Bagi sebagian orang pernikahan adalah awal kebahagiaan. Tapi tidak dengan pernikahan Aisyah Saraswati dan Dimas Anggara.
Pernikahan mereka berawal dari perjodohan kedua orang tua mereka atas dasar persahabatan. Sehingga Aisyah dan Dimas menjalankan pernikahan tanpa cinta.
Pernikahan tanpa cinta itu menyakitkan. Tapi Aisyah berusaha menjadi istri yang baik untuk suaminya rela dengan ikhlas menerima perjodohan ini. Namun Aisyah harus menerima kenyataan pahit kalau suami nya memiliki wanita idaman lain Maira jasmine, sahabat aisyah sendiri.
Bahkan mereka sudah berhubungan sebelum Dimas dan Aisyah menikah.
Tidak hanya itu dirinya hanya dijadikan ATM berjalan saja untuk keluarganya.
Sanggupkah Aisyah menjalani kehidupan rumah tangga seperti ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[20] Ibu - Ibu Rempong Genk Sosialita
Ruli, Ibu mertua Aisyah, sedangkan mengadakan arisan dengan teman-teman sosialitanya di salah satu mall ternama ibukota. Mereka terlihat begitu bahagia menikmati hidangan yang tersaji di salah satu restoran Jepang di sana. Seperti biasa, pembicaraan mereka tidak jauh-jauh dari pamer harta dan pencapaian.
"Djeng Ruli, semakin hari semakin cantik saja ya. Aura nya ga bisa nahan," puji Sinta, salah satu anggota geng termuda di sana.
"Ah, Djeng Sinta bisa saja," ucap Ruri bahagia di puji oleh teman-temannya.
"Djeng Ruli dengar-dengar Dimas sudah jadi Ceo Termuda semenjak menikah dengan Aisyah yah? Boleh dong anak kita di rekomendasikan jadi salah satu artis di sana. Iya gak Djeng?" Ucap Djeng Kirana, Istri salah satu manajer di salah satu BUMN.
"Gampang itu bisa di atur, nanti aku rekomendasikan deh ke Dimas, tinggal anaknya aja yang berjuang ke arah sana. Maklumlah dunia hiburan sekarang, kalau tidak ada sensasi bakal tenggelam," balas Ruri seraya tersenyum.
"Bagaimana dengan Aisyah Djeng?. Apakah sudah ada tanda-tanda kehamilan? kalau ga salah dimas dan aisyah sudah menikah selama 1 tahun yah, kok masih belum punya anak juga. tetangga saya kemarin baru satu bulan menikah langsung jadi, Harus di cek tuh Djeng. Jangan-jangan salah satu dari mereka ga subur?" tanya Djeng Siska, Salah satu istri konglomerat.
Mendengar pertanyaan Siska, senyum di wajahmu langsung sinar. Dia menampakkan wajah yang sangat sedih. Djeng Siska sontak merasa bersalah menanyakan hal itu.
"Maaf Djeng" Djeng Siska menyesali ucapannya.
"Tidak apa-apa Djeng. Saya hanya merasa sedih sekali. Sebenarnya saya sudah berharap banyak untuk segera mendapatkan cucu dari anak pertama saya Dimas. Tapi mungkin mereka belum di kasih kepercayaan untuk memiliki momongan, saya pun tidak pernah menuntut Aisyah untuk cepat-cepat hamil, biarlah mereka menikmati masa pacaran sebelum nanti di sibukkan dengan anak kecil" jelas Ruli
"Aisyah emang sangat beruntung sekali memiliki mertua seperti Djeng Ruri, Emang Djeng Ruli Terbaik deh" ucap Siska membanggakan Ruri.
Djeng Sinta dan Djeng Kirana mengangguk setuju dengan pernyataan tersebut. Sedangkan Ruri, tentu saja tersenyum senang.
