Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.
16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.
Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~20
Ariel yang tak berniat berhenti pun nampak menoleh ke belakang melihat sahabatnya itu bersama seorang gadis berambut keemasan, entah siapa gadis itu karena berdiri dengan memunggungi arah jalan hingga membuatnya tak dapat melihat wajahnya dengan jelas.
"Apa gadis itu kekasih Daniel ?" gumamnya, mengingat sahabatnya itu tak pernah menjalin hubungan dengan gadis manapun sejak beberapa tahun lalu. Sejak peristiwa waktu itu yang sampai sekarang masih membekas di ingatannya.
"Rambut keemasan." gumamnya lagi dan itu mengingatkannya pada office girl di kantornya yang telah meninggalkan sehelai rambut di ruangannya.
Kemudian ingatannya kembali ke satu tahun yang lalu di mana ia telah sengaja mencuri ciuman seorang gadis dan gadis itu juga berambut keemasan.
"Sofia." gumamnya, sudah hampir satu tahun lebih ia tak melihat gadis itu.
"Tidak, itu tidak penting." imbuhnya lagi mengingkari rasa penasaran yang sempat terlintas di benaknya, pernah mencium seorang pelayan adalah salah satu kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan.
Bagaimana bisa ia yang notabennya seorang tuan muda tiba-tiba menyentuh gadis pelayan itu, ini pasti sebuah kesalahan yang tanpa ia sadari.
"Sial !!" umpatnya kemudian.
Sesampainya Apartemennya Ariel nampak di kejutkan oleh kehadiran tunangannya itu yang terlihat sedang duduk di lantai sembari bersandar di pintunya dan itu membuat pria itu nampak tersenyum kecil.
Gadis itu selalu ada saja tingkah randomnya yang mampu menghibur orang-orang di sekitarnya, namun sayang sekali ia tak pernah mencintainya.
Bagi Ariel, Jessica hanya seorang adik baginya. Kebersamaan mereka sedari kecil membuatnya aneh jika harus tiba-tiba menikahinya.
"Syukurlah kamu sudah datang, aku hampir pingsan di sini." keluh Jessica yang masih enggan berdiri dari duduknya di atas lantai.
"Bangunlah, lantai itu sangat kotor dan aku tidak mau kamu mengotori apartemenku nanti !!" perintah Ariel kemudian.
"Lantai ini sangat bersih tuan Ariel yang super pembersih." gerutu Jessica sembari mengulurkan tangannya yang langsung di tarik oleh pria itu hingga kini gadis tersebut bangkit dari duduknya.
"Jadi kak Ariel darimana saja, aku hubungi sekretarismu katanya kamu sudah keluar kantor dari sore ?" tanya Jessica ingin tahu.
"Aku berkunjung ke kantor cabang, ada beberapa berkas anggaran yang harus ku cek." sahut Ariel seraya membuka pintu Apartemennya.
"Lepas sepatumu dan segera bersihkan kaki dan tanganmu sebelum mengacak-acak isi Apartemenku !!" perintahnya dan itu membuat Jessica langsung memanyunkan bibirnya, tunangannya itu memang sangat sensitif dengan hal-hal yang sedikit kotor.
"Tunggu kamu mau kemana !!" Ariel langsung menghentikan Jessica saat sedang membuka pintu kamarnya.
"Aku sudah masuk, terlambat." ledek Jessica yang langsung masuk ke dalam kamar pria itu, kemudian segera masuk ke dalam toilet yang ada di dalam sana.
"Di luar ada toilet, Jessica." teriak Ariel, ia sangat tidak suka jika ada orang lain mengacak-acak kamar pribadinya namun sepertinya gadis itu tak menanggapi namun justru bernyanyi kecil seakan tak mendengar ucapannya.
Ariel yang di abaikan begitu saja nampak menghela napasnya kemudian melonggarkan kemejanya dengan melepaskan kancing teratasnya, setelah itu segera berlalu menuju lemarinya.
"Kau mau kemana ?" tanya Jessica setelah keluar dari dalam toilet, gadis itu nampak melihat Ariel membawa tumpukan pakaian di tangannya.
"Mandi." sahut Ariel singkat.
"Dengan membawa semua pakaian itu ?" Jessica langsung mengernyit.
"Hm." Ariel bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
"Kenapa kamu tidak berganti pakaian di luar saja ?" timpal Jessica ingin tahu.
