Liliana Larossa tidak sengaja menemukan anak laki-laki yang berdiri di bawah hujan di depan restoran ayahnya. Karena kasihan Liliana menjaga anak tersebut dan membawanya pulang.
Namun siapa sangka kalau anak laki-laki bernama Lucas tersebut merupakan anak bos tempatnya bekerja, sang pemilik perusahaan paling terkenal dan termasyur di San Francisco bernama Rion Lorenzo. Dan sayangnya, Lucas begitu menyukai Liliana dan tidak mau dipisahkan dari gadis tersebut. Hingga Rion harus mau tidak mau meminta Liliana tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas dengan bayaran Liliana dapat tetap bekerja dari rumah sebagai IT perusahaan Lorenzo.
Tapi bagaimana jika Liliana tanpa sengaja menemukan fakta siapa sebenarnya Rion Lorenzo, yang merupakan ketua dari organisasi bawah tanah, Mafia? Dan harus mengalami banyak kejadian dan teror saat ia mulai menginjakan kakinya di rumah Rion?
Ikuti kisah Liliana dalam mengasuh Lucas sekaligus menghadapi sang ketua Mafia dalam teror yang akan mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29. PENYERANGAN
Bianca tidak bisa menahan air mata untuk tidak tumpah saat kini di depannya berdiri dua sosok yang telah ia cari selama bertahun-tahun. Dua bocah kembar berbeda gender yang berdiri penuh ketakutan. Tubuh kurus tak terawat dengan pakaian lusuh tak layak pakai.
"Oh, my babies." Tak banyak bicara wanita itu langsung memeluk dua anak kembar di hadapannya. Menciumi wajah keduanya dengan penuh sayang dan kerinduan. Bersyukur luar biasa karena akhirnya Tuhan berbaik hati kepada Bianca hingga mengizinkan dirinya dapat bertemu dan berkumpul kembali dengan para buah hati.
Tak hanya Bianca, Rion dan Dante pun melihat pertemuan ibu dan anak-anaknya dengan pandangan syukur nan haru. Mengepalkan tangan dengan emosi campur aduk ketika melihat bagaimana kondisi si kembar. Yang mana dulu penuh senyum dan tawa kini terbalut ketakutan luar biasa.
"Aku akan menangkap bajingan itu dan memastikan dia merasakan kalau kematian akan lebih menyenangkan dibandingkan apa yang akan kuberikan padanya," ucap Rion. Pandangan penuh amarah terhadap satu sosok di balik semua nestapa ini. Ayah si kembar. Tidak, pria brengsek itu tidak lagi pantas dipanggil dengan sebutan ayah untuk dua bocah itu.
"Aku akan berusaha mencari tahu dimana dia setelah pulang dari sini," kata Dante yang tidak kalah kesalnya dengan Rion. Karena bagaimana pun Dante telah bersama dengan keluarga Lorenzo untuk waktu lama. Bahkan menyaksikan kelahiran dan pertumbuhan si kembar. Dan mendapati dua anak kecil yang dulu selalu suka sekali bermain dengan Dante dulu dalam kondisi tragis seperti ini, sudah cukup membuat Dante kehilangan empati untuk mantan suami Bianca tersebut.
Dering telepon dari ponsel Rion membuat dua pria itu keluar dari segala pikiran tentang bagaimana menemukan dan membuat mantan suami Bianca membayar segala perbuatannya. Dengan cepat Rion mengambil ponsel dari saku jasnya dan mengangkat panggilan, tersenyum saat mendapati kalau gadis kesayangannya yang menelepon.
"Princess?" sapa Rion, tak sabar ingin segera bertemu dengan gadis itu sekarang. Ia bahkan berencana membelikan banyak barang lagi untuk gadis itu, tidak peduli jika sang gadis akan menolak. Karena bagi Rion apa yang telah gadis itu lakukan tidak bisa dibayar dengan yang sebanyak apa pun.
"Keluar dari sana sekarang juga!" seru Lili dari seberang telepon, terdengar panik dan tergesa-gesa.
"Ada apa? Kenapa kau terdengar panik, Love?" tanya Rion, berusaha untuk tetap tenang sampai gadis itu menyampaikan dengan sempurna maksud ucapannya barusan.
