Happy Reading ....
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen dan like ya
****
Sebagai anggota buangan klan Shen, Erlang Shen tidak diperbolehkan untuk menggunakan nama Shen di depan namanya. Oleh karena itu, dia membalik posisi namanya dan menjadikan Erlang sebagai marga. Banyak hal yang tak boleh dia lakukan, termasuk berkultivasi. namun, semua larangan itu tak dihiraukan olehnya. Dengan modal nekat, ia memulai kultivasinya. Ini adalah titik awal perjalanan sang legenda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Novel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12 Informasi Klan Shen
Isi dari gua tersebut adalah berbagai jenis herbal yang sangat langka serta sebuah tombak yang melayang di tengah-tengah gua. Selain itu, terdapat mayat seekor harimau besar tergelatak di dalam gua. Lao Hu langsung berlari kearah mayat harimau itu dan memeluknya menggunakan tangan kecilnya.
Tetapi, bukan mayat harimau itu yang membuatnya terkejut, melainkan sebuah kristal yang melayang di tengah-tengah gua. kristal itu adalah inti api yang sudah kosong.
"Sepertinya langit bersamaku. Aku memiliki 4 inti api surgawi, sekarang aku menemukan inti api kosong," ucap Erlang Shen.
"Sepertinya aku tidak akan memberikan api surgawi kepada keponakanku itu. Aku akan mengisi inti api kosong itu," gumam Erlang Shen.
Erlang Shen mengambil kristal berbentuk kobaran api yang melayang di tengah gua. Lalu tanpa berlama-lama, Erlang Shen mengeluarkan api ashura, api bintang hijau, dan api teratai biru.
Pertama-tama, Erlang Shen memasukkan api teratai biru ke dalam kristal tersebut. Hal itu dikarenakan diantara api surgawi yang dimilikinya, api bintang hijau adalah yang terlemah. Meski api itu menduduki peringkat ke-4 dalam urutan api terkuat di alam semesta.
Selanjutnya, Erlang Shen memasukkan api bintang hijau. Proses penyatuan itu tidak berlangsung lama. Hanya dalam waktu kurang dari 5 menit, api bintang hijau sudah menyatu dengan kristal itu.
Setelah itu, Erlang Shen mulai menyatukan api ashura ke kristal kobaran api. Api ashura lebih mendominasi di dalam kristal kobaran api tersebut. Meski begitu, ada sebuah sekat tipis yang menekan api ashura.
"Sekarang api suci." Erlang Shen bersiap untuk mengeluarkan inti api suci, tapi api suci keluar lebih dulu sebelum Erlang Shen mengeluarkannya.
"Kalau seperti ini, aku tidak perlu repot-repot," ucap Erlang Shen.
Api suci menyatu dengan kristal tersebut dan mengisi ruang kosong di dalam kristal tersebut. Awalnya tidak ada reaksi apapun, tapi beberapa detik kemudian, kobaran api menyelimuti kristal itu. Penyatuan 4 api surgawi terkuat membentuk kobaran api 4 warna, yaitu putih, biru, hijau, dan hitam. Suhu api itu berkali-kali lebih panas dibandingkan api suci.
Wuuuussssss
Api 4 warna itu berubah menjadi benang-benang api yang memasuki tubuh Erlang Shen. Sekitar setengah jam kemudian, api tersebut sudah memasuki dantian Erlang Shen.
"Lao Hu, apakah dia ibumu?" Erlang Shen bertanya kepada harimau kecil yang masih meratapi mayat seekor harimau besar.
Lao Hu menjawab pertanyaan Erlang Shen dengan anggukan kecil. Erlang Shen mendekat Lao Hu dan mengelus kepala harimau kecil itu. Erlang Shen mengeluarkan kristal sebesar kepalan tangan dari dada mayat harimau besar itu.
"Serap lah kristal itu. Setelah itu, kita akan menguburkan mayat ibumu," ucap Erlang Shen.
Lao Hu menyerap kristal jiwa milik ibunya. Kristal besar itu diserap olehnya dalam waktu kurang dari 20 menit. Dalam sekejap, kultivasi Lao Hu meningkat ke ranah langit tahap 4.
"Peningkatan yang sangat cepat, Lao Hu," puji Erlang Shen.
Erlang Shen menggali sebuah lubang di dalam gua dan berniat menguburkan mayat dari ibu Lao Hu, tapi Lao Hu memasang wajah sedih dan beberapa kali menggelengkan kepalanya.
"Kalau tidak dikubur, mayatnya mau diapakan?" tanya Erlang Shen.
Lao Hu mengeong, lalu ia memeluk harimau besar tersebut. Secara ajaib, harimau besar itu berubah menjadi cahaya dan terbang terbawa angin.
Setelah masalah mayat harimau terbatasi, Erlang Shen kemudian memanen herbal-herbal langka yang ada di dalam gua. Saat ia hendak pergi, Erlang Shen teringat dengan tombak yang melayang di gua. Ia lantas melompat dan memegang tombak tersebut. Tiba-tiba saja, tombak itu berdengung dan mengeluarkan serangan kejut yang membuat Erlang Shen terpental.
