ini dari hasil gaji pertama aku.” Bening mengangkat plastik hitam yang ia bawa.

“GAJI PERTAMA?” Ke dua ibu itu bertanya kompak.

“Bukan gaji, tapi upah. Tadinya saya udah ngelarang Bening buat beli oleh-oleh untuk kalian. Soalnya upah Bening nggak seberapa, karena cuma jadi peran pembantu,” sahut Kelana.

“Peran pembantu? Anak ibu jadi pembantu?” Ajeng terkejut.

“Bukan, Bu. Peran pembantu itu bukan jadi pembantu, aku berperan jadi anak sekolah, kok. Ibu mau lihat vidionya?” tanya Bening.

“Coba ibu lihat.” Agustina sampai meninggalkan katesnya.

[Hai, guys! Aku baru selesai syuting di sinetron Anak Sekolah nih. Caba lihat itu --] Bening mengarahkan kamera pada artis utama yang sedang break membaca script.

[Kalian jangan lupa nonton sinetron perdana aku ya, guys! Kata sutradara, tayangnya lusa. Udah dulu ya, aku mau lanjut syuting lagi.]

Mini vlog itu berlatar belakang sebuah kelas, dan sudah diunggah Bening di sosial medianya.

“Masya Allah, jadi anak ibu beneran syuting?” Ajeng berkaca-kaca karena tak menyangka, namun ia sudah percaya pada perkataan putrinya saat melihat ada artis ternama.

“Selamat ya, Bening. Ibu bangga sama kamu,” ujar Agustina.

“Makasih, Bu. Pokoknya lusa kita harus nobar sinetron pertama aku. Dan ini oleh-oleh dari hasil kerja aku.” Bening memberikan sebuah ikat rambut berwarna hitam kepada ke dua ibunya itu. “Dan yang ini untuk aku dan Mbak Dara.” Lanjut menunjuk ikat rambut berwarna pink dengan model senada.

“Oh, jadi ceritanya mau couple-an ikat rambut?” Agustina terkekeh.

“Iya, Bu.”

“Makasih ya, Bening. Hadiah pertama dari Bening akan ibu pakai di dalam hijab ibu.” Ajeng menangis bangga.

“Sama-sama, Bu. Ibu jangan nangis.” Bening memeluk ibunya. “Pokoknya aku akan belikan apa pun yang ibu mau, kalau aku udah sukses.”

“Ibu selalu mendoakan kesuksesan kamu, Nak. Semoga kamu bisa menggapai semua cita-cita kamu, ya?”

“Aamiin, tapi semua itu nggak akan terwujud kalau bukan karena bantuan Bang Kelana, Bu. Abang yang udah usahain semuanya untuk aku.”

Kelana menepis udara karena tak ingin dibanggakan. “Saya mau mandi dulu.” Lanjut masuk ke dalam kamar mandi.

“Abis Abang, aku yang mandi. Aku mau kasih makan Dudung dulu!” seru Bening, namun dibalas dengan suara kran air.

“Sebelum Dudung yang makan, Bening dulu yang makan. Bening pasti belum makan, kan?” tanya Agustina.

“Udah, Bu. Tadi di lokasi syuting aku dikasih nasi kotak. Terus waktu pulang tadi Bang Kelana traktir aku makan lagi. Tapi ngomong-ngomong Mbak Dara ngapain ke Cianjur, Bu?” tanya Bening.

“Mbak Dara mau berobat,” sahut Agustina.

“Berobat jengger ayamnya?”

“Iya.”

**

**

**

Setelah memberi makan Dudung, Bening baru keluar dari kamar mandi selepas membersihkan diri. Rambut gadis itu masih basah hingga terurai panjang, dan hanya menggunakan dua handuk untuk menutupi tubuh dan pundaknya.

“Harusnya tadi bawa baju ganti dulu sebelum mandi,” gumam Bening yang celingak-celinguk, dengan ke dua tangan meremas handuk yang menutupi dada.

“Untungnya nggak ada orang.” Lanjut berlari, berharap tak ada yang melihatnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Suasana di luar sangat mendung seperti akan turun hujan, namun Bening tak menemukan Ajeng dan Agustina di segala ruangan.

“Ibu ke mana, ya?” gumam Bening yang merasakan sunyinya rumah.

