Demi kebahagiaan sang kakak dan masa depan anaknya, Andrea rela melepaskan suami serta buah hatinya dan pergi sejauh mungkin tanpa sepengetahuan mereka. Berharap dengan kepergiannya Gerard dan Lucy akan kembali rujuk, namun rupanya itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya karena bayi lelaki yang ia tinggalkan itu kini tumbuh menjadi anak pembangkang yang merepotkan semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~31
Andrea menatap lekat pria yang masih bertahta sepenuhnya di dalam hatinya tersebut, haruskah ia mengatakan yang sejujurnya jika kepergiannya adalah demi menjaga nama baik pria itu dan juga agar hubungannya dengan kakaknya tidak hancur karenanya.
"Mama sedang mengandung adik bayi jadi tidak ikut datang kesini kata papa."
Tiba-tiba ucapan Jiro beberapa waktu lalu kembali terngiang di kepalanya, Lucy sedang hamil jadi mana mungkin ia tega menghancurkan hubungan mereka yang mungkin telah membaik. Sepertinya kehadirannya hanya akan merusak semuanya.
"Bukankah sudah ku bilang aku tidak bisa menjalani hubungan dengan pria yang lebih dewasa," ucapnya pada akhirnya sesuai alasannya dulu ketika pergi meninggalkan rumahnya.
Gerard yang mendengar itu pun tanpa sadar nampak mengepalkan tangannya, apa ia begitu tak pantas bersanding dengannya hingga membuat wanita itu lebih memilih pria lain. Ia akui dokter Steve lebih muda darinya namun begitu ia merasa jauh lebih tampan dan kaya dari pria itu, ia juga memiliki stamina di atas rata-rata karena nyatanya usia hanyalah angka.
"Apa selama ini kamu tak pernah merasa puas denganku?" Ucap pria itu kemudian karena itulah yang selama ini hadir di benaknya dan tentu saja itu membuat Andrea sontak menelan ludahnya, masa lalu mereka sudah berakhir lama jadi kenapa harus di ungkit lagi.
"Katakan, apa pria itu lebih kuat dan lebih mampu memuaskan mu?" Imbuh Gerard lagi ketika wanita itu tak membalas perkataannya, sebagai seorang pria tentu saja harga diri di atas segalanya apalagi urusan ranjang.
Andrea bingung harus berkata apa karena bukan itu yang ia maksud, ia jadi menyesal kenapa dulu membuat alasan seperti itu jadi membuat pria itu salah paham. Tentu saja mantan suaminya itu sangat mampu memuaskannya bahkan pernah membuatnya kesulitan berjalan seharian dan ia rasa saat ini pun juga tetap sama. Meskipun beberapa tahun telah berlalu tapi sedikit pun tak ada perubahan dari tubuh pria itu, tetap terlihat muda bahkan tubuhnya semakin kekar berotot.
"Hubungan kita sudah lama berakhir jadi untuk apa membahasnya lagi," ucapnya kemudian lantas mengalihkan pandangannya ketika pria itu masih menatapnya dengan sinis.
"Jadi benar kamu lebih merasa puas tidur dengannya?" Ucap Gerard lagi seraya melangkah mendekat jadi mau tak mau Andrea nampak melangkah mundur hingga punggungnya menabrak badan mobil di belakangnya.
"Apa sentuhannya dan ciumannya lebih hebat dari apa yang ku lakukan dulu?" Ucap pria itu lagi yang kini telah memepet wanita itu.
Selama bertahun-tahun ia selalu bertanya-tanya dan merasa rendah diri karena tak mampu membahagiakan dan memuaskan wanita itu hingga ia di tinggalkan begitu saja.
Andrea nampak menggunakan kedua tangannya untuk menahan dada bidang pria itu agar tak terlalu menyentuhnya mengingat kini tak ada lagi jarak di antara mereka. Beruntung area parkiran nampak sepi hingga tak ada yang memperhatikan mereka.
"Bu-bukankah sudah ku bilang jangan di bahas lagi, itu semua hanya masa lalu dan kini kita sudah bahagia dengan kehidupan masing-masing. Tolong bersikaplah dewasa dan mari menjadi orang tua yang baik untuk anak kita saja meskipun kita tak lagi....ahh," ucapan wanita itu langsung terjeda ketika tiba-tiba Gerard menarik tengkuknya lantas di lu mat nya bibir tipisnya itu dengan rakus seakan ingin menunjukkan jika dirinya bukan pria lemah.