"Tapi bagaimana pun Djeng Ruri juga pasti senang mempunyai menantu seperti Aisyah, dia kan anak konglomerat. Bahkan Dimas saja dulu bukan apa-apa kalau bukan karena Aisyah, Iyah kan Djeng" ucap Sinta membuat senyum Ruri pudar karena dia tidak suka teman-temannya menyanjung Aisyah, walaupun pada kenyataan nya emang benar.
"Tapi kalau bukan karena anak saya Dimas, Perusahaan Sk Group tidak akan sebesar sekarang, Djeng. Aisyah kan hanya diam dan duduk - duduk saja di rumah. Kekayaan yang mereka miliki semuanya andil dari anak saya Dimas. Tuh liat ini" Ucap Ruri mengeluarkan sebuah kartu hitam mirip kartu kredit.
"Waah!! Kartu apa itu Djeng?" tanya Kirana.
Ketiganya melongo, mata mereka terbelalak sepertinya detik. Djeng Siska meraih kartu tersebut dengan gemetaran. "Ini kan kartu Gold Star?" tanya nya memastikan.
"Wah tidak menyangka kalau Djeng Siska tahu kartu sakti ini," ucap Ruri bangga.
"Kartu ini sakti sekali. Kartu ini limited edition banget. Hanya orang - orang tertentu yang punya. Kalau kita berbelanja dengan kartu ini, sudah pasti dapat diskon sembilan puluh persen," Djng Siska begitu takjub. Segera ia mengembalikan kartu tersebut.
Mendengar penjelasan Djeng Siska, Ruri semakin jumawa. Dia tidak perlu membuang-buang energinya untuk menjelaskan.
"Wah Djeng Ruri hebat sekali ya!" sanjung sinta.
"Tidak begitu juga. Kartu ini pemberian Aisyah, hadiah ulang tahun saya bulan lalu," Nada suara Ruri mencoba tetap rendah hati, walaupun sebenarnya ia hendak menyombongkan diri.
"Karena saya sedang senang hari ini, saya akan kasih sedikit hadiah pada Djeng Djeng semua, Silahkan belanja sepuasnya Djeng, Saya yang bayarin!" Titah Ruri dengan alis di naik turunkan.
"Nah tunggu apa lagi, Yuks kita Shopping Guys!" Ajak Djeng Sinta bersemangat.
.
.
.
.
.
Mereka berempat bergegas menghabiskan makanannya dan langsung berbelanja sesuai keinginan mereka. Segala sesuatu yang menarik perhatian ke-empatnya langsung di ambil, dari sepatu, tas, Gaun, make-up, arloji, perhiasan yang pastinya memiliki brand tersendiri dan bukan barang diskonan.
Setelah menghabiskan waktu sekitar tiga jam berkeliling mall untuk mencari dan memilah barang - barang yang mereka inginkan, keempat wanita paruh baya dengan gaya khas sosialita itu segera bertemu di meja kasir. Raut bahagia dan puas begitu terpancar di wajah mereka.
Ketika mereka tiba di meja kasir, ke-empatnya langsung meletakkan barang belanjaan mereka. Setelah berpesan untuk memisah kemasannya pada kasir, ke empat wanita tersebut mulai berbincang lagi. Ketika menunggu kasir menyelesaikan semua hitungan belanjaannya, terdengar sebuah keributan di meja kasir paling ujung.
Tentu saja keributan tersebut menarik perhatian tak terkecuali geng sosialita Ruli. Mereka berempat awalnya mulai mengabaikan, tetapi ada suara yang sangat familliar di telinga Ruli. Diam-diam memasang telinganya baik-baik.
"Coba lagi mbak, tidak mungkin kartunya bermasalah. Ini gak sembarang kartu." Sayup-sayup terdengar suara di area kasir.
"Saya sudah coba tiga kali mbak, tidak mungkin ada kesalahan," singgah si kasir sopan.
"Mesin nya kali rusak Mbak. Ini gak sembarang kartu loh. Ini kartu edisi terbatas!" seru suara gadis tersebut.