Erlang Shen menggenggam tombak tersebut. Tombak itu kembali berdengung dan bergetar hebat. Tangan Erlang Shen yang memegang tombak terluka dan berdarah. Secara ajaib, tombak tersebut langsung tenang setelah terkena darah Erlang Shen.
"Tombak yang aneh." Erlang Shen memasukkan tombak itu ke cincin ruangnya kemudian melesat meninggalkan gua tersebut.
Erlang Shen melesat tanpa henti. Setelah melesat selama berhari-hari, ia akhirnya menemukan kota kecil. Erlang Shen memutuskan untuk mampir di kota itu sekaligus mencari informasi tentang klan Shen.
"Semoga ada informasi tentang klan Shen di kota ini." Erlang Shen menyusuri jalan kota sembari mencari tempat dimana ia bisa mendapatkan informasi yang benar dan akurat.
"Sepertinya aku harus bertanya kepada orang lain." Erlang Shen yang mencari selama seharian tak menemukan tempat yang cocok untuk mencari informasi.
"Tuan Muda cari apa?" Seorang pria tua bertanya kepada Erlang Shen. Erlang Shen yang mendengar itu langsung berbalik sembari tersenyum.
"Aku membutuhkan informasi, tapi tidak tahu dimana aku bisa menemukan informasi yang akurat dan benar," jawab Erlang Shen.
"Dari sini, Tuan Muda jalan terus saja. Di ujung jalan sana, terdapat sebuah bangunan berlapis kristal. Tuan Muda bisa mendapatkan informasi di sana," jelas Pria tua tersebut.
"Terima kasih, Kakek." Erlang Shen langsung pergi ke tempat yang dimaksud oleh pria tua tersebut. Tak butuh waktu lama, Erlang Shen akhirnya menemukan bangunan berdinding kristal yang bertuliskan Paviliun Sanchi.
"Sepertinya ini tempatnya." Erlang Shen memasuki Paviliun itu tanpa perlu menjawab pertanyaan dari penjaga. Hal itu dikarenakan tidak ada yang menjaga pintu paviliun.
"Selamat datang di Paviliun Sanchi, ada yang bisa kubantu?" tanya Resepsionis Paviliun.
"Aku membutuhkan informasi tentang klan Shen," jawab Erlang Shen.
"Tunggu sebentar, Tuan." Resepsionis wanita itu memeriksa rak berisi gulungan yang terletak dibelakangnya. Tak berselang lama, resepsionis itu memberikan sebuah gulungan lusuh kepada Erlang Shen.
"Itu adalah peta klan Shen. Dari informasi yang kami miliki, klan Shen adalah salah satu klan kuno yang masih tersisa. Klan Shen terletak di kota Naga biru," jelas Resepsionis tersebut.
"Informasi terbaru yang kami dapat, klan Shen memburu seseorang yang dianggap penyebab hancurnya cabang klan Shen," lanjutnya.
Erlang Shen menautkan kedua alisnya setelah mendengar penjelasan dari Resepsionis itu. Jika benar klan Shen mencari seseorang yang menjadi penyebab hancurnya klan Shen pimpinan Shen Fu, maka bisa dipastikan kalau dialah yang diincar oleh klan Shen.
"Terima kasih atas informasinya." Erlang Shen meletakkan sekantong koin emas diatas meja lalu melangkah pergi.
"Tunggu dulu, Tuan!" Resepsionis itu meneriaki Erlang Shen. Langkahnya langsung terhenti saat mendengar teriakan dari resepsionis Paviliun Sanchi.
"Ada apa, ya?" tanya Erlang Shen.
"Masih ada informasi yang tak kalah penting. Klan Shen memiliki cermin pusaka yang dapat menunjukkan posisi dari orang yang dicari ataupun tempat-tempat yang akan dikunjungi. Selain itu, klan Shen juga memiliki prajurit elit dengan kultivasi ranah leluhur, serta puluhan kultivator ranah dewa," jelas resepsinya paviliun.
"Sekuat itu?" tanya Erlang Shen dalam hati. sebisa mungkin ia tetap bersikap tenang.
"Darimana mereka mendapatkan informasi itu? Setahuku, informasi tentang klan kuno sangat minim," batin Erlang Shen.
"Terima kasih atas informasinya. Kalau begitu, aku pamit dulu." Erlang Shen keluar dari paviliun Sanchi. Di pintu masuk paviliun, mata Erlang Shen menangkap sebuah cermin yang mengeluarkan aura samar.
"Cermin ilahi." Erlang Shen membatin. Ia meninggalkan halaman paviliun, kemudian menghilang tanpa meninggalkan jejak sama sekali.
Erlang Shen muncul di tempat yang cukup jauh dari kota. Erlang Shen duduk diatas pohon. Ia terlihat memikirkan sesuatu yang sangat mengganggunya.
"Cermin ilahi, informasi yang sangat akurat tentang klan Shen. Ditambah resepsionis itu menjawab tanpa keraguan. Paviliun itu pasti bawahan klan Shen kuno. Tidak mungkin juga mereka mendapatkan informasi tentang klan Shen yang dihancurkan dan juga informasi tentang seseorang yang menjadi penyebab hancurnya klan Shen. Peristiwanya 20 tahun yang lalu tidak mungkin seawet itu," batin Erlang Shen.