(Bukan) RAHIM PENGGANTI

Rendra memeluk tubuh Dita agar wanita itu tidak emosi. Sebenarnya Rendra juga sedang berusaha tenang. Ini semua agar dia dapat membujuk Raffa untuk memenuhi keinginannya.

"Aku mau ke kamar. Kamu urus semuanya!" ucap Rendra dengan Dicky.

Rendra memeluk pinggang Dita saat menaiki tangga. Raffa memandangi dengan senyum licik. Rupanya pria itu dapat membaca dan melihat jika Rendra tertarik dengan istrinya itu. Raffa ingin memanfaatkan peluang ini.

"Cepatlah tanda tangani!" ucap Dicky mulai terbawa emosi melihat Raffa yang hanya tersenyum.

"Aku tidak mau jika hanya segitu. Aku mau tiga kali lipat dari penawaran. Bukankah jika Dita tidak aku ceraikan, aku akan dapat menjualnya berulang kali dan memperoleh duit jauh lebih banyak dari yang aku dapat saat ini!" ucap Raffa tanpa rasa bersalah.

Mendengar ucapan Raffa, Dicky menjadi emosi. Sebenarnya pria itu menyimpan perasaan suka dengan Dita. Namun, dia tidak mungkin bersaing dengan Rendra.

Dicky berdiri dan meninju wajah Raffa. Karena belum siap, pria itu jadi tersungkur di sofa. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Raffa kembali bangun dan menghapus darah yang keluar.

"Apa kau sadar dengan ucapanmu. Dita itu manusia. Bukan barang yang harus kau penjual belikan. Aku telah merekam semua ucapanmu sebagai bukti jika kau ingin menjual istrimu!" Dicky menarik napas dalam untuk meredakan sedikit emosinya.

"Kau terlahir dari rahim seorang wanita. Apa kau tidak malu dan tidak punya hati hingga memperlakukan istrimu seperti ini. Apa salahnya? Jika kau ingin menjadi ba*ji*ngan jangan korbankan wanita yang tidak bersalah itu!" teriak Dicky.

Raffa masih terdiam memegang ujung bibirnya yang perih. Raffa tersenyum miring menanggapi ucapan Dicky.

"Kau juga menyukai istriku?" tanya Raffa. Pria itu membuat kesimpulan dari sikap Dicky yang begitu emosi.

"Kenapa kau menyimpulkan begitu? Aku akan marah jika ada wanita diperlakukan semena-mena. Bukan pada Dita saja!"

"Aku yakin kau menyukai istriku. Kau memanggil nama saja. Seandainya Pak Rendra tahu, bagaimana?" tanya Raffa lagi.

Dicky memandangi wajah Raffa dengan mata menyala dan geram. Ingin rasanya pria itu menghajar Raffa biar babak belur. Dalam hatinya Dicky berkata, akan memberikan pelajaran saat dia telah menandatangani surat perceraian.

"Baiklah jika kamu tidak mau. Keluar dari rumah ini berarti kamu tidak akan pernah mendapatkan apa-apa. Aku dan Pak Rendra akan menyerahkan kasus perceraian ini dengan pengacara saja. Kau boleh keluar sekarang!" bentak Dicky.

Raffa yang mengetahui kuasanya Rendra, takut jika memang pria itu mengurus sendiri semuanya dengan menggunakan kekuasaannya. Bisa-bisa dia tidak mendapatkan apa-apa.

Raffa mengambil berkas perjanjian itu. Raffa membaca kembali isinya. Di sana tercantum jika dia mencoba mendekati Dita, maka akan dilaporkan kekepolisian. Dia harus menjaga jarak hingga 500 meter dari Dita setiap mereka bertemu.

"Aku minta tambahan dari nilai nominal ini!" ucap Raffa bernego.

"Akan ditambah sepuluh juta. Biar aku tambah catatan di kertas itu dulu."

Dicky mengambil surat perjanjian itu dan meminta Raffa menandatangani semua. Dengan terpaksa pria itu melakukannya.

Dicky mengambil cek dan ingin menulis sejumlah uang yang diminta Raffa, namun pria itu melarangnya.

"Aku nggak mau cek! Aku mau uang kontan. KTP aku sudah hilang. Tidak bisa mengambilnya nanti di bank," ucap pria itu.

Dicky memang di beri kepercayaan sama Rendra. Dia memiliki satu rekening atas namanya, dengan jumlah nominal yang sangat banyak. Itu digunakan untuk bisnis Rendra yang di urus Dicky.

"Tunggu di sini. Aku ambil uang dulu." Dicky berjalan ke ruang kerja Rendra dan mengambil uang di brankas. Dicky juga mengetahui kode brankas Rendra. Pria itu percaya dengan apa pun yang Dicky lakukan.

Sepuluh menit, Dicky kembali dengan uang enam puluh juta dan memberikan pada Raffa.

"Mana surat perjanjian kemarin," ucap Dicky. Dia ingin memusnahkan surat perjanjian jual beli rahim Dita.

Raffa merogoh saku celananya dan memberikan surat perjanjian yang telah kucel itu. Surat itu dilipat kecil dan dimasukan Raffa ke dalam dompet bututnya. Mungkin agar dompetnya terlihat tebal.

Dicky melihat surat itu dan langsung merobeknya setelah yakin itu surat perjanjian yang pernah dia buat.

...****************...