NovelToon NovelToon
Aku Istri Yang (TAK) Diinginkan : Cinta Lansia

Aku Istri Yang (TAK) Diinginkan : Cinta Lansia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Suami ideal / Healing / Cinta Lansia
Popularitas:66.9k
Nilai: 4.7
Nama Author: Bukan Emak-Emak Biasa

KDRT dan sederet teror, Mendung dapatkan setelah dirinya menolak rencana pernikahan Andika, suaminya. Andika akan menikahi Yanti, bosnya sendiri. Demi kehidupan enak, dia tega menjebloskan Pelangi—putri semata wayangnya dan Mendung, ke penjara.

Padahal, selama enam tahun terakhir ketika Andika mengalami stroke, hanya Mendung dan Pelangi yang sudi mengurus sekaligus membiayai. Fatalnya, ketidakadilan yang harus ia dan bundanya dapatkan, membuat Pelangi menjadi ODGJ.

Ketika mati nyaris menjadi pilihan Mendung, Salman—pria dari masa lalunya dan kini sangat sukses, datang. Salman yang memperlakukan Mendung layaknya ratu, mengajak Mendung melanjutkan kisah mereka, meski kini mereka sama-sama lansia.

Akan tetapi, selain Salman masih terikat pernikahan, penyakit kronis juga tengah menggerogoti kesehatannya. Masihkah Mendung bisa bahagia, bersama pria yang selalu meratukannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga Puluh Lima

Tanpa Andika yang sebelumnya cerewet, sibuk mengingatkan, Yanti jadi tak hentinya garuk-garuk. Wanita itu bahkan tak peduli, meski kuku-kukunya sudah dihiasi darah dari kulit gatal yang ia garuk.

“Gatal banget!”

Tak adanya cermin di sana pun membuat Yanti khilaf. Yanti tak berpikir, kesibukannya menggaruk wajah, leher, dan bagian yang ia olesi skincare, telah membuat wajahnya lecet parah. Wajah yang selama ini ia rawat penuh perjuangan dan kerap menghabiskan banyak uang, justru sudah sepenuhnya rusa k total. Aset paling berharga dalam hidupnya itu bahkan membuat teman satu tahanannya histeris ketakutan.

Padahal awalnya, rekan tahanan Yanti, nyaris marah-marah. Sebab acara tidurnya terganggu oleh Yanti yang sibuk garuk-garuk, sementara bibir Yanti juga tak hentinya mengoceh.

“Kamu kenapa?” tanya Yanti heran sambil terus garuk-garuk. Ia yang awalnya duduk, berangsur berdiri.

Dua tahanan wanita di sana, membangunkan dua tahanan wanita yang awalnya masih lelap. Berbeda dari keduanya, dua wanita yang bangun langsung mual ketika melihat wujud Yanti.

Wajah lecet berdarah-darah, dan yang lecet itu merupakan bagian bentol-bentol.

“Kena azab apa gimana, kamu? Ya ampun jijik banget! Uwek!”

“Alasanmu terancam dipenjara apa, sih? Kamu bukan pelakor yang pakai susuk kan?”

“Kalaupun kamu enggak pakai susuk, jangan-jangan, kamu diguna-guna oleh istri sah?”

Tudingan demi tudingan barusan membuat Yanti kebingungan. Namun perlahan, di tengah suasana ruang tahanan yang masih remang, ia menyadari ada bau anyir dan itu sangat kuat.

“Bau anyir, ya? Ini bau apa? Kok rasanya dekat banget? Di mana sumbernya? Di atas wajahku, kah?” pikir Yanti yang refleks menengadah. Namun hasil dari ulahnya, tetap tidak ada. Padahal, aroma anyir yang Yanti maksud justru berasal dari wajahnya sendiri. Hingga aroma anyir yang ia cium, juga sangat kuat.

“Aku ke kiri, bau. Aku ke kanan, baru. Aku menunduk, ....” Yanti yang berbicara dalam hati, refleks terdiam tatkala kedua matanya tak sengaja melihat jemari tangannya. Kuku, dan juga telapak tangannya dihiasi darah segar.

