NovelToon NovelToon
Married By Accident

Married By Accident

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:2.3M
Nilai: 5
Nama Author: Ririn Puspitasari

Devan Pramudya, pemuda tampan ini harus terpaksa menyaksikan perbuatan tak senonoh calon istrinya tepat di depan mata. Pernikahan yang beberapa hari lagi akan digelar terancam batal.

Rina yang tak ingin anaknya mendapatkan reputasi buruk dan mencoreng nama perusahaan itu, mendesak Devan untuk tetap melanjutkan pernikahan.

Arabella Maharani, gadis penjual susu kedelai ini tak sengaja menabrak mobil Devan. Alhasil, mobil tersebut memiliki kerusakan membuat Arabella harus bertanggung jawab.

"Menikahlah denganku!" seru Devan.

"Apakah kau gila? Aku menabrak mobilmu. Apakah otakmu juga ikut mengalami kerusakan?!" ketus Bella.

"Bukankah ini tawaran yang langka, Nona? Banyak wanita yang ingin mendapatkan tawaran ini. Lagi pula jangan sok jual mahal! Tampangmu sama seperti botol susu yang kau bawa," ucap Devan sinis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ririn Puspitasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Sogokan

Devan tengah mengecek beberapa dokumen yang masih ada di atas mejanya. Setelah tugasnya selesai, pria itu pun langsung bersiap untuk pulang.

Ia membereskan dokumen yang berserakan di atas meja dan menumpuknya menjadi satu. Devan beranjak dari duduknya, ia meraih jas yang disampirkan di gantungan yang tak jauh dari mejanya. Ia pun kembali memakai jas tersebut.

Devan melangkah keluar dari ruangannya seraya memainkan kunci mobil yang ada di tangannya.

Tringgg...

Lift yang mengantarkannya ke lantai satu pun terbuka. Saat ia hendak keluar, tiba-tiba Devan dikejutkan keberadaan Joko yang mendadak muncul di hadapannya.

"Dia seperti hantu saja," batin Devan yang kembali memasang ekspresi tak acuh pada Joko. Pria itu melanjutkan langkahnya seakan asistennya itu adalah makhluk tak kasat mata.

"Pak Devan, apakah bapak hendak pulang?" tanya Joko menyunggingkan senyum ramahnya.

Namun, tak ada sahutan apapun dari Devan. Joko mengekor langkah Devan, mencoba untuk membujuk atasannya itu agar tak lagi marah padanya karena insiden tadi siang.

"Pak Devan mau saya antar pulang?" tanya Joko lagi.

Devan tetap tak bersuara, membuat Joko berpikir keras bagaimana cara membujuk Devan agar tak marah lagi padanya.

"Malam ini saya ingin mentraktir bapak makan malam, apakah bapak bersedia?" tanya Joko.

Sontak Devan menghentikan langkahnya. Pria itu membalikkan badannya ke arah Joko.

"Kau yakin ingin mentraktirku?" tanya Devan memastikan.

Joko meneguk salivanya, entah mengapa ia merasakan akan terjadi sesuatu setelah ini. Perlahan Joko pun mengangguk.

"Oho, sepertinya kau ragu-ragu untuk mentraktirku."

Devan kembali melanjutkan langkahnya. Namun, dengan cepat Joko mengambil langkah lebih dulu lalu berdiri tepat di depan Devan untuk memberhentikan langkah pria itu.

"Sa-saya ingin mentraktir Pak Devan, sungguh." Joko mengacungkan jarinya membentuk huruf v. Pria itu pun melebarkan senyumnya memperlihatkan deretan giginya.

Devan tampak berpikir sejenak. "Baiklah, aku tidak akan menyia-nyiakan tawaranmu yang langka ini," ujar Devan yang kemudian melemparkan kunci mobilnya pada Joko.

Dengan cekatan, Joko pun menangkap kunci tersebut. Ia menatap Devan yang sudah melenggang berjalan lebih dulu.

"Semoga dompetku tidak menangis setelah ini," batin Joko.