"Aku tak biasa ganti pakaian di depan seorang wanita." sahut Ariel lantas segera menutup pintu kamar mandinya.
"Tapi aku tunanganmu, jika kamu lupa." teriak Jessica sedikit nyaring yang langsung membuat Ariel membuka kembali pintu kamar mandinya.
"Hanya tunangan, bukan istri dan satu lagi segera keluar dari kamarku jika tidak kamu yang ku suruh membersihkannya ulang." tegas pria itu lalu kembali menutup pintunya dan menguncinya dari dalam karena Jessica yang masih berdiri di depan pintu tersebut mendengar bunyi suara pintu terkunci.
"Selalu saja seperti itu." gerutunya seraya melangkahkan kakinya keluar dari kamar pria itu, tentu saja ia urung mengacak-acak kamar tersebut karena ia memang sangat malas jika di suruh untuk merapikannya kembali bahkan di rumahnya pun pelayan yang mengerjakan semuanya.
Sepertinya lain kali ia akan membawa serta pelayannya jika akan datang ke sini, agar tunangannya yang anti kotor itu tidak akan melarangnya ini dan itu.
Beberapa saat kemudian Ariel nampak keluar dari kamarnya dengan pakaian rumahan yang sudah lengkap dan tentu saja itu membuat Jessica langsung tersenyum sinis.
"Sabtu ini Papamu mengundang kami untuk makan malam di rumahmu." ucap Jessica dari duduknya, gadis itu nampak sibuk memindah chanel televisi.
"Hm." Ariel hanya berdehem kecil, pria itu nampak membawa laptopnya lantas duduk di sebelah gadis itu.
"Kerja lagi ?" Jessica langsung melebarkan matanya saat tunangannya itu kembali fokus pada layar monitornya.
"Hm, aku harus meneliti anggaran ini." sahut Ariel yang langsung membuat Jessica nampak mencebikkan bibirnya.
Sebelumnya ia berharap bisa berduaan dengan pria itu melakukan hal yang menyenangkan, paling tidak mereka bisa bicara dari hati ke hati atau mungkin melakukan first kiss.
Meski usianya baru 18 tahun lebih tapi ia juga ingin merasakan seperti teman-temannya yang sesekali bermesraan dengan kekasihnya meskipun itu hanya sebuah ciuman di pipi ataupun dahi.
"Apa aku sangat membosankan ?" tanya Jessica mengawali pembicaraan seriusnya.
"Tidak." sahut Ariel yang masih fokus dengan layar monitornya tersebut.
"Lalu kenapa kamu tak begitu peduli padaku? kamu selalu saja sibuk kerja dan tak ada waktu buatku." ucap Jessica mengutarakan isi hatinya yang tentu saja langsung membuat Ariel menoleh padanya.
"Kamu lucu dan sangat menyenangkan." timpal pria itu menanggapinya.
"Apa aku cantik ?" tanya Jessica yang sepertinya belum puas dengan dengan jawaban pria itu.
"Tentu saja, kamu cantik dengan rambut hitam panjangmu itu." sahut Ariel yang kini kembali fokus dengan laptopnya.
"Jadi kamu menyukai rambutku ?" tanya Jessica dengan menahan senyumnya.
Ariel segera mengangkat wajahnya menatap gadis itu, lebih tepatnya menatap rambut panjangnya yang sedikit ikal tersebut namun tiba-tiba ia mengingat seorang gadis yang berlarian di jalanan kantornya.
Rambut ikal keemasannya nampak sangat cantik dan berkilau saat bergerak mengikuti langkah gadis itu.
"Sial !!" umpat Ariel dalam hati, bisa-bisanya dalam situasi seperti ini gadis asing itu justru terlintas di pikirannya.
"Rambutmu bagus seperti aunty Anne." sahut Ariel kemudian.
"Tentu saja meskipun wajahku seperti Daddy." timpal Jessica sembari terkekeh.
"Kau putrinya jika lupa." timpal Ariel seraya mencubit hidung gadis itu hingga memerah yang tentu saja membuat tunangannya itu langsung mengadu kesakitan.
"Oh ya, bagaimana perasaanmu terhadapku ?" tanya Jessica kemudian dan sontak membuat jari-jari Ariel berhenti saat sedang mengetik.