“Loh ... ini darah apa?” Yanti makin bingung.

Ucapan lirih Yanti barusan, membuat keempat wanita yang masih menjauhinya, bersuara.

“Itu wajahmu!”

“Yang penuh luka itu wajahmu!”

Keempat wanita di sana, silih berganti menyinggung kondisi wajah Yanti. Keempatnya tetap berdiri di pinggir, dan sengaja menjaga jarak dari Yanti yang telanjur membuat mereka jijik.

“Wajah ... wajahku?” batin Yanti benar-benar syok.

“Nah ... nah ... lalat pada berdatangan!”

Tiga lalat yang dikeluhkan oleh keempat wanita selaku teman tahanan Yanti, merupakan lalat hijau yang gemuk. Lalat penebar bibit belatung itu sudah langsung mendekati Yanti, khususnya mendekati wajah Yanti.

“Hei ... ini ada apa dengan wajahku? Benarkan separah yang mereka katakan? Sampai-sampai, lalat saja jadi sibuk berusaha menjamah wajahku?” pikir Yanti.

Niat hati melindungi wajahnya dari serbuan lalat hijau, telapak tangannya yang tak sengaja menyentuh wajahnya justru jadi lengket.

“Hih, ... kenapa wajahku separah ini? Berarti parah banget apa gimana?” lirih Yanti yang lagi-lagi ditegur rekannya. Ia kembali garuk-garuk, tetapi dilarang oleh empat rekannya. Mereka khawatir, luka di wajah Yanti makin parah.

“Parah gimana, sih? Jangan bikin aku takut dong.” Yanti mulai menangis. Ia sungguh ketakutan. Namun, keempat rekannya tak lagi mau berkomunikasi dengannya. Keempatnya ketakutan, takut tertular.

Keempat teman tahanan Yanti, makin garang saja. Keempatnya mewajibkan Yanti agar tidak dekat-dekat mereka.

“Kalau mereka saja sampai segitunya, ... dengan kata lain. Dengan kata lain, ... kondisi wajahku memang parah banget. Ini aroma anyir juga sepertinya justru dari wajah aku. Dan, ... lengket ini juga masih dari lukaku. Ya ampun, ... kenapa bisa begini? Sepertinya ini memang karena efek aku makan udang sama ikan bakar. Ya ampun ...,” lirih Yanti yang jadi menangis pilu. Tangis yang makin lama makin kencang, tapi alih-alih ditenangkan oleh rekan tahanannya. Yanti malah dibentak.

Pemandangan kini, dibentak dan tak hentinya dimaki, membuat Yanti teringat pada kebiasaannya. Apalagi ketika ia menghina Mendung dan Pelangi.

“Kenapa seorang aku, Yanti, janda cantik kaya raya, malah berakhir seperti ini. Aku benar-benar harus sewa pengacara! Apa-apaan. Masa aku yang selalu berkuasa, justru dipenjara, dan sekarang malah dimaki-maki empat wanita tak berguna!” batin Yanti sambil melirik sinis keempat wanita di hadapannya.

Jarak Yanti dan rekan tahanannya, hanya sekitar satu meter setengah. Kebetulan, ruangan mereka tidak luas.

Berbeda dari Yanti, Andika yang sudah terbiasa hidup susah justru bisa tidur dengan nyenyak. Sempitnya ruang tahanan yang dihuni delapan orang tahanan dengan Andika. Banyaknya nyamuk, dan juga dinginnya lantai, tak menjadi alasan Andika untuk tidak tidur lelap bahkan ngorok. Bahkan walau kini tak ada Yanti maupun Mendung bersamanya. Yang ada, sendirinya di sana membuat Andika merasa bebas, jaya. Mungkin karena rasa bebas dan jaya tersebut pula, Andika bisa tidur nyenyak.

“Ini aku tersiksa begini, semoga Mendung dan Pelangi, lebih tersiksa dari aku!” itulah doa yang Yanti panjatkan.

Yanti terduduk di pojokan dengan kedua tangan tak bisa berhenti garuk-garuk. Sementara keempat rekannya, sudah kembali tidur. Namun, adanya kardus tebal di hadapan Yanti, sengaja ditaruh untuk menjadi pembatas. Yanti tidak boleh melewati batas tersebut. Karena andai Yanti nekat, keempatnya tak segan menghaja r Yani.

