NovelToon NovelToon
Pangeran Pertama Tidak Mau Menjadi Kaisar

Pangeran Pertama Tidak Mau Menjadi Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Razux Tian

Dilahirkan sebagai salah satu tokoh yang ditakdirkan mati muda dan hanya namanya yang muncul dalam prologue sebuah novel, Axillion memutuskan untuk mengubah hidupnya.

Dunia ini memiliki sihir?—oh, luar biasa.

Dunia ini luas dan indah?—bagus sekali.

Dunia ini punya Gate dan monster?—wah, berbahaya juga.

Dia adalah Pangeran Pertama Kekaisaran terbesar di dunia ini?—Ini masalahnya!! Dia tidak ingin menghabiskan hidupnya menjadi seorang Kaisar yang bertangung jawab akan hidup semua orang, menghadapi para rubah. licik dalam politik berbahaya serta tidak bisa ke mana-mana.

Axillion hanya ingin menjadi seorang Pangeran yang hidup santai, mewah dan bebas. Tapi, kenapa itu begitu sulit??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Razux Tian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

Axillion yang menatap Auro tertawa. Dia bisa melihat jelas bahwa pemimpin Magic Tower tersebut memang memiliki banyak pertanyaan untuknya. Kecuali ayah dan ibu kandungnya, mungkin semua yang ada dalam ballroom ini juga memiliki pertanyaan untuknya. Kemampuannya telah diketahui dunia, jadi itu bukanlah rahasia lagi. "Silakan." Balasnya kemudian.

"Saya telah melihat rekaman pertarungan anda, Yang Mulia Pangeran Axillion," dengan mata berbinar, Auro teringat sihir-sihir luar biasa Axillion yang dia lihat melalui rekaman Batu Sihir Perekam. "Sihir anda sungguh luar biasa. Jadi, saya sangat penasaran, dari mana anda belajar sihir, Yang Mulia Pangeran Axillion?—siapa guru anda?"

Axillion terkenal mengurung dirinya dan tidak menerima pendidikan apapun. Auro sendiri juga telah menyelediki secara keseluruhan tentang Axillion, dan dia tidak mendapatkan infomasi bagaimana Axillion bisa menggunakan sihir dan siapa yang mengajarinya.

"Hmnn," berpikir sejenak akan pertanyaan Auro, Axillion balik bertanya. "Sir Auro, siapa pengarang buku 'Dasar-dasar sihir untuk pemula'?"

Pertanyaan tidak terduga Axillion membuat Auro dan semua yang ada kebingungan. Tidak hanya sang Pemimpin Magic Tower, semua tamu undangan juga sangat ingin mengetahui siapa dan dari mana Pangeran Pertama Kekaisaran Agung Alexandria belajar sihir.

"Buku 'Dasar-dasar sihir untuk pemula' tidak memiliki pengarang, Yang Mulia Pangeran Axillion. Buku tersebut adalah kumpulan dari pengetahuan-pengetahuan dasar sihir yang ada." Jawab Auro. Buku yang dimaksud telah ada sejak ratusan tahun yang lalu—buku yang sangat umum dan bisa didapatkan siapapun dengan mudah.

"Begitu, ya?" bergumam pelan, Axillion kemudian tersenyum. "Jika begitu, saya akan menjawab pertanyaan anda barusan, Sir Auro—saya tidak memiliki guru."

"???"

"??!"

Perasaan terkejut bercampur bingung memenuhi ballroom. Jawaban Axillion yang diluar dugaan membuat semua yang ada tidak percaya.

"Saya belajar sihir melalui buku 'Dasar-dasar sihir untuk pemula'. Jadi jika anda tahu siapa pengarang buku tersebut, maka beliau adalah guruku." Jelas Axillion.

"Belajar melalui buku?" tidak percaya dengan apa yang didengarnya, Auro bertanya lagi. Sihir-sihir Axillion yang dilihatnya melalui rekaman adalah sihir kelas tinggi yang tidak mungkin dipelajari lewat buku, terlebih lagi buku umum untuk pemula. Apakah dia sedang berbohong?

