Naya seorang wanita yang ceria seketika berubah hidupnya setelah mengalami kecelakaan kerja. Tak hanya mengalami kelumpuhan, satu persatu nasib malang mulai hadir di hidup Naya. Meskipun atasan tempat Naya bekerja bertangung jawab atas Nanya namun itu tidak mampu membuat hidup Naya lebih baik.
Lalu bagai manakah Naya menjalani hidup dengan nasibnya yang malang itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Begitu Manis
Saat ini Damar sudah berpakaian rapi, tapi Naya masih terlelap tidur. Damar melihat jam di pergelangan tangannya, tiga puluh menit lagi keluarganya akan datang. Tak tega untuk membangunkan Naya akhirnya Damar memilih keluar kamar.
Naya mulai mengerjabkan matanya, rasanya baru sebentar dia tertidur.
"Astaga, aku ketiduran." Naya terkejut ketika melihat jam di dinding kamar.
Awalnya tadi Naya hanya ingin memejamkan mata sebentar, tapi ternyata dia tertidur hampir hampir dua jam.
Naya langsung memanggil Cica dan Fitri untuk membantunya bersiap segera. Tidak mungkin kan membuat keluarga Damar menunggunya. Memangnya siapa dia.
Sementara Naya bersiap di kamar, keluarga Damar sudah pun tiba di rumahnya.
"Di mana Naya ? apa dia sakit ?" tanya Maudy khawatir ketika melihat Damar hanya sendiri menyambut mereka.
"Tidak, ma. Naya masih di kamar." jawab Damar.
"Kalian langsung saja ke meja makan. Aku akan melihat Naya dulu di kamar." lanjut Damar lagi.
"Kak, aku ikut." sela Aulia yang ingin segera bertemu dengan kakak iparnya.
Namun belum sempat Damar menjawab, Maudy lebih dulu bersuara.
"TIDAK BOLEH !" Maudy dengan cepat melarang Aulia.
Kamar adalah privasi untuk orang yang sudah menikah. Begitu juga pada Damar dan Naya yang baru menikah dua Minggu. Masih suasana pengantin baru. Meski Naya masih lumpuh, siapa tau kan Damar punya seribu satu cara untuk melakukan ritual suami istri. Begitu yang ada di pikiran Maudy.
"Kenapa ma tidak boleh ?" tanya Aulia.
"Pokonya tidak boleh." jawab Maudy yang tidak mau menerangkan alasannya karena Aulia masih di bawah umur.
Selagi mama dan adiknya bicara, Damar memilih pergi ke kamarnya untuk menjemput Naya. Ketika tiba di kamar, Damar melihat Naya sudah selesai berpakaian, pakaian yang sudah ia siapkan tadi dan Naya sudah di dandani juga. Cica dan Fitri langsung berpamitan begitu melihat Damar masuk.
"Kau sudah siap ?" tanya Damar yang melihat wajah Naya melalui pantulan cermin di depan mereka.
"Sudah, pak." jawab Naya.
"Mengapa tidak memakai kalungnya ?" tanya Damar ketika melihat tak ada satu perhiasan pun yang Naya kenakan.
Satu set perhiasan yang telah ia siapkan bersama gaun yang yang Naya pakai.
Naya hanya diam saja, tidak tahu mau menjawab apa, karena tadi dia sendiri yang menolak memakai perhiasan itu saat Fitri ingin memasangkan padanya. Bagi Naya dia tidak pantas memakai perhiasan yang semahal dan seindah itu.
Damar meraih kotak bludru berwarna merah maroon di meja nakas. Ia mengambil sebuah kalung dengan liontin berlian merah yang senada dengan gaun yang Naya pakai, kemudian Damar memakaikan di leher Naya.
Naya menatap pantulan liontin yang sangat berkilau melalui cermin di depannya. Sungguh indah, memang tidak cocok untuk dipakai oleh wanita biasa dan lumpuh seperti dirinya. Tapi apa Naya bisa menolak ? tentu saja tidak.
Apa yang Damar ucapkan dan lakukan merupakan perintah untuk Naya. Tidak mungkin dia menolak perintah atasannya itu.
Naya tetap diam ketika Damar juga memakaikan anting dan cincin yang senada dengan kalungnya. Meski hanya diam, tapi di dalam sana jantung Naya berdetak kencang seolah ingin lepas dari tempatnya karena di perlakukan begitu manis seperti ini.
"Ayo, mama dan papa sudah menunggu." kata Damar setelah tugasnya selesai.
Naya masih diam dan tidak menjawab karena sibuk menetralkan perasaannya.
Tanpa menunggu jawaban Naya, Damar kemudian mendorong kursi roda Naya ke luar dari kamar untuk bertemu dengan keluarganya yang sudah menunggu di meja makan.
Begitu masuk ke ruang makan, Naya berusaha menampilkan senyuman di hadapan keluarga Damar. Namun senyum itu tiba-tiba meredup ketika Naya melihat seseorang yang juga ada di sana.