“Sok iye banget itu mereka berempat. Masa aku dipenjarakan di pojokan begini. Enggak tahu apa kalau aku orang kaya!” batin Yanti tetap bertahan di pojokkan karena sebenarnya, ia takut kepada keempat wanita di sana, dan keempatnya tak hanya sangar. Karena keempatnya dan setiap dari mereka memiliki tato, juga bengis-bengis.

****

Keesokan paginya, Pelangi membukakan pintu ketika seseorang mengetuknya. Suara salam juga terdengar dan Pelangi kenali merupakan suara dokter Amir. Pelangi menyebut pria itu sebagai “papanya gembul”. Hanya karena dokter Amir merupakan pemilik Gembul, ia menyebutnya sebagai papanya Gembul.

Mendung langsung tersipu dan sengaja membiarkan sang putri menemui dokter Amir. Selain itu, ia juga wanti-wanti kepada Talita untuk membiarkan jika Pelangi sedang bersama dokter Amir.

Dokter Amir langsung mengumbar senyum tatkala kedua matanya mendapati yang membuka pintu justru Pelangi.

“Jam segini sudah mandi?” manis dokter Amir.

Pelangi tak kalah manis. “Sudah, sebelum subuhan, mandi dulu!”

“Oh ... sudah rutin subuhan lagi?” balas dokter Amir mulai berusaha mencuri perhatian Pelangi lantaran wanita yang akan ia nikahi itu mulai tidak fokus kepadanya.

Padahal selain sedang diajak mengobrol, dokter Amir juga menggendong gembul di depan perutnya. Namun, Pelangi justru lebih tertarik mengawasi apa yang ada di luar.

“Kamu lihat apa?” lembut dokter Amir.

“Kuning? Kuning apa?” Ketika dokter Amir mencoba mengawasi apa yang mencuri perhatian Pelangi. Di balik pohon mangga berukuran besar depan memang ada sosok berpakaian serba kuning, termasuk sepatu dan juga kaus kakinya.

(Aku kesiangan up. Ramaikan yaa. Lagi pada sibuk siap-siap yang mau dimasak di malam tahun baru juga, kah?)

1
Neneng Liauw
ahhh s Koneng pintar memanfaatkan situasi 🤣🤣
Dedeh
ternyata ini akun baru ya semoga lancar update nya
Dedeh
semoga Kaka outhor mau up lagi cerita nya 🥰
Mira Hastati
bagus
Heni Maryanti
bolak balik ngecek gak ada kelanjutannya
aca
kok g up
aca
salah sendiri merokok terus
aca
males klo ma ester mending ma pelangi
aca
kok jd inget ojan sang pemuja janda ya/Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/ aduh maaf Thor
aca
jangan bertele-tele Thor bkin sedihnya jd anjlok mood buat bacanya klo menderita terus
Heni Maryanti
bagus, mengisnpirasi
Dcy Sukma
Luar biasa
Ira mamaya
kok tiba2 dr. andri 🤔
Wiwik Retno Eni
bagus
Wiwik Retno Eni
bagaimana td jujur dengan masa lalu
🥀HartiQueenn_Dee🥀
ya allah kasihan banget pelangi akibat kelakuan bapaknya sampai mentalnya kena,,,,,
🥀HartiQueenn_Dee🥀
kenapa yanti selamat thor setidaknya kena luka bakar atau cacat
🥀HartiQueenn_Dee🥀
maaf kak ros aku baru mampir,,ketinggalan jauh nih harus maraton bacanya
Anna Nurhasanah
eh,beneran gak dilanjut ya Thor? ya udh,smg othornya sabar,ikhlas,biar sehat selalu
@alfaton🤴
semoga Salman mendung pelangi......semua sehat bisa kembali bersatu..... Mendung dengan Salman..... Pelangi dengan dokter Amir.......dan si koneng yang mungkin suruhannya Salman bisa dengan Talita ....mereka semua kan bahagia 🤩🤩🤩🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!