Pesugihan Milik Istriku

Halim kaget sekali karena tiba tiba saja Rosana sudah datang dengan wajah nya yang ceria sekali, tidak seperti biasa nya yang muram karena terlalu banyak pikiran tentang keuangan mereka yang sangat buruk. namun Halim juga cemas karena dari ujung tangan sampai ujung kaki, tubuh Rosana penuh dengan luka yang sangat parah.

Rosana bilang hanya terjatuh saat berjalan kaki tadi, sekarang dia sedang mandi sambil bernyanyi merdu di dalam kamar mandi. dapat Halim duga bahwa istri nya sedang sangat bahagia hati nya sehingga bisa seriang itu, bahkan tadi juga bersalaman dan mencium tangan Halim, padahal biasa nya tidak mau melakukan itu.

"Ibu kayak nya lagi senang ya, Yah?" Zulham menatap Halim.

"Alhamdulilah Ibu sudah tidak marah, kamu mau beli jajan ya?" tawar Halim agar Zulham keluar dari rumah dan dia ingin ngobrol dengan istri nya.

"Boleh, tapi kalau ada aku minta dua puluh ribu ya soal nya mau main sama Ernan juga." pinta Zulham.

"Ambil lah, pulang nya jangan terlalu sore." pesan Halim.

"Oke, nanti aku pulang jam empat ya." angguk Zulham sangat senang karena di beri uang oleh Ayah nya.

"Sekalian jemput Kakak biar dia tidak jalan sendirian, kasihan Kakak ya." ucap Halim berpesan pada Putra nya yang bisa di bilang belum bisa berpikir jernih.

Zulham hanya mengangguk dan segera pergi karena hati nya sangat riang mendapatkan uang dua puluh ribu saja, tidak masalah tidak liburan seperti teman teman yang lain. toh anak seusia dia suka nya hanya main dan dapat uang jajan, begitu saja sudah lebih dari cukup rasa nya.

"Hati hati!" Halim menatap putra nya yang semakin jauh.

"Iya." Zulham melambaikan tangan pada Ayah nya.

Kebetulan Mila yang baru keluar dari rumah juga dan menatap sengit pada Zulham, dia sering mengatakan bahwa Rosana tidak berpikir panjang saat mau punya anak, sekarang punya anak namun tidak bisa memberikan banyak barang karena hidup mereka yang miskin.

"Orang miskin saja belagak ingin punya anak!" Mila melirik sinis.

"Jangan bicara begitu!" Reza tidak suka bila Mila terus saja menghina.

"Lah kenapa? kan memang fakta nya kalau Rosana itu miskin!" sengit Mila sangat kesal bila Reza sudah membela.

"Biar pun miskin tapi kita juga tidak boleh menghina nya terus, mereka miskin pun tidak pernah menyusahkan kita, Mila!" sentak Reza kesal sekali.

Mila malah menatap suami nya tajam dengan pandangan curiga, Reza yang di tatap cuma cuek saja karena dia merasa Mila sudah keterlaluan. bahkan kadang dia juga mengajak orang untuk menghina Rosana, padahal Rosana sama sekali tidak pernah duluan mencari masalah pada Mila.

"Kamu naksir kan sama Rosana, Bang?" Mila menuduh suami nya.

"Bicara apa sih kamu?!" Reza sangat kesal bila sudah di tuduh macam macam.

"Setiap aku membicarakan dia, maka kamu terus saja ada di pihak nya!" teriak Mila begitu marah.

"Aku itu cuma tidak mau kamu semakin kurang ajar sama orang yang ekonomi nya di bawah kita, Halim itu teman aku!" bentak Reza.

"Kau selalu berlindung di balik Halim adalah teman mu, padahal nyata nya kau suka pada Rosana! memang nya kau pikir ada wanita lain yang mau dengan mu, sedangkan milik mu saja tidak bisa hidup." Mila malah menghina suami nya.

Terdiam Reza karena Mila memang tidak punya hati sama sekali, padahal Reza adalah orang yang mencarikan dia uang dan memberikan kehidupan yang layak. dasar Mila saja yang tidak tau terima kasih, dia sama sekali tidak bisa menghibur suami nya.

Jangan kan mencari solusi bersama, di ajak kedokter saja dia tidak pernah mau karena alasan malu punya suami impoten. merasa bila pergi kedokter pun nanti akan di lihat oleh orang orang, Mila tak pernah mau walau Reza terus memohon untuk di temani, sebab rasa malu nya lebih besar dari pada rasa kasihan pada sang suami.

...****************...

"Ada apa, Mas?" Rosana menatap suami nya yang mendekat.

"Ini kamu kenapa kok sampai luka luka begini?" Halim melihat tubuh istri nya.

"Luka ini tidak sebanding dengan luka batin yang aku rasakan, Mas." jawab Rosana sembari memakai daster yang sudah banyak bolong di beberapa jahitan.

Halim tersentuh karena dia memang tidak bisa memberi banyak uang pada istri nya, ini saja dapat uang dua juta setengah nanti masih di potong untuk sewa mobil, paling bersih nya nanti sekitar dua juta karena kata penyewa tidak payah pakai biduan, adik yang akan menikah pintar menyanyi di panggung sehingga lebih hemat pengeluaran.

"Mas ada uang segini, ada yang menyewa orgen kita." Halim memberikan uang dua juta.

"Wah!" Rosana langsung begitu senang karena dia tidak perlu menunggu.

"Maaf ya cuma segini, ini yang empat ratus lima puluh Mas pegang untuk bayar sewa mobil nanti." Halim berkata pelan.

"Enggak masalah kok, aku pegang satu juta saja dulu dan yang separuh Mas pegang saja." Rosana cuma mengambil satu juta.

Halim agak kaget karena istri nya cuma menerima yang satu juta saja, padahal biasa nya Rosana sangat keberatan untuk mengihklaskan yang lima ratus untuk sewa mobil. tapi sekarang malah cuma ambil separuh saja, maka Halim pun agak kaget.

"Ini untuk bayar cicilan rumah ya?" tanya Halim pelan.

"Nanti saja cicilan rumah nya, kita main dulu orgen di tempat yang sudah menyewa." jawab Rosana pula.

"Baik lah, lagi pula tidak cukup ya untuk bayar satu bulan." Halim tersenyum hambar karena angsuran mereka satu juta lebih.

"Udah Mas enggak usah pikirin dulu masalah itu, fokus main dan aku juga akan menemani kamu." jawab Rosana tersenyum manis.

"Ya sudah, semoga nanti ada yang menyewa lagi." harap Halim karena memang ini lah satu satu nya penghasilan mereka.

"Ada kok, pokok nya pasti nanti orgen kita akan laris manis." jawab Rosana.

"Amiiin."

Halim mengaminkan ucapan istri nya karena dia menduga itu hanya lah doa dari Rosana, sebab selama ini yang sering berdoa begitu adalah Halim, tapi kali ini Rosana dan sudah pasti Halim sangat senang sekali.

"Tolong belikan aku salep ya, perih ini soal nya." pinta Rosana.

"Ya allah kok bisa sih sampai begini, kamu kenapa sebenar nya?" Halim ingat luka Rosana lagi.

"Tadi kena serempet pas jalan, maka nya jadi luka begini." jawab Rosana.

"Kamu pasti melamun." lirih Halim yang menduga istri nya banyak pikiran.

Rosana cuma tersenyum sekilas dan kembali merasakan perih luka nya, Halim bergegas keluar rumah untuk mencari obat untuk istri nya, kasihan bila sakit pun tidak di rawat karena itu adalah tanggung jawab nya Halim.