Ketika sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam maka kamu bebas sekarang.
Ketika Ia kecelakaan hampir merenggut nyawa dan kritis beberapa waktu,suaminya justru tidak peduli dan merawat wanita lain yang hanya demam biasa di rumah sakit yang sama.
Pada akhirnya Liliana menyerah karena tak pernah di anggap dan tak pernah mendapatkan respon balik, sekalipun nyawanya hampir melayang jadi Ia mengajukan perceraian mereka.
Namun Ketika Ia sudah memutuskan menyerah dan bercerai, suaminya tiba-tiba berubah dan ingin mempertahankan pernikahan mereka.
Akankah Liliana berubah pikiran untuk bertahan?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hantari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hal aneh
Namun Lily bukan lah orang yang mudah percaya begitu saja, apalagi mengingat hubungan mereka yang sudah sangat lama dan ayolah mereka adalah pria dewasa dan wanita biasa yang sudah berhubungan sejak lama, tidak mungkin belum pernah melakukannya terlebih orangnya adalah Laura dan juga Bara.
"Itu bukan urusan ku,kalian pernah melakukannya atau tidak itu juga bukan urusan ku"
Lily melipat kedua tangannya dengan senyum miring namun gurat kesedihan tidak bisa Ia sembunyikan.
Namun Bara justru terlihat seperti biasa dengan wajah datarnya atau tidak terlihat seperti sedang mencoba akan menjelaskan."Terserah kau percaya atau tidak"
"Aku memang tidak percaya, kecuali kau memang bermasalah",ucap Lily dengan berdecih dan penuh ejekan, sejujurnya Ia cukup takut mengatakannya terlebih Ia merasakan aura sekitarnya tiba-tiba berubah dengan begitu dingin dan mencekam hingga ketika Ia menoleh ke wajah Bara Ia baru menyadari wajah pria itu tampak berubah.
"Kau sedang menguji ku?"
Deg...
Jantung Lily rasanya akan copot saat Bara tiba-tiba menahan pinggangnya kemudian menekan tengkuknya hingga wajah mereka menjadi begitu dekat bahkan bibir mereka hampir bersentuhan.
Cukup lama mereka di posisi itu dengan saling menatap,hingga Lily tiba-tiba mendorongnya dengan sangat kuat sepenuh tenaganya meski itu tak membuat Bara terjungkal ke belakang.
"Jangan menyentuh ku dengan tangan mu yang sudah memegang wanita lain, apalagi dengan bibir itu...,"Ia tiba-tiba canggung untuk melanjutkan ucapannya,"Entah berapa bibir wanita yang sudah kau sentuh"lanjutnya namun terdengar seperti gumaman.
Namun Bara masih bisa mendengarnya,hal itu membuat garis senyum terlihat di bibirnya."Aku tidak pernah melakukannya"
Lily melotot kan matanya seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja Ia dengar, sangat mustahil orang pacaran belum pernah melakukan hubungan apalagi ciuman bibir sudah sangat biasa di jaman modern sekarang termasuk sahabatnya Monika meskipun mereka masih sejauh berciuman bibir.
"Apa kau sudah pernah?"
Lily langsung terkejut mendengarnya,Ia tidak ingin kalah dan terlihat seperti wanita cupu apalagi Ia ingat Monika pernah mengatakan kalau di jaman sekarang perempuan yang tidak pernah pacaran dan berciuman dan melakukan hubungan adalah wanita cupu dan sering di anggap tidak laku.
"Tidak,aku tidak akan pernah merendahkan diriku di depannya,dia akan berfikir kalau aku tidak laku dan tidak ada pria yang mau bersama ku", gumamnya dengan berfikir keras.
Bara menaikkan sebelah alisnya menatap serius dan dalam wajah Lily yang sekarang tampak gugup.
"Tentu...tentu saja pernah bahkan kami sudah melakukan hal lebih jauh lagi, kau pikir apa?kau pikir aku tidak laku? banyak pria yang menginginkan ku", ucapnya dengan cepat meski gugup.
Ekspresi Bara yang tadinya sedikit mencair seketika terlihat kembali begitu dingin, urat-urat wajahnya terlihat menonjol.
Lily kaget saat tiba-tiba Bara memegang kedua bahunya hingga membuatnya langsung berbalik hingga mereka kembali saling berhadapan.
"Aku tidak peduli dengan siapa kau pernah melakukannya,tapi mulai sekarang kau tidak boleh melakukannya dengan siapapun itu termasuk pria itu"
Ucap Bara dengan peringatan yang begitu tegas dan tajam, ingatannya langsung pada pria yang beberapa waktu lalu merek temui itu.
Lily segera melepaskan diri dan mendorong dada bidang itu agar mereka menjauh."Bukan urusan mu aku melakukannya dengan siapapun itu", sarkasnya.
Entah kenapa Bara merasakan kemarahan bergejolak di dadanya membayangkan tubuh wanita di depannya itu di sentuh oleh pria lain, hal itu membuat kepalanya tiba-tiba panas dan darahnya terasa begitu mendidih hingga Ia tidak bisa menahan diri dengan kesakitan yang Ia rasakan dari dalam tubuhnya.
"Ka..kamu kenapa?". Lily kaget melihat seluruh tubuh Bara begitu merah,Ia menyentuh tangannya hingga Ia bisa merasakan suhu tubuh pria itu sangat tinggi hal itu membuatnya menjadi panik terlebih Bara yang terlihat melemah.
Bara menarik tangannya yang di genggam Lily kemudian mengambil jasnya dan langsung pergi dari ruangan itu dengan langkah panjangnya yang cepat.
"Ada apa dengannya?"
***
Sementara itu Bara masuk ke sebuah ruangan,Ia langsung mencari kotak di laci hingga Ia menemukan sebuah suntikan dan segera Ia langsung menyuntikkannya ke tangannya.
Pada saat itulah rasa sakit dan panas yang luar biasa berangsur-angsur menghilang,Ia memejamkan matanya dan menenangkan detak jantung nya yang tidak normal jika hal seperti itu terjadi.
Bukan sekali dua kali hal itu terjadi namun sejak dirinya kecil,ada beberapa hal yang membuat dirinya menjadi seperti itu salah satunya amarah yang berlebihan dan alergi terhadap sesuatu terlebih tubuhnya sangat sensitif terhadap kebersihan baik itu kebersihan dari orang-orang di sekitarnya termasuk wanita.
Bersambung...
krna pnghinaan dan kekecewaan terlalu lama diperbuatnya,apalagi ditmbh tuduhan drimertua,kuatkn hatimu LILy,jgn cepat tergoda.
menjauh lah ly