Setelah kepergian istrinya, Hanan Ramahendra menjadi pribadi yang tertutup dan dingin. Hidupnya hanya tentang dirinya dan putrinya. Hingga suatu ketika terusik dengan keberadaan seorang Naima Nahla, pribadi yang begitu sederhana, mampu menggetarkan hatinya hingga kembali terucap kata cinta.
"Berapa uang yang harus aku bayar untuk mengganti waktumu?" Hanan Ramahendra.
"Maaf, ini bukan soal uang, tapi bentuk tanggung jawab, saya tidak bisa." Naima Nahla
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Nanti pulang jam berapa? Jangan ke mana-mana, harus langsung ke rumah."
"Seperti biasa, ada les untuk anak lain, mungkin sampai rumah agak sore."
"Izin, sekalian bilang tidak bisa datang lagi untuk ke depannya," ujar Hanan serius.
"Maksudnya?" Nahla jelas tidak setuju.
"Resign dari les ke anak-anak lain, Dek, cukup ngeles Icha saja, nanti waktumu terbagi banyak."
"Tidak boleh seenak hati begitu Mas, itu sudah menjadi tanggung jawabku, lagian cuma dua anak dalam seminggu."
"Untuk hari ini saja, setelahnya pikir nanti, nanti aku bakalan datang ke rumah bawa keluarga, masa kamunya nggak ada," ujar Hanan dadakan.
"Hah, kok mendadak gini sih, jangan nanti juga, kenapa musti buru-buru," ujar Nahla cukup kaget. Nampaknya Pak Hanan ingin segera meresmikan lamaran itu.
"Ini sudah bilang, nggak buru-buru juga. Tidak usah menyiapkan apa pun, cukup hati dan perasaan kamu saja," kata pria itu santai sembari mengemudikan mobilnya.
"Kenapa sukanya mendadak sih, gimana ceritanya nggak siapin, katanya mau bawa keluarga." Nahla seketika dibuat bete lantaran pria di sampingnya dadakan sekali.
Mobil berhenti tepat di depan gerbang Tunas Bangsa.
"Kalau bisa izin saja pulang lebih awal, jangan banyak pikiran, ini untukmu," ujar pria itu masih sempat-sempatnya tersenyum kalem. Menyodorkan sebuah paper bag yang isinya sebuah brokat cantik untuk acara malam nanti. Senada dengan pakaian yang akan dikenakan dirinya.
"Apa ini?" tanya Nahla menerima dari tangannya.
"Buka saja, selamat mengajar calon istri," pamit pria itu setelah menurunkan Nahla sembari menyisakan senyuman.
Perempuan itu dibuat bingung dengan tingkahnya yang serba ingin cepat. Buru-buru Nahla menghubungi orang rumah agar mempersiapkan segala sesuatunya karena nanti akan ada tamu.
"Apa Nduk, kok dadakan begitu? Berarti ini Ibuk harus masak banyak begitu?" sahut Bu Kokom dari sebrang telepon cukup kaget.
"Iya Buk, maaf, Nahla juga baru dikabari Mas Hanan gitu, Ibuk ada uangnya tidak?"
"Ada Nduk, bukan itu, tapi perlu persiapan ini," sahut Ibu ikut rempong juga. Biarpun yang datang hanya keluarga tetap saja harus persiapan, belum lagi mengundang tetangga dan orang penting di wilayah tempat tinggalnya untuk menyaksikan acara lamaran tersebut.
"Ibuk tenang ya, minta tolong Mang Asep saja untuk mengantar ke pasar, nanti Nahla kabari lagi, secepatnya Nahla akan pulang usai mengajar," ujar gadis itu menenangkan ibunya.
Panggilan ditutup, perempuan itu langsung masuk dengan perasaan yang sebenarnya sedikit tidak tenang juga.
"Pagi Bu Nahla?" tanya seorang murid menyapanya.
"Pagi," jawab Nahla berjalan cepat setelah mengangguk ramah.
Beberapa orang di antaranya memperhatikan paper bag yang dibawa Nahla. Termasuk guru dan staf yang ada di ruangan. Apakah kali ini penampilannya cukup aneh.
"Bawa apa, Bu?" tanya Bu Siska paling kepo.
"Owh ... ini titipan," jawab Nahla mengamankan. Tidak boleh ada yang tahu isinya, dirinya saja baru mengintip belum melihat sepenuhnya. Tetapi dari warnanya yang soft pink itu jelas menarik dipandang mata.
Sebenarnya Nahla sudah kepikiran di rumah, tetapi ia harus fokus mengajar sampai jam terakhir nanti. Nahla baru saja memberi materi, lalu memberikan soal-soal untuk dikerjakan.
Sembari menunggu siswa siswinya selesai, perempuan itu sempatkan membuka ponselnya yang sedari tadi cukup banyak pesan yang masuk. Tertarik membuka pesan dari pria yang tadi pagi menjemputnya. Seketika kebingungan melanda otaknya.
[Ukurannya berapa?]~ Ayah Icha
"Ukuran?" batin Nahla bertanya-tanya. Keningnya berkerut indah memikirkan pertanyaan ambigu itu. Perempuan itu pun mengetik balasan, hingga hal yang tak terduga mencuat di antara deretan baris huruf. Ternyata yang dimaksud adalah ukuran yang tidak bisa disebutkan. Membuat perempuan itu jelas malu ditanya seperti itu.
"Ish ... dasar Mas Duda mesum!" batin Nahla cukup resah.
[Aku nggak tahu makanya nanya, jangan ngambek, takutnya nanti dibeliin ngasal kegedean, atau bahkan kekecilan. Hehehe]~ Ayah Icha.
Perempuan itu tak minat membalas lagi, terlebih sedang mengajar cukup serius. Hingga bertemu jam terakhir.
Pulang sekolah, Nahla langsung ke bengkel mengambil motornya. Perempuan itu benar-benar tidak persiapan apa pun. Langsung melesat mengemudikan ke rumah karena Ibu juga di rumah pasti sudah sibuk. Gadis itu tak lupa mengirim pesan pamit untuk anak didik lesnya kalau sore ini tidak bisa datang.
Seperti dugaan Nahla, saat sampai rumah, nampak sudah ramai orang. Ibuk meminta tolong saudara-saudaranya yang dekat untuk membantu menyiapkan jamuan. Tak lupa dekoran kecil menghiasi ruang tamu, kali ini real ide Ibu yang tidak disangka-sangka Nahla sebelumnya.
"Buk, ini semua ide Ibuk?" tanya Nahla menemui ke belakang sambil menyalim Bibi, dan juga saudara lain yang tengah membantu.
"Baru pulang Nduk? Gimana? Suka nggak?" Perempuan yang tak lagi muda itu ternyata kekinian juga.
"Suka Buk, Ibu tahu aja dekorasi lamaran ala-ala sekarang," sahutnya tersenyum bangga.
"Sudah, nggak usah ikut sibuk di sini, udah banyak yang bantuin, sekarang mandi terus dandan saja," ujar Ibuk memberi ruang. Perempuan itu juga memanggil MUA untuk meng make over putrinya.
Senyum Nahla makin lebar saja, biarpun dadakan, perempuan yang telah melahirkan dirinya ke dunia itu cukup cekatan mengatur semuanya. Bahkan hingga dekorasi ruangan pun disulap sedemikian rupa sesuai warna kesukaan Nahla.
Nahla membuka brokat yang tadi diberikan Hanan. Perempuan itu siap memakainya malam ini juga.
"Masya Allah ... cantik banget," gumam perempuan itu menjabarkan di depannya. Alhamdulillah begitu pas dan nyaman di tubuh Nahla.