Diumur yang tidak lagi muda, susah mencari cinta sejati. Ini kisahku yang sedang berkelana mencari hati yang bisa mengisi semua gairah cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketemu Pacar Ke Dua
Ceklek, tiba-tiba pintu telah dibuka.
"Dilla sayang!" Suara mengelegar pria masuk ruangan majikan.
"Uhuuuk ... uhuk ... uhuk," Suara batukku yang pura-pura, akibat kaget ada orang datang.
Seketika akupun berdiri mencoba menjauh dari majikan. Sedangkan orang yang masuk sudah menghampiri kami, yang mana kami sempat sama-sama menegang dalam suatu keanehan rasa.
"Kalian sedang apa tadi?" tanya pria itu tak sopan.
"Joan?" teriak majikan penuh gembira menyambutnya.
"Kami ngak lagi ngapai-ngapain. Aku tadi cuma membantunya mengelap belepotan kue yang ada dibibirnya. Nih, lihat!" tunjukku pada mereka berdua, dan bekas belepotan krim coklat yang ada dijempolan, langsung kuhis*p memakai mulut.
Non Dilla kelihatan terkejut atas tindakanku barusan, dan akupun hanya santai menanggapinya.
Pacar kedua menatap ke arahku dengan seksama dari ujung rambut sampai mata kaki.
"Dia siapa, Dilla? Kok sepertinya kalian itu akrab sekali, dan kelihatan dia agak sedikit kurang sopan sama kamu?" tanya pria bernama Joan.
"Dia itu cuma pengawal yang ditugaskan oleh papaku, untuk menjauhkan dari segala marabahaya saja," jelas majikan.
"Pengawal?" Kekagetan Joan.
"Kenapa kamu kelihatan kaget begitu? Biasa aja kali, kayak ngak tahu pengawal itu apa?" keanehanku berucap.
"Bukan aku ngak tahu pengawal itu apa! Cuma tak menyangka saja, jika selama ini Dilla baik-baik saja, tak pernah ada masalah tiba-tiba dijaga ketat. Memang kamu ada masalahkah sayang?" tanya Joan yang sudah membelai rambut panjang majikan.
Hadeh, dibuat kesel lagi mau dibelai saja tuh rambutnya
"Aku ngak ada masalah, kok! Cuma papa saja yang terlalu lebai menjagaku, seolah-olah beliau takut kalau aku akan celaka saja," ucap majikan memberitahu.
"Ok baiklah, gak masalah. Ini adalah hadiah ketemuan kita dan kerinduanku padamu," ucap si Joan, yang sudah mau nyosor pipi majikan.
Tapi seketika non Dilla telah singgap berusaha menghindar, yang tak tahu apakah dia tak enak hati sebab ada diriku yang sedang memperhatikannya, atau sudah tobat gara-gara kemarahanku kemarin.
"Ada apa?" tanya heran Joan, yang berbicara pelan.
"Hehhe, gak ada pa-pa. Cuma lagi gak mood saja," alasan majikan yang sudah melihat kearahku.
"Bagus, Non. Ada perubahan dari kamu yang tidak ganjen lagi.
"Kita duduk saja, Joan. Maaf ya mejanya jadi berantakan begini!" ucap tak enak hati majikan, sambil mempersilahkan.
Lagi-lagi aku jadi penganggu diantara pertemuan mereka, tapi aku tetap diam duduk pura-pura tak memperhatikan mereka, dengan tangan terus saja sibuk makan kue yang kubeli tadi.
"Biarlah aku disini, toh aku ditugaskan untuk menjaga. Lagi pula aku harus mengawasi majikan, agar tak melakukan kesalahan yang kedua kali seperti kemarin," ucapku dalam hati berbicara sendiri.
"Makasih bunganya ya, sayang? Warna merah lagi, aku suka ... aku suka banget!" kegirangan majikan.
"Ya iyalah, harus mawar merah. Sebab itu 'kan tanda cintaku padamu agar tak pudar, dan awet selama-lamanya!" kegombalan Joan yang mulai keluar.
"Iyakah? Waaah ... aku senang dengan ucapan kamu itu, tapi-?" Suara majikan tertahan tak berucap.
"Tapi, apa sayang?."
"Tapi sayangnya bunga ini sedikit, sebab aku tuh pengen banget diberi 1000 kelopak bunga mawar," jawab majikan lesu.
"Ciiih, sudah untung diberi hadiah, pakai meminta yang aneh-aneh pulak. Mau seribu? Gak salah? Memang punya kebon sendiri? Dasar majikan yang selalu saja manja, belagak sok cantik pulak," cakapku dalam hati menghina lagi, tanpa mereka mendengarnya.
"Nanti deh, kalau aku tak banyak urusan saja. Seribu itu banyak lho! Kalau memesanpun harus jauh-jauh hari," jawab Joan.
"Bener itu Joan, jangan turuti majikan. Memang dia itu sok kecentilan, cantik plus manja amat. Amit-amit dah!" ucapku dalam hati mendukung.
"Kalau kamu tak bisa memberikan non Dilla segera, nanti akan kubantu mencarikannya, pasti majikan akan suka atas pilihanku," Suaraku nyolot membantu Joan.
"Memang bunga apa yang ingin kamu bantu?" saut majikan bertanya.
"Nanti kamu juga akan tahu, kujamin pasti non akan suka."
"Iya apaan itu?."
"Bunga bangkai! Hahahahaha," tawaku riang berhasil mengejai mereka.
Plooook, kue yang masih ada seperempat tiba-tiba telah melayang mengenai mukaku. Yang seketika tangan membersihkan muka, yang sudah kotor oleh kue.
"Hhahahha! Rasain kamu, emang enak! Hahahaha, wajah kamu persis seperti badut, bagus ... bagus! Haha, duh sakit perut aku!" gelak tawanya berhasil membalas.
"Haaaaaiiiiisssst," Kedongkolanku menjawab.
Sebab tak tahan akibat muka sudah cemong-cemong kotor, akhirnya akupun segera pergi ke toilet, yang dengan terpaksa meninggalkan mereka berdua.
anyway bagi satu perusahaannya ga akan bangkrut kalii bole laa
jangan suka merendahkan orang lain hanya karna orang itu dari kampung..
ntar km kena karma.
semoga dio bisa tahan y jadi pengawal Dilla
nekat banget sih km,,agak laen y cewe satu ini.. 😂🤦♀️