"Cepat keluar sekarang juga dari tempat itu! Kalian sudah mendapatkan si kembar, kan?! Jadi tinggalkan tempat itu! Polisi dan badan keamanan khusus Brazil sedang menuju ke sana untuk melakukan penyergapan rahasia. Jadi pergi sekarang juga, tapi pastikan untuk tidak terlihat mencurigakan," perintah Lili. Terdengar jelas suara ketikan keyboard dari tempat gadis itu, yang bisa Rion duga kalau gadis itu sedang memantau keadaan.
"Sial," umpat Rion, tidak menyangka kalau ia berada dalam ketidakberuntungan. Dari segala hari yang ada kenapa penyergapan tersebut terjadi sekarang.
"Jangan matikan teleponmu, tetap tersambung denganku," suruh Lili lagi. "Dan setelah keluar dari tempat itu, ambil jalan ke 438 ke Selatan lalu ke jalur 140 dan memutar ke tol 225. Setelah itu masuk lagi ke tol 163, kemudian ke selatan menuju ke Sorriso. Aku sudah memesankan hotel di sana. Pergi sekarang!" perintah Lili.
Mendengar hal itu, segera Rion memberitahukan apa yang terjadi kepada Dante. Hebatnya Dante langsung sigap dan segera menghubungi orang-orangnya yang masih terpencar di luar sana. Memerintahkan agar mereka langsung pergi ke menuju ke Sorriso sekarang juga melalui jalur yang diberitahukan oleh Lili.
"Kita harus pergi sekarang," ucap Rion kepada Bianca dalam bahasa setempat, hati-hati agar tetap terlihat tidak mencurigakan kalau mereka tergesa-gesa.
"Kenapa?" tanya Bianca bingung di jawab dengan bahasa setempat pula, karena tidak ada rencana pergi tiba-tiba sebelumnya.
Rion dapat melihat tiga pasang mata dari orang di ruangan itu, yang merupakan penanggung jawab acara lelang dan juga dua penjaga bertubuh besar dan bersenjata menatap ke arah Rion ketika mendengar mereka tiba-tiba ingin pergi.
"Lili kecil kita menangis dan mencari kita. Lebih baik kita segera pulang," kata Rion dengan sikap santai.
Mendengar hal itu, Bianca langsung menangkap maksud dari Rion. Karena apa yang pria itu ucapkan merupakan sandi mereka, dimana ada keadaan berbahaya dimana mereka harus pergi dari sana dengan cepat.
"Cari tahu dimana toko kue yang enak dan toko mainan yang masih buka," ucap Bianca kepada Dante, bermain peran sedikit untuk tidak tampak mencurigakan.
"Baik, Nyonya," sahut Dante yang bergegas keluar dari ruangan menuju ke mobil. Bermaksud untuk segera bersiap untuk pelarian mereka.
Rion menatap para penanggung jawab lelang dengan tatapan dingin dan berkata dengan aksen Brazil yang sempurna, "Urusan kami sudah beres, dan uangnya sudah kalian terima. Jadi kami harus pergi sekarang."
Para pria tersebut tersenyum ramah dan mengangguk, "Senang berbisnis dengan Anda," kata mereka dengan bahasa lokal pula.
Dengan cepat Rion mengarahkan Bianca dan si kembar menuju ke pintu keluar. Secepat mungkin namun tidak terlihat seperti orang yang sedang melerikan diri. Tak ingin kalau ada yang tahu bahwa tempat lelang ini akan menghilang selamanya karena penyergapan rahasia dari kepolisian.
Dante telah menunggu tepat di depan bangunan, bersiap untuk tancap gas dalam hitungan detik begitu Rion dan yang lain telah masuk ke mobil. Pria berambut perunggu itu bicara dengan orang-orangnya melalui earphone bluetooth, mengarahkan mereka kemana harus pergi.
"Pergi cepat sekarang," perintah Rion, saat dirinya telah duduk di kursi penumpang depan, sedangkan Bianca dan si kembar di kursi belakang.
Tak banyak tanya, Dante langsung menginjak gas. Melesat dalam kegelapan bak peluru. Meninggalkan bangunan berkedok tersebut secepat yang ia bisa.