Axillion mengangguk kepala. "Iya," menoleh menatap Lilia, dia tersenyum lebar. "Dari buku yang dihadiahkan ibundaku saat saya berusia tiga tahun—saya belajar secara otodidak."

Lilia membalas senyum Axillion dengan tawa pelan. Dia ingat jelas betapa putra kecilnya menyukai buku tersebut saat itu. Tapi, dia tidak pernah menyangka dengan buku sesederhana itulah Axillion menjadi seorang Mage yang diakui dunia.

"Itu tidak mungkin!!" Edgar yang dari tadi diam membisu tiba-tiba menyela. Dia menyeringai menghina dengan ekpresi wajah tidak suka. "Tidak ada guru? Belajar secara otodidak?—jangan berbohong!!"

Axillion tidak marah atau merubah ekspresi wajah sedikitpun dengan ucapan Edgar. Menoleh menatapnya sejenak, dia tertawa. "Saya tidak memaksa semua yang ada untuk percaya. Jika tidak percaya—ya, silakan. Saya hanya menjawab pertanyaan yang ditanyakan pada saya."

Edgar tidak tahu harus membalas apa mendengar ucapan Axillion. Terlebih lagi, dia bisa melihat jelas tatapan tajam Owen yang kini terarah padanya.

Tidak peduli dengan Edgar, Axillion kembali menatap Auro. Dia masih tersenyum, dan tidak berniat sedikitpun menjelaskan panjang-lebar bagaimana dia belajar sihir. Jika tidak percaya, ya sudah—kenapa dia harus repot-repot menjelaskan?

Auro sendiri masih tidak percaya. Tapi, melihat ekspresi wajah Axillion, dia merasa Pangeran di depannya tidaklah berbohong. "Menurut anda, apa yang paling penting dari sihir, Yang Mulia Pangeran Axillion?"

Pertanyaan tidak terduga Auro membuat Axillion tertegun. Sepertinya kakek tua ini benar-benar keras kepala—apakah dia ingin menguji pernyataannya bahwa dia belajar sihir secara otodidak barusan? Mage benar-benar jenis manusia dengan rasa ingin tahu tinggi—dia harus menjelaskan secara singkat supaya kelak tidak diganggu lagi.

"Mana." Jawab Axillion singkat.

"Mana?"

"Mana?"

Kegaduhan kembali memenuhi ballroom dengan jawaban Axillion. Para Mage kebingungan. Untuk menggunakan sihir, biasanya seorang Mage akan membuat pola lingkaran sihir, memperhitungkan mana yang diperlukan, menyalurkan mana dan mengendalikannya. Karena itu, bukan pola lingkaran sihir yang menjadi langkah pertama? melainkan—mana?

Mengangkat tangan kanannya, Axillion membuka telapak tangannya dan membuat sebuah lingkaran sihir emas kecil serta bola cahaya. Melayang, bola cahaya itu berubah wujud dengan cepat, dari cahaya menjadi air, menjadi api, menjadi angin dan berbagai elemen lainnya. "Mana adalah sihir. Sihir adalah Mana."

Ucapan Axillion semakin membuat bingung semua yang ada, tapi tidak untuk para Mage dan mereka yang mengerti sihir—bagaimana bisa dia merubah elemen sihir seperti itu?—tanpa mengubah pola lingkaran sihir??

Auro tidak dapat berkata, dia tidak tahu harus bersikap apa melihat apa yang terjadi. Axillion tidak bohong saat mengatakan dia belajar sihir secara otodidak, karena terlihat jelas cara kerja sihirnya berbeda dengan sihir yang selama ini ada di dunia ini—metode sihir baru.

