NovelToon NovelToon
Pawang Dokter Impoten

Pawang Dokter Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:18.4k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Dokter Arslan Erdem Mahardika, pria tampan dan cerdas berusia 33 tahun, memiliki segalanya kecuali satu hal yaitu kepercayaan diri untuk menikah.

Bukan karena dia playboy atau belum siap berkomitmen, tapi karena sebuah rahasia yang ia bongkar sendiri kepada setiap perempuan yang dijodohkan dengannya yaitu ia impoten.

Setiap kencan buta berakhir bencana.
Setiap perjodohan berubah jadi kegagalan.

Tanpa cinta, tanpa ekspektasi, dan tanpa rasa malu, Tari Nayaka dipertemukan dengan Arslan. Alih-alih ilfeel, Tari justru penasaran. Bukannya lari setelah tahu kelemahan Arslan, dia malah menantang balik sang dokter yang terlalu kaku dan pesimis soal cinta.

“Kalau impoten doang, bisa diobatin, Bang. Yang susah itu, pria yang terlalu takut jatuh cinta,” ucap Tari, santai.

Yang awalnya hanya pengganti kakaknya, Tari justru jadi pawang paling ampuh bagi Arslan pawang hati, pawang ego, bahkan mungkin pawang rasa putus asanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 19. Dendam Karena Cinta

Keesokan harinya, ruang UGD Rumah Sakit Mahardika dipenuhi suara-suara. Detak langkah cepat perawat, alarm infus yang berbunyi, dan keluhan pasien bercampur jadi satu. Aylara baru saja menyelesaikan salat Ashar.

Rambutnya yang panjang diikat tinggi menyerupai ekor kudal, wajahnya tampak segar meski jelas lelah. Tangannya baru saja meraih sisa air mineral ketika suara gaduh membuatnya menoleh cepat.

“Jangan! Jangan! Jangan disuntik! Saya mending ditembak aja sekalian!” teriak seseorang dari balik tirai bed pasien nomor lima.

Aylara bergegas. Begitu membuka tirai, matanya langsung membulat. Sosok yang duduk setengah berjongkok di ranjang itu, wajahnya pucat tapi tetap sok keren, bukan orang asing.

“Pak polisi ganteng, ternyata kamu ya yang bikin gaduh?” ucap Aylara dengan nada menggoda, tapi matanya menelisik luka di kaki pria itu.

Audra Elzhar menoleh cepat, kaget. “Dokter Ayla?” ujarnya kaku, lalu buru-buru duduk tegak meski jelas masih takut.

“Luka kecil begini panik. Gimana kalau dikejar maling?” celetuk Aylara sambil mengambil sarung tangan.

“Kalau malingnya kayak kamu, saya rela dikejar seumur hidup,” ucap Audra sambil tersenyum malu.

Seorang perawat yang berdiri di dekat mereka langsung menunduk menahan tawa. Beberapa pasien lain yang mendengar ikut senyum-senyum. Gombalan khas Audra memang nggak pernah basi, apalagi kalau sudah bicara soal Aylara.

“Serius?” timpal Aylara santai. “Kamu bukan trauma jarum, kamu trauma ditolak kayaknya.”

Audra tertawa kecil. “Dua-duanya bikin nyeri. Bedanya, jarum cuma sekali nusuk. Kamu? Sampai sekarang masih nyisa.”

Aylara mencubit pelan sarung tangannya, lalu menunduk fokus pada luka Audra. Tangannya cekatan, wajahnya serius. Tapi pipinya yang merona itu mengkhianati isi hati.

Di luar bilik, tanpa mereka sadari, Nayaka berdiri sambil menyikut pelan Arslan yang berdiri dengan tangan menyilang, ekspresi datar seperti biasa.

“Lihat tuh, sepupumu. Cinta ditolak, malah makin bar-bar. Cie yang masih ngarep,” goda Nayaka sambil terkikik pelan.

Arslan menoleh sebentar, lalu kembali menatap lurus. “Tidak sopan. Pasien harusnya tidak main-main di ruang UGD,” ucapnya singkat.

“Tapi ekspresi kamu... hmm... kayak ada cemburu halus gitu,” ujar Nayaka genit. “Cemburu karena nggak pernah digombalin, ya?”

Arslan melirik sekilas. “Kenapa aku harus cemburu?” tanyanya tenang, tapi napasnya sedikit berubah ritmenya.

“Karena kamu satu-satunya cowok yang aku gombalin tiap hari, dan belum pernah bales satu pun,” jawab Nayaka sambil menjulurkan lidah. “Gimana, Dok? Mau belajar dari Audra biar bisa nyentuh hati cewek?”

Arslan tak menjawab. Ia berbalik, melangkah menjauh. Tapi matanya masih sempat melirik ke arah Aylara yang sedang tersenyum kecil kepada Audra. Ada sesuatu di sana yang tidak ia pahami. Mungkin kesal. Mungkin iri. Mungkin juga kehilangan kendali yang selama ini ia jaga mati-matian.