Mengejutkan, GPS mobil otomatis mengarahkan mobil ke jalur yang Lili sebutkan tadi. Rion tahu dengan jelas kalau itu ulah Lili. Gadis itu bergerak terlalu sempurn. Beruntung gadis itu berada di sisi baik. Rion tidak bisa membayangkan kalau Lili berada di sisi kejahatan, jelas akan terjadi tindak kriminal yang menggemparkan semua benua dengan keahlian Lili ini.
"Princess?" panggil Rion pada ponselnya yang masih terhubung dalam panggilan dengan Lili.
"Ya?" sahut Lili dari seberang telepon, terdengar sedang fokus akan sesuatu yang sedang dikerjakan.
"Thank you," ucap Rion dengan nada selembut beledu.
"Jangan lupa bawakan es krim yang kau janjikan," sahut Lili yang sedang tersenyum hanya mendengar dari nada suaranya.
"Of course, Love. Kami sedang dalam perjalanan menuju ke Sorriso dan akan menetap di sana selama dua atau tiga hari sebelum kembali pulang. Si kembar sepertinya butuh waktu untuk adaptasi, mereka tidak dalam kondisi baik," beritahu Rion.
"Aku mengerti. Hati-hati di sana. Aku akan terus memantau dari sini dan akan segera mengabarimu jika ada sesuatu. Pastikan untuk segera kembali ke sini, sepertinya ada sesuatu yang mencurigakan dari penyergapan tempat lelang itu malam ini. Terlalu sempurna untuk dibilang hanya kebetulan. Dari yang kudapatkan ada seseorang yang melaporkan tentang penjualan manusia di sana, tapi tidak kutemukan siapa," kata Lili terdengar tidak senang. Seolah ada yang tahu tentang kedatangan Rion ke tempat lelang tersebut.
Otak Rion berputar untuk mencari semua kemungkinan dari informasi yang dikatakan oleh Lili barusan. Namun ia tidak mendapatkan jawaban sedikit pun, mengingat hanya sangat sedikit orang yang tahu tentang kepergian Rion dan Bianca ke Brazil. Hal yang Rion takutkan, ada tikus di antara orang-orangnya yang Rion bawa sebagai penjaga. Karena hanya mereka yang ikut malam ini, yang kemungkinan paling besar kemana Rion. Tapi tidak ada dari orang-orangnya yang tahu kalau Rion pergi ke acara lelang ilegal tersebut.
Sampai suara tembakan terdengar dari luar mobil.
"Rion, ada yang mengejar kita. Dua mobil di belakang!" seru Dante ketika menyadari mereka mendapati serangan yang entah siapa.
Berondongan peluru menghujani mobil mereka dari belakang. Membuat suasana menegangkan dan penuh kepanikan.
"Berlindung Bianca!" perintah Rion yang dengan gerakan cepat membuka laci dasbor dan mengambi senjata api yang pria itu telah siapkan saat keberangkatan mereka dari San Fransisco.
Bianca merundukan tubuhnya, memeluk si kembar dengan erat dan menenangkan mereka berdua. Ia terkejut setengah mati akan penyerangan ini, tapi ia lebih takut akan keselamatan anak-anaknya. Mata biru wanita itu melebar ketika ia melihat sebuah mobil melaju dengan sangat cepat ke arah mereka. Begitu dekat hingga lampu dari mobil tersebut menyilaukan pandangan. Membuat mereka semua buta akan pandangan di depan sana.
"Rion, ada apa?!" tanya Lili panik saat mendengar suara tembakan dan keributan di telepon.
Kepanikan Lili mencapai puncak saat ia mendengar dentuman keras dari seberang telepon. Dan bertambah panik saat telepon ke Rion terputus begitu saja.
No! No! No! Kumohon, katakan kalau kalian baik-baik saja! teriak Lili dalam hati. Ketakutan merayapinya saat ia mencoba menelepon Rion, Dante, dan Bianca namun semua tidak ada yang tersambung.
Nomor yang Anda hubungi berada di luar jangkuan.
Lili mematung mendengar kalimat tersebut dari semua telepon Rion dan yang lainnya. Memberitahu Lili kalau sesuatu tak diinginkan telah terjadi.
yang banyak
bunga mawar merah untuk mu😅🥰