Si kasir sudah terlihat mulai jengkel. Dia bergegas mengambil mesin pembayaran lain.
"Mbak kalau emang gak punya duit, gak usah belanja pake kartu,"
"Iyah nih, lama banget sih Mbak"
"Pakai tunai aja Mbak biar cepat!"
Antrian di belakang gadis itu mulai protes.
"Bisa diem gak sih! Bawel Banget!" seru si gadis.
"Maaf Mbak, kartunya tetap tidak bisa!" Si kasir mengembalikan kartu gold star kebanggaan gadis itu.
Gadis itu segera keluar dari antrian tanpa membawa belanjaaannya. Suara sorakan mulai menggema meneriaki dirinya.
Ruri yang melihat keramaian itu menyadari bahwa gadis itu Sindy, anaknya. Mulai merasa was-was. Dia mengalihkan pandangannya pura-pura tidak melihatnya.
"Totalnya dua ratus dua puluh juta rupiah Ibu. Mau di bayar cash atau kredit?" tanya kasir setelah merapikan semua belanjaa sesuai pesanan tadi.
Raut wajah Ruli sudah mulai pucat. Dia khawatir kartunya juga bermasalah sama dengan Sindy. Dia memperhatikan, teman-teman nya yang masih asyik mengobrol di sebrang. Segera dia mengeluarkan kartu gold star nya dan menyerahkan ke kasir.
"Maaf Ibu, kartunya tidak bisa di pakai," ucap si kasir dengan name-tag dinda.
Ruli terkejut. Alisnya langsung mengerut, "Coba lagi Mbak!" perintahnya ketus.
Si kasir langsung mencoba kembali dan tetap hasil nya sama. Kasir tersebut juga menggunakan beberapa mesin, tetapi tidak bisa.
"Maaf Ibu, apakah ada kartu lain?" tanya si kasir sopan
Ruli kebingungan, Dia gengsi mengakui pada temannya kalau dia tidak ada kartu lain lagi, akhirnya dia meminta waktu sebentar untuk menelpon anaknya. Si kasir mengerti dan menyimpan sementara catatan belanjaannya dan menyuruh antrian selanjutnya.
Melihat antrian sudah berubah, ketiga teman sosialita Ruli segera menuju kasir untuk mengambil barang belanjaan mereka. Mereka mengira Ruli sudah membayarnya. Ketika mendekatinya, Ruli sedang berusaha menelpon seseorang.
"Dimas, angkat telepon nya dong. Kemana sih nih anak!" Ruli tetap menghubungi ponsel Dimas tetapi tidak terhubung.
"Djeng Ruli, Are you Okay?" tanya Djeng Siska.
Ruli terkejut melihat ketiga temannya sudah berdiri di sampingnya.
Djeng Kirana berinisiatif menuju meja kasir untuk mengambil barang belanjaanya, diikuti Djeng Sinta.
Ruli ingin menghentikan keduanya, tetapi terlambat.
"Mbak, mau mengambil belanjaan yang itu," Tunjuk Djeng Kirana.
"Maaf Ibu, tolong di urusi dulu pembayarannya," balas si kasir ramah.
Pernyataan si kasir sontak membuat mereka bertiga menoleh ke arah Ruli. Wajah mereka seolah meminta penjelasan.
"Kartu nya bermasalah, jadi tidak bisa di pakai," Jawab Ruli malu-malu. Sungguh ia rasanya ingin masuk ke dalam bumi saja.
Ketiganya tidak bisa berkata-kata lagi. Mereka tersenyum kecut dan kecewa. Ruli sangat malu dan bergegas pulang meninggalkan genya tersebut.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
kasian bastian. sadboy.. 😢😢
manusia berkepala ular ...
licik ,ayo thor jangan lma2 kebusukan dimas disimpan...
lanjut
jangan lg ditunda ...
sudah cukup ,1.thn waktu yg
aisyah jalani ,gk ad kebaikan kedepan nya ,