Sihir yang ada di dunia sekarang berfokus pada pola lingkaran sihir. Karena itulah, satu lingkaran sihir hanya mampu menggunakan satu elemen sihir. Namun, kini di hadapan semua yang ada, Axillion memperlihatkan sihir yang dapat berubah menjadi berbagai elemen hanya dengan satu lingkaran sihir. Dia tidak menggunakan pola lingkaran sihir untuk mengendalikan Mana, melainkan menggunakan Mana sebagai fokus dan lingkaran sihir sebagai pencetus.

Mereka yang bukan Mage dan tidak mengerti sihir tidak menyadari sedikit pun penemuan terbesar yang bisa menjungkir balik dunia sihir di depan mata. Tapi, dari reaksi para Mage, mereka tahu—sesuatu yang luar biasa telah terjadi.

"Y-yang Mulia Pangeran Axillion," terbata-bata, Auro memanggil Axillion. Menatap pemuda berusia tujuh belas tahun di depannya, dia tidak tahu kata paling tepat untuk menjelaskannya. Genius?—ini sudah lebih dari genius! Berusaha menenangkan dirinya, Pemimpin Magic Tower tersenyum. Kedua matanya berbinar penuh kebahagiaan. "Saya mengerti—saya percaya anda belajar sihir secara otodidak."

Semua yang ada sekali lagi terkejut dengan apa yang mereka dengar. Menatap Auro bingung, mereka tidak percaya, Pemimpin Magic Tower mengakuinya dengan begitu gembira secepat ini?

Auro tidak peduli pandangan semua yang terarah padanya. Mereka adalah orang bodoh yang tidak tahu penemuan terbesar yang telah ditemukan. Bagaimana pun juga, dia dan Magic Tower tidak boleh menyinggungnya—Axillion adalah sosok yang pasti dapat membawa dunia sihir pada puncak keemasan.

Axillion yang melihat sinar penuh kebahagiaan di wajah Auro, mengepal telapak tangan dan membatalkan sihirnya. Tersenyum, dia membalas sambil tertawa. "Terima kasih."

Senyum yang bukan senyum, ucapan terima kasih yang tidak ada artinya. Semua yang ada bisa merasa jelas Axillion tidak peduli sedikitpun akan pengakuan Auro, sang Pemimpin Magic Tower.

"Baiklah, Yang Mulia Pangeran," ujar Auro lagi tetap sambil tersenyum."Kami, Magic Tower mengakui anda sebagai Mage. Tapi, tetap ada prosedur yang harus dilewati untuk mendapatkan sertifikat Mage."

Memberikan sertifikat hanyalah basa-basi. Auro berniat menjalin hubungan baik dengan Axillion, dia tidak mungkin membiarkannya begitu saja. Semakin banyak hubungan yang terjalin antara mereka akan semakin baik, karena dengan begitu, kesempatan mereka untuk lebih dekat akan lebih banyak. Bagaimana pun juga, dia harus membawa genius di depannya ke Magic Tower.

Axillion tidak pernah mempedulikan dirinya diakui sebagai Mage yang memiliki sertifikat atau tidak. Tapi, untuk ke depannya, memang memiliki sertifikat akan lebih baik. Setidaknya ada banyak hal yang dapat dia akses dengan sertifikat itu. Mengangguk kepala, Axillion tertawa. "Tentu saja, terima kasih, Sir Auro."

Auro ikut tertawa. Menoleh ke belakang, dia menatap salah satu anggota Magic Tower yang berjalan mendekatinya dengan sebuah kotak di tangan. Mengeluarkan sebuah bola kaca bening berdiameter sekitar tiga puluh sentimeter, Auro menatap Axillion kembali. "Mari kita ukur Mana anda, Yang Mulia Pangeran."

...****************...

1
Evi Pebrianti
bagus
Raja Semut
dri berapa bab yg saya baca kenapa tidak pernh di jelaskan asal muasal kekuatan dari sang MC?
Razux Tian: Terima kasih untuk komentnya😀

Aku tidak bisa me jelaskan asal muasal kekuatan MC karena semuanya akan terjawab seiring dengan jalan cerita😄

Sekali lagi, terima kasih telah membaca novel ini🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!