Lekas Bening masuk ke dalam kamar meskipun pikirannya bertanya-tanya. Namun gadis itu terkejut saat melihat Kelana yang sedang menonton sesuatu di laptopnya, dengan posisi duduk di meja belajar.

“Bang Kelana lagi apa?” tanya Bening.

“Lagi nonton Drakor,” jawab Kelana dengan pandangan fokus menonton.

“Sejak kapan Bang Kelana jadi suka nonton Drakor?”

“Sejak kamu ajak saya nonton Drakor. Ternyata nonton memang bikin pikiran stres berkurang.” Kelana tetap fokus pada layar laptop.

“Oh.” Bening membuka handuk yang menutupi pundaknya, lantas menggunakan handuk itu untuk menggosok rambutnya yang basah. “Btw, ke dua ibu kita ke mana, Bang?”

“Ke acara undangan, anaknya Pak RT menikah.”

“Oh, btw Bang Kelana udah tau kenapa Mbak Dara ke Cianjur?” Bening mengangkat wajahnya setelah meniriskan rambutnya, namun terkejut saat melihat Kelana yang sedang memperhatikannya.

“Udah, tadi saya udah tanya ke ibu,” jawab Kelana, namun matanya jadi fokus memandang Bening yang pertama kali tampil menggunakan handuk.

“Abang kok liatnya gitu?” Bening menutupi pundak dan dadanya lagi menggunakan handuk.

“Nggak papa, kamu cantik banget kalau abis mandi.”

Jantung Bening kembali berdetak kencang saat mendengar pujian pertama yang keluar dari mulut suaminya.

“Memangnya aku nggak cantik kalau belum mandi?” tanya Bening.

“Ya cantik, cuma kalau habis mandi kamu jadi lebih cantik.”

Kelana memperhatikan betis putih Bening yang panjang, lanjut ke paha yang juga panjang, lanjut ke perut yang sangat langsing, lanjut ke dada yang baru tumbuh, lanjut lagi ke wajah basah yang sangat bening.

“Kamu cantik, Bening.” Tanpa sadar Kelana memuji Bening lagi.

“Makasih, Bang.” Dada Bening semakin bergemuruh kencang, lantas memilih menghampiri lemari untuk menetralkan guncangan di jantungnya.

Kelana memperhatikan punggung Bening yang sedang memilah-milah baju di lemarinya, namun ia langsung menepis pikiran prianya yang sempat tertarik ingin menyentuh istrinya.

“Sadar, Bening masih kecil,” gumam Kelana sangat pelan.

“Apa, Bang?” Bening mendengar sekilas.

“Nggak papa.” Kelana memfokuskan mata dan pikirannya untuk menonton lagi.

“Wah, adegan kissing tuh.” Bening antusias ingin melihat adegan akting di laptopnya itu.

“Kamu semangat banget kalau udah adegan begini, Bening. Apa jangan-jangan kamu udah pernah ciuman sama laki-laki?” tanya Kelana.

“Enak aja, aku nggak pernah punya pacar dan nggak mau cium-ciuman walau pun udah punya pacar, Bang. Mungkin Abang yang pernah ciuman sama Mbak Dara,” sindir Bening.

“Jangan fitnah, Bening. Gini-gini saya juga nggak pernah ciuman sama perempuan. Paling full cuma cium pipi aja,” sahut Kelana.

“Ah, masa?” Raut Bening seperti tak percaya.

“Nggak papa kalau nggak percaya. Saya itu selalu jaga Dara. Saya nggak mau ciuman sama yang bukan istri saya.”

“Aku istrinya Abang. Apa Abang mau ciuman sama aku?” Pertanyaan Bening membuat Kelana membidik.

“Ci – um – an.” Kelana menjeda kalimatnya.

“Iya, kayak di film itu.” Bening menunjuk laptopnya.

“Tapi bercanda, hehe. Aku bercanda, Bang.” Bening mendadak gugup melihat tatapan Kelana yang seperti siap memangsa.

“Tapi saya nggak suka bercanda, Bening.” Kelana menarik pinggang Bening hingga gadis itu berhasil berdiri di hadapannya.

“M-maksud Ab-ang?” Bening semakin gugup hingga suaranya terjeda.

