Married By Accident
Di bawah cahaya lampu temaram, dua insan tengah bergumul panas di atas ranjang. Bibir yang saling memagut serta lenguhan dan suara decapan memenuhi ruangan.
"Lakukan segera, tolong!" suara gadis yang berada di bawah kungkungan pria itu terdengar serak menahan gejolak yang meledak-ledak dalam dirinya.
"Nikmati dulu permainan ini, Honey" suara pria tersebut terdengar setengah berbisik dan itu tampak seksi.
Si pria tak ingin tergesa-gesa, ia masih asyik bermain dengan tubuh yang sudah tak terbungkus oleh sehelai benang pun. Tangannya bergerilya sementara bibirnya menyusuri setiap inchi tubuh gadis itu.
Pria itu tampak sesekali menyeringai, ia merasa menang karena gadis yang ada di hadapannya sudah begitu pasrah.
"Damn!" umpat si gadis. Ia langsung mengubah posisinya berada di atas pria tersebut.
"Jika kau hanya mengulur waktu, maka aku akan memulainya," ketus gadis itu.
Lawan mainnya pun langsung menyeringai, ia mengangkat kedua tangan, seolah mengizinkan gadis yang kini berada di atasnya melakukan apapun sesuka hati.
Gadis tersebut mulai menguasai permainan itu. Terdengar suara lenguhan saat sesuatu menerobos masuk ke dalam dirinya. Perlahan tapi pasti ia pun larut dalam permainan. Pria yang saat ini berada di bawahnya melakukan hal yang sama.
Di waktu yang bersamaan, derap langkah kaki tampak menyusuri lorong hotel. Sepatu pantofel yang amat mengkilat mengeluarkan suara bunyi memecah keheningan di tempat itu.
Ia meraih kunci cadangan yang ada di dalam sakunya. Setelah berada di depan kamar, pria tersebut langsung membuka pintu kamar dengan kunci cadangan yang ada di tangannya.
Pintu terbuka sempurna, dalam kegelapan ia mampu mendengar sebuah d*sahan dari kedua orang yang sedang menikmati permainan panas mereka.
Pria yang baru saja masuk memperhatikan dengan jelas. Tangannya mengepal dengan kuat. Namun, kedua orang yang berada di ranjang itu tampak asyik bermain di arenanya hingga tak menyadari ada sepasang mata yang tengah menatap ke mereka.
Pria itu berjalan maju dan menyalakan saklar lampu. Seketika ruangan itu pun menjadi terang. Dua orang yang tengah menikmati permainannya tadi mendadak terkejut. Gadis itu melirik pria yang saat ini tengah memandangnya dengan tatapan yang tajam.
Si gadis meraih selimut untuk membungkus tubuhnya yang tak berbusana. Wajahnya menjadi pucat pasi, jantungnya seakan memompa darahnya lebih kencang saat menyadari siapa yang menyaksikan perbuatannya itu.
"Sayang, tolong dengarkan penjelasanku dulu. Ini semua salah paham," ujarnya sangat panik.
"Devan, percaya padaku."
Pria itu menatap gadis yang ada di hadapannya dengan penuh emosi. Rahangnya mengeras dan matanya memerah.
"Kesalahpahaman? Dimana letak kesalahpahaman itu, Nadia? Kau tahu, aku cukup lama berdiri memperhatikanmu menikmati permainan panasmu dengan pria itu!" Devan mengarahkan pandangannya pada pria yang masih berada di atas tempat tidur.
"Dev, maafkan aku. Sungguh, aku benar-benar khilaf. Tolong maafkan aku," pinta gadis itu memelas. Ia berlutut sembari memegang sepatu milik Devan.
"Mulai saat ini, lakukan semuanya sesuka hatimu, Nadia." ujar Devan mencoba melepaskan tangan gadis tersebut dari kakinya. Namun, cengkramannya semakin menguat.
"Aku tidak akan melepaskanmu, Dev!"
"Aku yang akan melepaskanmu!" balas Devan yang sedikit menendang Nadia agar tangannya terlepas.
"Hei Bro, jangan kasar terhadap wanita," pria yang ada di atas tempat tidur itu sedikit beranjak saat melihat perlakuan Devan terhadap wanitanya.
"Kau diam! Ini bukan urusanmu! Sebaiknya kau tetap berada di sana sebelum kau mengenakan pakaianmu. Adik kecilmu yang berukuran 2cm itu sangat jelas terlihat olehku," ketus Devan.
Si pria langsung kembali duduk sembari menutupi benda pusakanya yang dikatakan berukuran kecil oleh Devan.
