Jian Chen melarikan diri setelah dikepung dan dikejar oleh organisasi misterius selama berhari-hari. Meski selamat namun terdapat luka dalam yang membuatnya tidak bisa hidup lebih lama lagi.
Didetik ia akan menghembuskan nafasnya, kalung kristal yang dipakainya bersinar lalu masuk kedalam tubuhnya. Jian Chen meninggal tetapi ia kembali ke masa lalu saat dia berusia 12 tahun.
Klan Jian yang sudah dibantai bersama keluarganya kini masih utuh, Jian Chen bertekad untuk menyelamatkan klannya dan memberantas organisasi yang telah membuat tewas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 5 — Gerbang Kultivasi
“Chen’er, apakah kamu belum bisa memahami gerbang kultivasi?” Jian Wu menatap anaknya.
“Ayah, Ibu, sepertinya aku sudah bisa, aku telah memahaminya sekarang.”
Jian Wu dan Jian Ran saling pandang sesaat, ini bukan pertama kalinya anaknya berkata demikian. Saat berumur 8 tahun Jian Chen mengatakan yang sama tetapi sampai sekarang pun ia belum bisa membuka Gerbang Kultivasi.
Jian Wu sebagai seorang ayah tentu mengharapkan Jian Chen tumbuh menjadi pendekar hebat tetapi disisi lain ia tidak berharap lebih, Kian Wu tidak bisa memaksa anaknya lebih jauh jika itu diluar potensinya.
Sayangnya, keduanya tidak tahu bahwa Jian Chen yang sekarang adalah sosok yang berbeda.
Sebagai seorang ibu, Jian Ran hanya bisa menyemangatinya, dia berjongkok didepan anaknya sambil mengelus kepalanya, “Chen’er pasti bisa, Ibu percaya bahwa kamu akan jadi pendekar yang hebat.”
“Terimakasih Ibu, aku akan menjadi pendekar paling kuat suatu saat nanti…” Jian Chen berkata penuh percaya diri.
Sebenarnya dari bahasa ibunya saja, Jian Chen tahu bahwa ibunya tidak mempercayainya. Tetapi ia cukup memaklumi karena di kehidupan dulu Jian Chen kecil mempunyai bakat yang rendah.
“Ah, sudah sore, sebaiknya kalian membersihkan diri… Ibu akan memasak terlebih dahulu.” Jian Ran menatap langit yang sudah berwarna jingga, tidak terasa waktu bergulir begitu cepat.
Jian Chen mengangguk, saat ia hendak melangkah tiba-tiba ada tangan yang meraih tubuhnya. Jian Chen terkejut ketika dirinya diangkat, ternyata ayahnya menggendong Jian Chen dipundaknya.
“Kau pasti lelah, Chen’er, biarkan ayahmu yang menjadi kendaraan.” Jian Wu tertawa.
“Chen’er sudah besar suamiku, sampai kapan kamu terus memanjakannya?” Jian Ran ikut melangkah di samping suaminya.
“Hm? Hanya aku tidak pernah bilang secara langsung bukan berarti aku tidak melihatnya. Aku juga tahu saat aku tidak ada di rumah, diam-diam kau selalu memanjakan Chen’er bukan, seperti menyuapinya?”
“Ba-bagaimana kamu tahu?” Jian Ran sedikit terkejut.
Jian Wu tertawa kecil. “Itu rahasia… Yang pasti aku selalu mengawasimu Ran’er, memandangmu…”
Jian Ran mengigit bibir untuk menahan senyuman yang akan muncul. Belum cukup disana, Jian Wu mengecup pipi putihnya, membuatnya merona dan tersipu malu.
“Chen’er, kau lihatlah, sikap ibumu masih saja bertingkah seperti gadis remaja.” Jian Wu tertawa, Jian Chen tersenyum mendengarnya lalu mengangguk.
“Biar saja…” Jian Ran mencubit perut Jian Wu sebelum berjalan lebih cepat, ia harus buru-buru menyembunyikan wajahnya yang tambah memerah.
Sepasang ayah dan anak itu tertawa bersamaan, terutama untuk Jian Chen yang sudah lama tidak tertawa lepas seperti ini, apalagi kebahagiaan yang sekarang adalah hal yang begitu hangat, kebahagiaan bersama keluarga.
***
Dimalam hari selepas makan malam, Jian Chen memasuki kamar pribadinya. Jian Chen menaruh pedang kayu disudut dinding dan menatap senjata itu dengan perasan campur aduk.
“Apa sebaiknya aku mempelajari ilmu pedang saja?” Jian Chen menggaruk kepalanya.
Pada pelatihan tadi, Jian Chen bisa merasakan bagaimana menggunakan senjata dalam pertarungan, selain bisa untuk menyerang lebih mudah senjata juga bisa digunakan untuk bertahan.
Dalam kehidupan sebelumnya, Jian Chen masih ingat gurunya pernah mengatakan bahwa pendekar yang memiliki senjata dalam pertempuran memiliki peluang yang tinggi untuk menang.
