Fakultas peternakan x Fakultas Hukum
Nyambung nggak jelas ngak Nyambung bangetkan, bau sapi sama tumpukan undang-undang, jelas tidak memiliki kesamaan sama sekali. Tapi bagaimana jika terjalin asmara di dalam perbedaan besar itu, seperti Calista Almaira dan Evan Galenio.
Si pawang sapi dan Arjuna hukum yang menjalin hubungan dengan dasar rasa tanggung jawab karena Evan adalah pelaku tabrak lari kucing kesayangan Calista.
Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.
"Nggak usah ngomong macen-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.
"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu!"
Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.
Evan mengangguk pasti.
"Hidupin joni lagi bisa?"
"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Invasi dapur
Sore itu, Laura datang ke apartemen Evan dengan penuh semangat, tentu setelah mendapatkan izin dari si empunya apartemen. Laura tersenyum lebar melihat isi kantong belanjaan yang isinya bahan makanan bernutrisi tinggi, sebelum ke apartemen Evan Laura sempat mampir ke super market.
Bel pintu berbunyi, Calista hendak bangkit dari duduk untuk membuka pintu, dia tahu benar siapa yang datang.
"Biar gue, Ibu negara duduk aja, biar nggak capek," cegah Rian saat Calista akan bangkit dari sofa. Rian dan Bobby sekarang berperan sebagai bodyguard Calista sebagai penebusan dosa atas sepiring nasi goreng tadi pagi.
Rian menekan tombol pause untuk menjeda game yang sedang ia mainkan bersama Bobby, ia bangkit dari karpet lantai lalu berlari kecil ke arah pintu. Bell terus di tekan berkali-kali tanpa jeda, apa orang itu ingin meledakkan telinga penghuni apartemen.
"Berisik anjir!" sentak Rian saat membuka pintu, dia melotot marah pada gadis berkacamata yang berdiri dihadapannya dengan memgang kantong belanja warna ungu.
Gadis itu masuk dan menyenggol bahu Rian tanpa mengucapkan apa pun, seolah Rian mahluk tak kasat mata yang ia lewati begitu saja. Laura melepaskan sepatunya lalu berlari kecil dengan wajahnya berbinar saat melihat Calista yang duduk di sofa, ditemani Bobby yang sedang sibuk bermain game duduk di karpet bawah.
“Caca!" teriak Laura, ia merentangkan tangan berlari menyongsong sang sahabat.
"Lau!" sambut Calista juga dengan tangan terbuka, kedua gadis itu berpelukan ala teletabies dengan badan yang bergoyang ke kanan dan ke kiri.
Rian menatap tajam punggung Laura, sakit hati Rian diacuhkan seperti setan. Pria berhodie putih dengan rambut blonde itu mendengus kesal dan menyambar stik PS dengan kasar.
"Kenapa Lu?" tanya Bobby yang heran dengan sahabatnya yang tiba-tiba terlihat kesal.
"Kesambet kunti bogel," ketusnya sambil melirik sini ke arah Laura. Bobby hanya mengangkat bahu acuh.
Duo tampan itupun melanjutkan permainan mereka lagi, tanpa memperdulikan dua gadis yang sedang reuni di belakang mereka.
"Gue kangen banget sama lu,Ca," ujar laura setelah meleraikan pelukannya.
"Aku juga kangen kamu, kangen Elisabeth juga, Lusy, Debora ... aku kangen kandang," sahut Calista dengan raut wajah sedih.
"Cup ... cup, nggak boleh sedih, gue bawain bahan makanan sehat biar lu cepet pulih, dijamin habis makan masakan gue lu langsung seger!” Laura mengangkat kantong belanjaannya dengan penuh percaya diri.
“Makasih. Tapi yakin nih Laura bisa masak?” Calista menyipitkan mata, menatap Laura dengan penuh selidik.
“Halo, sahabat lu siapa? Ini Chef Laura yang ngomong, Bos!” ucapnya jumawa sembari mengibaskan satu kepang rambutnya.