Joko pun langsung menyusul langkah Devan. Ia membukakan pintu untuk atasannya itu. Ya, tawaran makan yang diucapkan oleh Joko cukup manjur membuat suasana hati serta ekspresi wajah Devan sedikit bersahabat.

"Ya, setidaknya anggap saja ini adalah sogokan agar Pak Devan tidak marah atau pun memecatku," batu. Joko yang kemudian menutup pintu mobil tersebut. Ia segera mengambil posisi duduk di bangku kemudi. Membawa kendaraan roda empat tersebut membelah jalanan.

....

Joko dan Devan saat ini tengah berada di restoran mewah. Tak tanggung-tanggung, Devan memilih private room untuk menyantap hidangannya.

Joko membuka buku menu yang ada di atas meja, sontak matanya membelalak saat melihat daftar harga yang tertera di sana.

"Sudah ku duga, sepulang dari sini aku akan jatuh miskin," batin Joko seraya mengusap tengkuknya.

"Ada apa?" tanya Devan santai seraya melihat-lihat buku menu yang ada ditangannya.

"Ah, tidak Pak. Saya cukup terpukau dengan makanan di sini, sepertinya enak." Joko menyunggingkan senyumnya.

"Maksud saya, terpukau dengan harganya," batin Joko menjerit.

Devan pun menyebutkan salah satu menu yang ia pilih pada pelayan. Saat Joko mencoba melihat menu yang menjadi pilihan Devan, sang asisten langsung menghela napasnya dengan berat.

"Joko, kamu pesan apa?" tanya Devan yang sedari tadi melihat Joko membolak-balikkan buku menu tetapi belum memutuskan pilihannya.

"Saya minta kopi saja," ujar Joko.

"Kopi? Apakah kau tidak tertarik dengan makanannya? Bukankah hidangan mereka cukup menggiurkan?" selidik Devan.

"Saya masih kenyang Pak. Lagi pula tujuan saya ke sini untuk mentraktir Pak Devan," ucap Joko berbohong. Sebenarnya sedari tadi cacing-cacing yang ada di perutnya sudah memberontak minta untuk diisi. Namun, karena makanan yang dipesan oleh Devan harganya lumayan fantastis, alhasil pria itu pun hanya membeli kopi saja. Takut jika hari esok ia tak bisa makan lagi.

Devan menggigit bibirnya berusaha untuk menahan tawanya. Pria itu tahu jika sang asisten memiliki niat terselubung dibalik ajakan makan malam tersebut.

Akibat insiden tadi siang, Joko yang sempat membuat Devan naik pitam hanya karena sang asisten berkata pada ibunya bahwa ia seorang gay. Setelah itu, Devan tak memperdulikan Joko seharian. Bahkan jika ada yang dibutuhkan oleh Devan, pria itu memerintahkannya pada staf lain alih-alih pada asistennya itu.

Kali ini, Devan membalasnya dengan membuat dompet Joko menangis. Ia tak tanggung-tanggung memesan makanan yang cukup mahal serta ruangan yang tertutup hanya untuk mengerjai asistennya itu.

Meskipun begitu, Devan akan membayar semuanya nanti dengan menambah bonus di akhir bulan sang asisten.

Tak lama kemudian, pelayan pun datang kembali membawa hidangan yang dipesan oleh keduanya. Aroma makanan yang dipilih oleh Devan sangat menusuk membuat cacing di perutnya semakin berdemo.

Devan menyantap hidangannya dengan wajah yang memperlihatkan ekspresi kelezatan dari makanan tersebut. Joko hanya menelan salivanya, sesekali pria itu menyeruput kopi yang ada di depannya hanya menutupi rasa lapar melihat atasannya itu makan.

"Bisakah dia tidak memperlihatkan ekspresi seperti itu?" batin Joko kesal.

"Apakah sangat enak, Pak?" tanya Joko.

"Tentu saja, sayang sekali kau tidak memesan makanan juga," timpal Devan.

"Iya, sayang sekali saya belum lapar," ujar Joko

"Bukan tak ingin, tapi pesanan yang bapak pilih cukup membuat saya miskin," batin Joko.