Sementara itu, Audra dengan gaya dramanya memegang tangan Aylara yang sedang menjahit luka kakinya.

“Kalau kamu yang nyakitin, aku rela kok,” ucapnya pelan.

Aylara pura-pura tidak peduli, tapi ujung bibirnya naik.

“Nggak semua rasa sakit harus ditanggapi pakai hati, Pak Polisi,” jawabnya kalem. “Kadang cuma perlu betadine dan dijahit, udah beres.”

Audra tertawa kecil. “Tapi kalau bisa dapet cinta sekalian, kenapa harus cuma betadine?”

Semua yang mendengar tertawa pelan. Suasana UGD yang biasanya tegang, berubah hangat karena satu luka kecil dan satu hati yang belum menyerah.

Di pojok koridor, Nayaka duduk di bangku tunggu sambil menyender ke bahu Arslan. “Nggak lucu ya, kalau ternyata yang duluan nikah malah Audra?”

Arslan mengangkat alisnya, lalu menjawab datar, “Aku tidak melihat itu sebagai perlombaan.”

“Tapi aku lihat kamu mulai tegang. Jangan-jangan takut ditikung sepupu sendiri?” seru Nayaka sambil mengedipkan mata.

Arslan menatap lurus ke depan. Rahangnya mengeras. Satu kalimat saja meluncur dari bibirnya.

“Aku tidak suka kehilangan.”

Nayaka melangkah masuk ke ruang staf yang sudah sepi. Jam kerja hampir selesai, hanya ada suara kipas angin dan berkas-berkas yang tersusun rapi di meja kaca. Ia menoleh ke kanan, lalu ke kiri. Kosong.

Arslan berdiri membelakangi pintu, menyibukkan diri membaca hasil lab di tablet miliknya. Jas putihnya masih rapi, rambutnya nyaris tak pernah acak-acakan meski shift hari itu sudah panjang.

Nayaka mendekat pelan, wajahnya menyimpan senyum nakal. Langkahnya ringan, tapi jelas terarah. Tangannya langsung menarik ujung kerah baju dokter itu, membuat pria tinggi tegap itu terpaksa menoleh.

Belum sempat Arslan bicara, Nayaka sudah mencuri ruang. Bibirnya menempel pada bibir pria itu, cepat dan lembut, namun tidak terburu-buru. Hanya sedetik, tapi cukup membuat tubuh Arslan seketika kaku.

“Apa kamu gila?” ujar Arslan akhirnya, suaranya datar tapi terdengar getir.

“Aku waras banget,” jawab Nayaka enteng sambil mundur sedikit, tangannya tetap menggenggam lengan jas Arslan. “Tapi candu itu bukan selalu soal kopi atau rokok. Kadang cuma soal bibir kamu.”

Arslan menurunkan tablet di tangannya, menatap Nayaka lurus-lurus. Sorot matanya tajam tapi sulit dibaca.

“Aku tidak suka hal sembrono seperti ini. Rumah sakit bukan tempat…”

“Untuk jatuh cinta?” potong Nayaka cepat, senyumnya makin lebar. “Tapi kamu lupa. Aku jatuh cinta sama kamu justru di tempat kayak gini. Di tengah darah, bau alkohol, dan pasien-pasien yang nangis.”

Arslan menghela napas panjang. Ia berbalik, seolah ingin menjauh, namun langkahnya tertahan. Nayaka berdiri di belakangnya, diam tapi tak mundur. Udara di antara mereka terasa penuh sesuatu yang tidak mereka bicarakan.

“Aku bukan tipe pria romantis,” ucap Arslan akhirnya.

“Aku juga bukan cewek cengeng yang butuh puisi tiap pagi,” jawab Nayaka cepat. “Aku cuma pengen tahu kamu candu juga, nggak?”

Arslan tidak menjawab. Tapi tangan kanannya menggenggam lengan Nayaka. Erat. Tak ada kata yang keluar, tapi dari caranya memandang, Nayaka tahu ia tak butuh jawaban lisan.

“Kadang, orang yang paling dingin justru yang paling susah ngelepasin,” gumam Nayaka pelan.

“Dan kadang, yang paling banyak bicara justru yang paling takut ditinggal,” balas Arslan, suaranya hampir tak terdengar.

Mereka berdiri dalam diam. Tanpa pelukan, tanpa kata manis. Tapi ada getaran di udara yang tak bisa dipalsukan. Bukan soal nafsu. Bukan pula sekadar candu. Tapi soal dua orang yang sedang belajar menyentuh luka tanpa harus bicara terlalu banyak.

Nayaka akhirnya berkata pelan, “Aku tahu kamu takut. Tapi aku juga.”

Arslan tidak mengalihkan pandangannya. “Aku tidak takut. Aku hanya belum siap membiarkan kamu tahu betapa dalamnya ketakutanku.”

Kali ini Nayaka tidak tertawa. Ia hanya mengangguk. Matanya hangat, tapi senyumnya tetap muncul.