“Semoga dapur Evan nggak meledak.” Rian melirik sekilas pada Laura dengan senyum meremehkan.
“Yah, kita doain aja nggak berakhir di UGD," sahut Bobby yang juga ragu, sebagai tetangga di rumah neneknya dia sangat tau track record Laura di dapur.
"Aku bantu ya Lau," ujar Calista yang punya perasaan tidak enak jika Laura masuk dapur.
"No ...No ...No ... lu duduk manis di sini, percayakan semua pada chef Laura, oke."
"Percaya aja, kalau dia bikin kita masuk UGD, tinggal seret ke jalur hukum," sindir Rian, Bobby mengangguk mantap.
Laura melengos ke dapur tanpa menggubris ledekan Rian dan Bobby, . Dengan gaya yakin bak koki profesional, dia mulai mencampur semua bahan bernutrisi yang ia beli. Setelah masuk dapur mencari panci, maklum saja itu bukan dapurnya jadi dia harus cari tahu dulu dimana Evan menyimpan benda itu, setelah membuka beberapa lemari bagian bawah kitchen set akhirnya dia menemukan panci yang ia ingin kan.
Dengan semangat empat lima Laura memulai eksperimennya. Laura menjerang panci di atas kompor listrik, menumis sedikit bawang dan jahe dengan minyak zaitun, setelah wangi ia memasukan potongan Brokoli, ikan salmon dan kerang. Aroma harum tumisan yang wangi dan mengugah selera membuat Laura tersenyum lebar. Setelah ikan salmon berubah pucat, Laura memasukan susu steril, biji quinoa, kacang almond, setelah susu sudah hampir mendidih Laura memasukan, yogurt dan bluberry terakhir sebagai pelengkap tiga sendok besar bubuk spirulina dan tiga sendok makan garam himalaya. Semuanya masuk ke dalam satu panci, kuah yang semula berwarna putih berubah menjadi hijau pekat. Laura menatap bangga hasil karyanya dengan senyum lebar. Laura memasak dengan lancar walau sesekali terdengar suara dentingan alat masak yang jatuh.
“Dengarkan wahai penghuni bumi, yang nebeng di apartemen ini! Lu pada bakal ngerasain makanan paling sehat dan enak sedunia! Siapin perut kalian!” Teriak Laura penuh percaya diri.
Beberapa saat kemudian, Laura muncul dengan panci di tangan. Asap mengepul dari hidangan yang warnanya... hijau mencurigakan, laura menaruh panci berisi sup tersehat itu di meja makan. Bobby dan Rian langsung berhenti main game, mereka bangun lalu berjalan menuju meja makan begitu pula Calista. Mereka berempat mengerubungi meja makan dengan tatapan aneh yang tertuju pada sepanci sup hijau, kecuali Laura. Gadis itu membusung bangga dengan masakannya.
Sementara Evan yang baru pulang mengerutkan kening melihat kerumunan di meja makan. setelah melepaskan sepatu Evan pun mendekat ke arah meja makan, tapi atensinya beralih ke arah dapurnya yang berantakan, mata Evan melebar ia melongo melihat dapurnya yang berantakan, ralat lebih dari berantakan, keadaan dapur seperi baru saja di terjang badai lokal.
“Dapur gue kenapa ancur kayak gini?!” pekik Evan melotot dengan wajah marah.
Bobby, Rian dan Calista menoleh mendengar pekikan Evan. Mereka baru sadar kalau pemilik apartemen sudah pulang.
“Lebay deh lu, cuma kotor dikit doang juga. Ntar gue beresin, jangan khawatir. Mending sekarang lu duduk sini, kita makan bareng-bareng."
Laura menarik paksa Evan untuk duduk, da pun melakukanhal yang sama pada ketiga calon korban lainnya. Dengan semangat dan senyum yang tak luntur dari bibir, Laura menuangkan sup ke mangkok-mangkok kecil lalu menyajikannya.
"Khusus Caca gue kasih porsi besar supaya lu cepat sembuh," ucapnya sembari meletakkan semangkok penuh sup hijau itu di depan Calista.