Setelah menyelesaikan makannya, sang pelayan pun datang seraya memberikan bill pada Joko. Sang asisten dengan gerakan sedikit pelan, ia mengambil dompet yang ada di sakunya. Mengambil jumlah uang yang tertera di nota tagihan tersebut.

Joko memberikan uang cash pada pelayan. Ia menatap kembali dompetnya yang hanya menyisakan uang kertas dua lembar saja.

Seusai melakukan transaksi pembayaran, keduanya pun langsung keluar dari restoran tersebut.

"Terima kasih atas traktirannya, jangan bosan-bosan untuk mentraktirku lagi," ucap Devan mengembangkan senyumnya seraya menepuk pundak Joko.

Joko membalas senyuman tersebut dengan berat hati. Ia mengangguk akan tetapi batinnya berkata lain.

"Ini adalah yang pertama dan terakhir, Pak."

Devan mengantarkan Joko pulang ke rumahnya. Anggap saja itu sebagai bayaran atas traktiran asistennya tersebut.

"Terima kasih Pak Devan atas tumpangannya," ujar Joko.

Devan mengangguk lalu kemudian melajukan mobilnya begitu saja. Saat di perjalanan pulang, Devan tak henti-hentinya menertawakan sikap konyol Joko. Asistennya memang cukup sering membuat moodnya buruk, tetapi ia mengembalikan mood Devan lagi dengan tingkah konyol sang asisten.

"Kira-kira makan apa dia malam ini?" gumam Devan kembali tergelak tawa.

Di lain tempat, Joko tengah menghidupkan kompornya untuk memasak mie instan. Setelah mie tersebut dirasa sudah matang, Joko segera meniriskannya lalu mencampurnya dengan bumbu.

"Gara-gara sogokan untuk Pak Bos, beberapa hari ke depan aku hanya makan indomie saja," gerutu Joko seraya mengaduk-aduk mie dan bumbunya hingga tercampur rata.

"Gayanya dari restoran, tapi pulangnya makan indomie," keluh pria itu.

Setelah mie tersebut siap, Joko pun berjalan menuju ke penanak nasi. Ia mengambil satu centong nasi yang akan disantap bersama dengan mie tersebut.

"Kata ibu, makan mie pakai nasi supaya kenyang," ucap Joko bermonolog. Pria itu pun langsung menyantap makan malamnya.

Bersambung...

Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya berupa like, komen, serta votenya jika ada.

Yang belum favorit, yuk difavoritkan supaya mendapatkan notifikasi update terbarunya~

Ig : Ayasakaryn24

1
Rosana Manalu
joko lucu
Sri Udaningsih Widjaya
Bagus ceritanya thor
IG: Ayasakaryn24: terima kasih kk❣️
total 1 replies
Anonymous
Cakepan nadia dr pd bella
Dede Suryani
dasar bos eror
Ruzita Ismail
Luar biasa
Dede Suryani
dasar
Nurhayati
ga ada kisah ferdy
Nurul Syahriani
Makanya jangan main rahasia rahasia dari suami
Nurul Syahriani
Dari banyak nya novel Ceo dan asisten yg aku baca. Hanya di novel ini asisten ceo nya kismin, gak punya mobil gak tinggal di apartemen
Iponk
emang udah lewat ya masa nifasnya...
Iponk
naah ini bener joko, ngomong buat dirinya sndiri
Iponk
devan ituuuu
Iponk
niat banget mama rina ngerjain anaknya..wkwk
Iponk
sengklek ni orang dua
Iponk
lha..knp jadi joko...
Iponk
pas periksa dan usg sebelumnya, apa ga ke detek ya klw janinya twins
Iponk
aku belaan scroll lagi ke atas, penasaran adakah petunjuk kronologis ujug2 disekap...eeeehhh taunya cm mimpi...
Iponk
timpal bella, yg bicara. otornya typo
Iponk
..
Iponk
apa wanita itu sang mantannya devan?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!