“Kalau kamu belum siap ngomong, nggak apa-apa. Tapi kalau bibirmu masih mau dicium, bilang aja,” ujarnya sambil menatap Arslan santai.

Arslan menarik napas pelan. Tangannya menggenggam lebih erat. Wajahnya tetap datar. Tapi kali ini, ia membungkuk sedikit, dan dengan suara pelan berkata, “Hanya satu kali. Jangan ulangi di ruang publik.”

“Berarti boleh di ruang tidur?” seru Nayaka geli.

Arslan menutup mata sejenak. “Nayaka…”

“Hadir, Dok,” jawabnya cepat sambil mengangkat tangan.

Dan untuk pertama kalinya, senyum kecil muncul di sudut bibir Arslan. Sekilas. Tapi cukup membuat Nayaka yakin, hatinya sedang masuk.

Perlahan tapi pasti Cinta tidak butuh banyak kata jika satu tarikan nafas saja bisa menjelaskan semuanya.

Di balik sekat kaca ruang staf yang sedikit terbuka, sepasang mata memperhatikan tanpa berkedip. Suara tawa pelan Nayaka barusan masih bergema samar.

Perempuan itu terlihat terlalu nyaman, terlalu dekat dan terlalu bahagia berada di sisi Arslan dokter yang selama ini hanya menunjukkan wajah kaku dan hati beku.

Seseorang berdiri membeku, napasnya naik turun. Tangannya mengepal erat, sampai buku jarinya memutih. Pandangannya tajam, rahangnya mengeras. Dalam dadanya, ada rasa yang mendidih dan susah dikendalikan.

“Aku yang lebih dulu kenal dia bukan kamu,” gumamnya lirih, nyaris seperti desis.

Suara langkah Arslan yang menjauh bersama Nayaka membuat dada orang itu makin sesak. Ia berbalik cepat, menyandarkan punggungnya ke dinding, mencoba menenangkan diri. Tapi gagal.

Dalam pikirannya, pertunangan lusa itu seperti palu godam yang siap memukul semua harapannya jadi debu. Cinta yang ia simpan dalam diam, selama bertahun-tahun, kini nyaris tak punya ruang untuk tumbuh lagi.

Wajahnya menegang. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang berubah.

"Aku akan pastikan acara itu gagal," bisiknya pelan.

Ia melangkah pergi, diam-diam, seperti bayangan. Tapi langkahnya terasa penuh tujuan. Bukan sekadar cemburu. Ini lebih dalam tapi lebih gelap.

Seseorang yang ditolak, tak selalu memilih mundur. Kadang justru berniat menjungkirbalikkan semuanya.

Apalagi jika yang dicintai bukan sembarang orang melainkan Arslan Han Mahardika pria yang tak pernah membuka hati, kecuali pada satu perempuan yang menurutnya tak pantas.

Dan jika dunia tak bisa diubah maka seseorang itu berniat menciptakan kekacauan kecilnya sendiri.

Untuk cinta. Atau untuk dendam. Siapa yang tahu.

Kadang, cinta yang ditolak tak hanya meninggalkan luka. Tapi juga menumbuhkan niat yang tak lagi bisa disebut cinta.

1
Midah Zaenudien
semngat berkarya jgn bt cerita x stuk2 d tempat x
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: siap kakak... kedepannya akan muncul konflik
total 1 replies
Ummi Sulastri Berliana Tobing
lagi donk 🥰🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak sekitar jam 12 WITA sudah update
total 1 replies
Lukman Suyanto
lanjuttt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah, besok makasih banyak masih setia baca
total 1 replies
Lukman Suyanto
lanjutt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
wong mantune Bu Retno juga orang biasa gitu kok gak ngaca. tolong dong kirim kaca ke Bu Retno
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: irinya Segede gabang kak 🤭
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
yah nyindir nih, yg bisanya hanya baca dan like 😄😄😄😄
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
Naya tersengat belut listrik nya pak dokter 🤣🤣🤣💓💓
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha mati dong 🤣
total 1 replies
Daeng
sangat menghibur
Yani
pwngantin baru oiii pengantin baruu.. yikes sapa dluan yg dpt bonusan malam pertama.. 😁😁
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: semuanya dapat yang gede dan panjang 😂🤭
total 1 replies
Yani
pernikahan semua netizen ini Mah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mewakili yah 🤣
total 1 replies
Yani
waduh Merissa tercubit diriku ha ha haha
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂🤭
total 1 replies
Maulida greg Ma
hahaha segitunya
Maulida greg Ma
nggak apa-apa istri sendiri
Maulida greg Ma
nikahnya barengan semoga hamil juga barengan
Farhana
ya Allah mereka benar-benar random
Farhana
benar godaan istri luar biasa
Farhana
semoga samawa
Naila
haha kaget tapi penasaran 🤭🤣
Naila
akhirnya sah juga
Inha Khaerunnisa
Haha
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!