"Makasih Lau," ujarnya dengan senyum yang dipaksakan.
"Sama-sama Ca, ayo semuanya makan dong. Aku udah capek-capek masak lho," tutur Laura dengan mata berkaca-kaca.
Mereka semua duduk mengelilingi meja, menatap hidangan Laura dengan ragu. Rian menyikut lengan Bobby, saling menegur untuk memakan sup itu, Evan memainkan sendoknya mengaduk-aduk sup di hadapannya mencoba menebak isi sup itu. Calista yang merasa tidak tega dengan Laura akhirnya mencoba suapan pertama. Matanya langsung menyipit, wajahnya menciut masuk, bibirnya mengatup rapat mati-matian menahan agar tidak, huek.
"I-Ini sup apa Lau?” tanya Calista berbata karena rasa aneh dan asin yang sangat menyengat indra pengecapnya.
"Sup dengan nutrisi paling tinggi. Gimana enak nggak?" Calista hanya menggeleng sangat pelan.
Bobby dan Rian tertawa ngakak melihat wajah Calista yang tertekan. Evan mencoba mencicipi untuk menghargai usaha Laura. Sesaat kemudian, wajahnya berubah seperti habis makan wasabi murni.
"Lu mau bikin kita masuk UGD berjamaah Lau!” tukas Evan, ia langsung meminum banyak air untuk menghilangkan rasa aneh di mulutnya.
“Masakan lu bisa dijual buat alat detoks sampai lemes, Lau, Serius," imbuh Bobby yang juga mengicip setetes sup Laura, hanya Rian yang tidak mau jadi tumbal, dia hanya tertawa menyaksikan ekspresi teman-temannya yang menelan sup hijau aneh itu.
“Ini tuh… makanan fusion! Kalian emang belum bisa hargain seni kuliner. Lagian sup ini tuh nutrisinya paling tinggi tau, mengandung vitamin C, K, D,E,B-12, mineral, kalsium, protein, probiotik, magnesium, serat, zat besi, omega-3, antioksidan dan anti-inflamasi. Gue udah masukin semua bahan dengan nutrisi tertinggi di setiap daftar makanan," tukas Laura berusaha menyelamatkan harga diri.
"Ya nggak bisa kamu tawurin semua bahan sembarangan juga Laura, kan bisa di makan terpisah kalau dipaksakan jadi satu gini malah bikin sakit," Calista berkata dengan hati-hati agar tidak menyinggung perasan, bagaimanapun Laura hanya ingin memberikan yang terbaik untuknya.
Laura menunduk dengan bibir manyun.
"Seenggak enak itu ya, sup gue," lirihnya kecewa pada dirinya sendiri.
"Lain kali coba ikutin panduan resep Lau, jangan bikin eksperimen kimia kayak gini," tukas Rian yang mendapat delikan tajam dari gadis berkaca mata itu.
"Bersihin dapur gue!" Perintah Evan sambil berdiri dari duduknya.
"Iya," sahut Laura sambil melangkah gontai ke arah dapur. Rian yang merasa kasihan pada Laura pun memutuskan untuk membantu, bukan hanya Rian tapi Bobby juga ikut turun ke dapur.
Calista ingin ikut tapi Evan melarangnya. Akhirnya gadis itu hanya duduk bersama Evan di ruang tamu sambil menunggu pesan antar makanan yang Evan pesan untuk mereka semua.
gak nyangka kalian udh pada punya buntut wkwk kalo ngumpul makin rame makin kocakk pastinya
Happy ending yg no kaleng kaleng ini mah . terimakasih sudah menyuguhkan cerita yang super berkesan ini, love you author 😘😘
lelah semua..... tp kamu gk mau membebani orang2 yg kamu sayangi
sabar ya, Ca....
di suruh menjaga, mendengarkan kalo ada suara².... malah telinga di sumpelin... gimana mau denger....
sukuriiiin.... skrg gk ada yg membela kamu, Gab... nikmati sanksi mu....