Widia Ningsih, gadis berusia 21 tahun itu kerap kali mendapatkan hinaan. Lontaran caci maki dari uanya sendiri yang bernama Henti, juga sepupunya Dela . Ia geram setiap kali mendapatkan perlakuan kasar dari mereka berdua . Apalagi jika sudah menyakiti hati orang tuanya. Widi pun bertekad kuat ingin bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya serta membeli mulut-mulut orang yang telah mencercanya selama ini. Widi, Ia tumbuh menjadi wanita karir yang sukses di usianya yang terbilang cukup muda. Sehingga orang-orang yang sebelumnya menatapnya hanya sebelah mata pun akan merasa malu karena perlakuan kasar mereka selama ini.
Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....
Yuk ramaikan ....
Update setiap hari...
Selamat membaca....
Semoga suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"A-anu kak...."
"To the point saja, oke!"
"M-maaf kak, tadi kita gak sengaja nonton video yang sempat viral itu," ucapnya dengan gugup.
"Shit! Sudah ku duga akan seperti ini!"
Widi memburu nafasnya, ia tidak menanggapi penjelasan karyawan Bubur sumsum. Pikirannya melayang kemana-mana, siapa pelaku di balik video tersebut.
"Saya minta pada kalian semua, jangan sampai berita ini terdengar oleh Ibu dan Bapak. Tolong rahasiakan ini, ngerti!" perintah Widi untuk bekerja sama pada mereka.
"Ngerti kak!" jawab mereka dengan kompak, ketika Widi keluar dari dapur mereka baru bisa bernafas lega.
"Huh! Untung saja,"
"Hampir saja! Kalian sih kenapa bisa bahas soal gitu, udah di bilangin Ibu dan Bapak bukan seperti itu orangnya!"
"Kira-kira kita gak jadi di pecatkan?"
Begitu Widi keluar dari dapur, ia menyembunyikan wajah kesalnya di depan orang tua. Mengingat umur mereka yang sudah tidak muda lagi, karena kurang konsentrasi tidak sengaja Widi menabrak seseorang.
Bugh!
"Aw!"
"Sorry! Sorry! Saya tidak sengaja," ucap Widi sembari bantu membersihkan kemeja pria yang terkena tumpahan jus.
"Sudah, enggak apa-apa kok."
Begitu mereka bertatapan, hati Widi berdetak kencang. Begitu juga dengan pria yang di hadapan Widi, ia terpana dengan kecantikan yang natural di wajah Widi.
"Sekali lagi saya minta maaf ya," sahut Widi seraya mengatupkan kedua tangannya.
"Santai saja, ini juga kesalahan saya yang tidak lihat-lihat lagi," jawabnya dengan senyuman manis yang mampu membuat hati Widi berteriak bahagia.
^^^"Apa ini? Selama ini aku tidak pernah merasakan hal seperti ini, apa ini yang di namakan jatuh cinta? Gak, aku nggak boleh baper!" batin Widi langsung membuang wajahnya.^^^
Widi langsung menuju kasir di mana orang tuanya yang sedang duduk santai, ia langsung berpamitan kembali bekerja padahal ia belum makan siang. Tak sengaja pria yang di tabrak oleh Widi melihatnya dengan kagum, tanpa sadar ia tersenyum melihatnya.
Begitu Widi keluar dari kedai, ia langsung mengayunkan kakinya menuju kasir. Jiwa keponya meronta-ronta.
"Bu, Pak," sapanya dengan lembut dan tersenyum ramah.
"Iya Mas, ada yang bisa kami bantu?" sahut Wendi langsung beranjak dari kursinya.
"Hmm, saya cuma ingin bertanya sesuatu ."
"Tanya soal apa Mas?"
"Hmm, maaf kalo saya sedikit kepo. Kalo boleh tahu wanita yang barusan menyalami Ibu dan Bapak itu, siapa?" tanyanya dengan malu-malu.