Jian Chen sendiri pernah belajar pedang dalam beberapa waktu tetapi tidak belajar lebih dalam, ia benar-benar tidak tertarik waktu itu namun kali ini berbeda kasusnya.
Ketika Jian Chen bisa kembali ke masa lalu, apapun itu untuk meningkatkan kemampuan bela dirinya Jian Chen akan menempuhnya termasuk jika harus belajar ilmu pedang.
Jian Chen sebenarnya adalah salah satu pendekar dengan keahlian ilmu tenaga dalam yang tinggi, ia bahkan bisa menciptakan senjata dengan ilmu tenaga dalamnya tetapi tetap saja akan berbeda jika menggunakan senjata asli.
“Rasa-rasanya aku tidak punya senjata dikehidupanku sebelumnya, jangankan pedang, baju pelindung saja aku tidak punya…”
Mengingat itu Jian Chen menggelengkan kepala pelan dengan menghela nafas panjang. Ternyata dirinya dimasa lalu itu memang cenderung bergantung pada tenaga dalamnya.
“Sebaiknya tentang belajar pedang bisa kupikirkan nanti, sekarang ada yang harus aku tangani, membuka gerbang kultivasi…”
Jian Chen duduk bersila di tempat tidurnya, ia menghirup napas yang dalam lalu menghembuskannya pelan. Jian Chen perlahan mulai menutup matanya, bermeditasi.
Untuk membuka gerbang kultivasi, seseorang harus mempunyai pemahaman dalam beladiri. Pemahaman beladiri itu sendiri biasanya didapat oleh kegiatan sehari-hari, pengalaman kehidupan, atau yang paling sering mudah didapatkan ketika bertarung.
Biasanya, orang yang memiliki banyak pengalaman bertarung akan cenderung lebih cepat mendapatkan pemahaman tersebut.
Sekarang Jian Chen adalah orang yang memiliki banyak pengalaman di kehidupan sebelumnya. Membuka gerbang kultivasi bukanlah hal sulit baginya.
Hampir membutuhkan waktu 8 jam hingga akhirnya Jian Chen bisa membuka Gerbang Kultivasi tersebut.
Sekarang saat Jian Chen membuka mata ia bisa merasakan esensi alam di sekeliling ruangannya, didalam tubuhnya juga terdapat sesuatu yang baru yang biasa disebut Tenaga Dalam.
Esensi alam adalah unsur alami dari alam semesta, jika seorang pendekar menyerap Esensi Alam tersebut kedalam tubuhnya maka akan tercipta yang namanya Tenaga Dalam.
Di kehidupan sebelumnya, Jian Chen bisa membuka gerbang kultivasi sekitar umur 14 tahun, itu termasuk lambat dari seorang pendekar.
Untuk proses membuka gerbang pemula juga, umumnya akan membutuhkan waktu 1 sampai 3 hari, tergantung pada seberapa berbakat orang itu.
Sekarang jika seseorang bisa melihat bagaimana cepatnya Jian Chen membuka gerbang kultivasi dalam waktu 8 jam mungkin banyak orang yang menganggap dirinya orang berbakat tinggi.
“Hm… Tapi kalau seseorang memang berbakat tinggi, diusia 6 tahun saja ia mungkin bisa membuka gerbang kultivasinya…”
Jian Chen menggeleng pelan, dirinya saat dewasa dulu pernah bertemu dengan anak kecil yang sudah membuka kultivasi pada saat masih kanak-kanak. Melihat itu membuat Jian Chen hanya bisa iri memandangnya.
“Aku ingin tahu, apakah aku sekarang berbakat atau tidak?” Jian Chen memejamkan mata sesaat untuk melihat kedalam dantiannya. Ia menemukan Tenaga Dalam yang didapatkan setelah membuka kultivasi hanya ada 3 lingkaran. “Apa-apaan! Apakah bakatku sesampah ini…”
Lingkaran yang dimaksud adalah Lingkaran Tenaga Dalam, satuan untuk menghitung jumlah tenaga dalam pada tubuh seseorang.
Jian Chen tak habis pikir, jika dirinya seorang berbakat atau jenius ia akan memunculkan 10-15 lingkaran tenaga dalam, atau kalau bakatnya biasa saja mungkin muncul 5 - 8 lingkaran
Jika didalamnya menunjukan 3 lingkaran itu berarti bakat seseorang itu sangat rendah.
“Tidak peduli bakatku rendah atau tinggi, tetap saja sekarang aku adalah orang yang berusia lebih tua dari umurku.” Jian Chen sadar, seharusnya ia tidak mempermasalahkan hal sepele seperti ini.
Dengan membawa pengalaman serta ilmunya di kehidupan pertama maka hanya soal waktu dia menjadi orang yang jenius untuk seangkatan umurnya. Hanya saja Jian Chen membutuhkan waktu untuk melakukannya.
“Untuk sekarang aku harus fokus untuk menyalamatkan Klanku dibanding ingin dianggap jenius.” Batin Jian Chen.
Jian Chen tidak punya waktu untuk memikirkan popularitas atau kemampuannya pada orang lain. Yang harus ia fokuskan adalah masalah tentang Klannya yang bakal dibantai.