Andrea yang sudah beberapa tahun tak pernah mendapatkan sentuhan tentu saja merasa kewalahan menghadapi pria itu yang terus saja me lu mat bibirnya semakin dalam dan menuntut, bahkan tangan pria itu dengan lancang telah menelusup masuk ke dalam roknya lalu membelai miliknya di bawah sana yang mungkin telah terasa lembab karena ulahnya.
Kini Andrea tanpa sadar nampak mendesis nikmat ketika merasakan miliknya terus saja di belai oleh pria itu dengan lembut, namun ketika melihat wajah sinis mantan suaminya yang terlihat mencibir dengan reaksinya tentu saja itu membuatnya langsung mendorongnya menjauh.
Ia benar-benar seperti seorang ja lang yang haus akan belaian seorang pria saat ini dan itu membuatnya merasa malu sekaligus marah secara bersamaan.
"Aku membencimu," ucapnya lantas segera pergi meninggalkan pria itu di sana.
Wanita itu nampak berlari menuju rumahnya dengan menahan airmatanya yang hendak jatuh, sementara Gerard menatap kepergiannya dengan perasaan campur aduk. Tubuh wanita itu begitu sensitif saat ia sentuh apakah sebelumnya wanita tersebut jarang melakukannya dengan kekasihnya?
Sesampainya di rumahnya Andrea segera masuk ke dalam kamarnya lalu menenggelamkan tubuhnya di atas kasur, ia menyesal kenapa begitu murahan karena dengan mudahnya menerima sentuhan pria itu. Sentuhan yang mungkin begitu ia rindukan selama ini.
"Ibu kenapa menangis?"
Tiba-tiba terdengar suara anak-anak hingga membuat Andrea yang tenggelam dalam kesedihannya langsung mengangkat wajahnya dan segera beranjak bangun, apakah putranya datang? Namun wanita itu tak menemukan siapa pun di dalam kamarnya.
Tidak, ia tidak mungkin berhalusinasi. Suara putranya begitu terdengar jelas di telinganya tadi, mungkinkah bocah itu sedang di luar? Memikirkan hal itu Andrea pun segera keluar kamarnya tapi tetap tak ada siapapun di setiap sudut rumahnya.
Sepertinya tadi hanya halusinasinya saja karena saking merindukan bocah itu, kemudian wanita itu kembali ke kamarnya dan segera berganti pakaian.
Sore harinya Andrea yang sedang membuat makanan di dapur nampak mendengar ketukan pintu dan wanita itu pun segera membukanya.
"Syukurlah jika kamu di rumah, ponselmu tak bisa ku hubungi sejak tadi." Ucap dokter Steve dengan wajah khawatir.
Sejak tadi ia menyadari kekasihnya itu tak ada di tempat acara dan ia yang sedang sibuk dengan para tamunya tak sempat mencari tahu kemana perginya wanita itu.
"Maaf ya sudah buat kamu khawatir, tadi aku tiba-tiba pusing jadi memutuskan untuk pulang lebih awal." Tukas Andrea beralasan.
"Kamu mau masuk? Kebetulan aku sedang membuat kudapan?" Tawarnya barangkali pria itu ingin mencicipinya sembari menikmati teh hangat di sore hari.
Dokter Steve nampak bimbang. "Maaf ya sayang tapi aku harus mengantar dokter Luna pulang tapi jika kamu mau menunggu aku akan segera datang setelah mengantarnya." Ucapnya kemudian.
Andrea pun sontak menatap mobil pria itu dan terlihat dokter Luna sedang duduk di kursi samping kemudi seraya melambaikan tangan ke arahnya.
"Ku pikir dia juga sudah pulang," ucapnya menanggapi, bukankah acara sudah selesai sejak tadi? Apa wanita itu sengaja menunggu pria itu agar bisa mengantarnya pulang?
"Sebenarnya aku ingin mengantarnya sejak tadi tapi aku harus mengantar tuan Gerard ke bandara dahulu," terang pria itu menjelaskan.
"Jadi mereka sudah kembali ke ibu kota?" Andrea langsung terkejut mendengarnya, kenapa secepat itu padahal ia masih ingin bertemu dengan putranya.
"Tuan Gerard tiba-tiba ada urusan mendadak jadi langsung pulang setelah acara selesai," sahut Dokter Steve.
"Baiklah aku harus pergi, nanti malam kita makan bersama ya." Imbuh pria itu lagi lantas berlalu pergi dari sana.
klo udh canduh tu qu g bs hilangin pingin intip tluuus up pa Lum.. tluuus up Lum y🤭🤣
tp tp tp y lum up kn🙄🙆🏻♀️
santai ajaa Ger...jangan terlalu dibawa serius.
kadangkala kita perlu melakukan suatu yg lain utk menghilangkan kwjenuhan