“Tadi kamu bilang, ‘Apa Abang mau cium aku?’ pertanyaan itu nggak bisa saya anggap bercanda. Saya mau kok cium kamu. Kamu akan jadi gadis pertama yang saya cium sebagai istri saya.”

“T-tapi, Bang. Aku berneran bercand –“ Kalimat Bening terpotong saat Kelana berdiri untuk menyejajarkan tingginya.

“Kamu bilang, ingin jadi istri saya selamanya?” Mimik Kelana tampak serius.

“I-ya.” Bening membeku saat menatap dekat wajah Kelana.

“Selamanya?” Kelana mengangkat dagu Bening menggunakan jari telunjuknya.

“Y-ya selama-nya, ka-ta ibu, aku nggak bo-leh ja-di janda.” Bening sampai melupakan fungsi kelopak mata, hingga terhipnotis tak bisa berkedip.

“Saya janji nggak akan buat kamu jadi janda. Saya akan menjaga kamu sebagai istri saya, karena saya laki-laki beruntung yang bisa mendapatkan istri sebening kamu. Saya juga janji akan menjaga kesucian kamu sampai usia kamu matang untuk saya sentuh.”

“Jadi Abang mau jadi suamiku untuk selamanya juga?” Bening menatap intens ke dua kornea Kelana, kata-kata Kelana yang menurutnya dewasa itu pun mampu membuat jantungnya berdebar aneh lagi.

“Ya, saya mau jadi suami kamu selamanya. Pernikahan kita akan saya resmikan sesuai ketentuan negara saat usia kamu memenuhi syarat mendaftar di KUA.”

Bening sampai tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun dari bibirnya. Namun manik matanya kembali memandang lamat wajah pria yang membuatnya kagum itu.

“Kenapa diam? Kamu mau kan jadi istri saya yang sah di mata negara juga?” tanya Kelana.

“Mau, Bang. Tapi memangnya Abang bisa sabar nungguin usia aku memenuhi syarat menikah?”

“Kamu jangan pikirkan saya, justru saya takut kamu yang nggak sabar menunggu. Tapi biar kamu nggak bosan, apa kita pacaran versi halal untuk mengenal satu sama lain sampai bisa saling mencintai?”

“Pacaran versi halal sampai saling mencintai?Jadi Abang suami sekaligus pacar pertama aku?”

“Ya, saya ingin jadi pria pertama dan terakhir untuk kamu. Apa saya boleh mencium bibir kamu sebagai keseriusan saya?” Kelana mendekatkan wajahnya hingga menatap ke dua kornea Bening dari dekat, pandangan itu pun turun ke bibir ranum istrinya.

“Boleh?” Kelanan menunggu jawaban.

“B-bo-leh,” jawab Bening, di tengah kakinya yang mendadak gemetaran.

"Kalau gitu mulai sekarang kamu jadi pacar halal saya?" Kelana menarik tengkuk Bening dengan tangan kanannya, hingga ke dua wajah mereka semakin mendekat.

"I-ya, Bang pacar."

"Boleh saya cium pacar halal saya sekarang?"

"B-boleh, Bang pacar."

“Tapi ini kali pertamanya saya mencium bibir wanita, tolong maklumi jika ciuman saya nggak sehandal aktor Korea, ya?”

Bening mengangguk pelan, disambut tangan kiri Kelana yang menarik pinggang ramping istrinya, lantas perlahan mencium bibir Bening untuk kali pertamanya.

1
NT.Fa
Cerita yang sangat menarik, cerita ini bikin penasaran, baca awal jd ketagihan Goodluck
NT.Fa
aku baru tau loh...
NT.Fa
iya nih gimana sih si Kelan. td katanya Terima sekarang gk gitu. /Facepalm//Facepalm/
NT.Fa
wah ini toh yang jadi masalah nya ?
NT.Fa
wih MasyaAllah ni calon suami idaman.
NT.Fa
hahaha bener ni otak mu 🤭
NT.Fa
wih jarang bgt ya jaman sekarang ni😭
Mưa buồn
Sampai begadang buat baca ini, terbayang-bayang sampe pagi.😍
Nami/Namiko
Gak nyesel baca cerita ini, recommended banget!
Tani
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!