"Dan ini ...." Devan melepaskan cincin di jari manisnya. Nadia membelalakkan matanya sembari menggelengkan kepalanya.
"Kumohon jangan ...."
"Jangan harap setelah kau bercumbu dengannya, lalu kau menikah denganku." Devan membuang cincin pertunangannya ke sembarang tempat.
"B*tch!" setelah mengucapkan kata hina yang ia persembahkan pada Nadia, pria itu pun langsung berjalan keluar meninggalkan ruangan tersebut.
Nadia hanya terduduk sembari tersedu, sementara pria lawan mainnya tadi, mencoba untuk mendekati gadis tersebut.
"Sudahlah, lupakan pria itu. Masih ada aku di sini," ujarnya dengan penuh percaya diri.
Nadia langsung mendelik, menatap pria itu penuh kebencian.
"Ini semua salahmu! Bagaimana bisa kau memilih tempat ini. Dasar bodoh! Aku lebih memilih bersamanya dibandingkan bersamamu," pekik Nadia sembari melayangkan pukulan pada pria tersebut.
"Tapi kau juga menikmatinya, Nona." pria tersebut menjengit. Ia baru sadar jika mendapatkan respon yang kurang mengenakkan padahal awalnya gadis tersebut merasa ketagihan.
****
Devan keluar dari kamar hotel. Ia memberikan kunci cadangan ke tangan sahabatnya, yang tak lain adalah pemilik hotel itu. Ia tak sengaja melihat kekasih sahabatnya tengah memesan kamar bersama dengan pria lain.
"Terima kasih karena sudah memberitahu kelakuannya padaku," ucap Devan.
"Setelah ini aku akan membatalkan pernikahanku," sambung pria itu.
"Hah?! Bukankah pernikahanmu akan digelar beberapa hari lagi?" ujar Ferdy, sahabat dari Devan.
Devan menyunggingkan senyum sinisnya. "Bekas? Aku tak menginginkannya. Lagi pula dia sangat menikmati permainannya dengan pria 2cm itu," cerca Devan.
Ferdy tampak susah mencerna ucapan Devan. "Pria 2cm? Apa maksudmu?" gumam Ferdy.
"Sudahlah! Kau tak perlu mengetahuinya," ucap Devan menepuk pundak Ferdy dan kemudian berlalu dari hadapan pria tersebut.
Devan masuk ke dalam mobilnya. Pria itu tampak memukul setir mobilnya beberapa kali. Pernikahan yang akan di gelar beberapa hari lagi terancam batal. Meskipun berusaha untuk tetap tegas, tetapi ia tak menampik bahwa hatinya terasa sakit. Tunangannya bermain panas bersama dengan pria lain dan ia menyaksikan hal tersebut langsung di depan matanya.
Bohong jika pria itu berkata tak merasakan sakit sedikit pun. Saat ini hati Devan bak di sayat oleh sembilu yang tajam. Namun, ia menutupi semua itu dengan guyonan konyolnya.
"Ternyata seleramu sangat rendah, Nadia."
"Apakah kau sudah tidak tahan lagi? Kenapa kau melampiaskannya pada pria itu. Aku berusaha menjagamu mati-matian dan menahan setiap hasratku hanya untuk menghormatimu. Namun, kau lebih memilih untuk menjatuhkan harga dirimu sendiri," sambung Devan sembari mengepalkan tangannya.
Selang beberapa lama kemudian, ponselnya berdering. Ia melihat layar ponselnya yang menunjukkan id pemanggil yang tak lain dari ibunya. Devan menghembuskan napasnya dengan kasar, lalu kemudian pria itu meraih telepon genggamannya.
"Kau di mana? Segera bawa Nadia untuk melakukan fitting serta pemotretan prawedding!" ujar suara dari seberang telepon.
"Aku tidak akan menikah dengannya," timpal Devan.
"Mama sedang tidak ingin bercanda, Devan."
"Aku serius, Ma. Devan akan membatalkan pernikahan itu," ucap Devan frustasi.
.
.
.
Bersambung...
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya berupa like, komen, serta votenya ♥️♥️♥️♥️
Yang belum favorit, yuk favoritkan agar mendapatkan notifikasi update terbarunya~
ig: ayasakaryn24
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
nurma zulaika
sumpah ngakak habis. 2 cm. 🤣🤣
2023-05-01
2
itanungcik
hadir..
2023-03-31
1
Rohmah Alawiyah
hahahahahaaha
kecil amat 2cm
2023-01-26
1