"Oh yang barusan tadi ya?"
"Iya."
"Itu anak kami Mas, ada apa?"
"Apa dia melakukan kesalahan pada, Mas ?" sambung Wendi. Takut jika Widi melakukan kesalahan, karena pertama kalinya seorang pria yang bertanya langsung padanya.
"Oh enggak Pak, santai aja. Cuma saya sedikit tertarik saja," ucapnya dengan malu-malu seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Apa anak Bapak sudah ada calon?" tanyanya langsung to the point.
Wendi dan Nia saling beradu pandang mendengar ucapan pria yang di depannya, selama ini Widi memang tidak pernah membahas soal cinta pada mereka. Bahkan Widi jarang sekali membawa teman-temannya main ke rumah, ada rasa bahagia di hati mereka jika Widi menemukan pendamping hidup.
Kring!
Dering hp Widi menarik perhatiannya, panggilan masuk dari asisten pribadi Dina.
"Halo Dina, ada apa?" ucap Widi dengan santai, berharap Ada berita penting yang akan dilaporkan oleh Dina.
"Bu Widi. saya sudah menemukan siapa yang menyebarkan video yang viral tadi pagi," sahut Dina melalui panggilan.
Widi pun kagum dengan kerja keras yang dilakukan oleh Dina. Tidak butuh waktu yang lama Dina berhasil mencari seseorang untuk melacak pelaku fitnah di sosial media.
"Kerja bagus, Siapa orangnya?"
"Saya sudah mengirim fotonya di WhatsApp Ibu, sepertinya Ibu kenal sama mereka" balas Dina dengan lembut.
Widi langsung mengalihkan panggilan dan berniat mengecek isi chat yang dikirim oleh Dina. Alangkah terkejutnya Widi melihat foto tersebut, benar kata Dina ternyata ia kenal dengan orang itu. Ya, pelakunya orang yang menghina mereka selama ini ialah Henti.
"Kurang ajar, berani sekali dia melakukan ini! Apa dia tidak jera sama hukuman yang aku berikan saat itu!" desis Widi seraya mengepalkan kedua tangannya.
.
.
.
Brak!
Bugh!
Rusaklah daun pintu rumah Henti ditendang oleh anak buah Widi yang cukup keras, Sama halnya dengan Widi yang sedang marah besar karena ulah Henti. Ya, Henti lah pelaku penghinaan atas kedua orang tuanya, penghinaan dalam video tersebut ia dilecehkan oleh Nia dan Wendi. Padahal selama ini Henti lah yang selalu menghina keluarga Nia, hampir setiap saat penghinaan bertubi-tubi yang dilontarkan dari mulut Henti.
"Ikan terbang eh ikan terbang!" pekik Henti terkejut begitu mendengar suara bedentum yang sangat keras.
Terlihat beberapa anak buah Widi sudah berdiri di hadapan Henti. Sontak membuat Radit tercengang dengan mulut menganga melihat kedatangan Widi serta anak buahnya.
"Itu dia orangnya, Bos!" sahut anak buah Widi.
"Cepat tahan dia, jangan sampai kabur!" titah Widi dengan nada yang cukup tinggi, emosinya sudah menggebu-gebu mengingat kelakuan rapi yang tidak wajar.
"Hei apa-apaan ini! Sudahlah kalian masuk tanpa permisi, sekarang dengan beraninya kalian menahan aku yang pemilik rumah ini!" bentak Henti tidak terima atas perlakuan tidak sopan anak buah Widi.
"Harusnya saya yang bertanya seperti itu !" sahut Widi merapatkan gigi dan sedikit penekanan saat berbicara.
"Hei, Widi sudah berani kamu sekarang sama aku ya! Apa kamu tidak tahu siapa aku ini?" balas Henti tak kalah menyeramkan wajahnya dari Widi.
Widi tersenyum sinis mendengar penuturan dari Henti.