Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Penolakan Alan
"Kak, kalian mau kemana?" tanya Nana yang melihat Rena dan Rangga sudah rapi.
"Aku menginap dirumah Bang Rangga, kasih tau Mak ya." Jawab Rena dan berpesan pada Nana untuk memberitahu Mamanya.
"Oh, yaudah, hati-hati." Ujar Nana lagi dan mengikuti Rena sama Rangga sampai keteras.
"Kami pergi dulu ya, baik-baik dirumah." Rena melambaikan tangan pada Nana sembari naik dibelakang motor Rangga.
Nana mengangguk, dia juga membalas lambaian tangan Rena yang mulai jauh dari pandangannya.
***
"Ada apa, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya seorang lelaki pada Lidia yang sudah duduk di salah satu meja direstoran.
"Gue hanya meminta bantuan Lo." Lidia tidak meneruskan kata-katanya karena pelayan sudah membawakan pesanannya.
"Ini pesanannya mas, Mbak." Ucap seorang pelayan pada keduanya.
"Terimakasih Mbak," jawab lelaki itu. Setelahnya pelayan itu kembali pada pekerjaannya.
"Bantuan apa?" tanya lelaki yang tidak lain adalah Alan setelah pelayan itu menjauh.
"Gue ingin Lo datang kepesta ulang tahun gue, gue ingin Lo tidur dengan seorang cewek yang menjadi penghalang gue." Ujar Rena pada Alan seperti ide yang diberikan oleh Dina padanya tempo hari.
"Apa???" Alan sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Lidia, Alan tidak bisa melakukan itu, Alan bukan cowok bangsat yang suka meniduri wanita.
"Tidak, aku tidak mau, aku tidak sejahat itu." Alan menolak permintaan Lidia, baginya apa yang ingin dilakukan Lidia adalah perbuatan yang sangat keji.
"Lo dengar dulu, gue tidak menyuruh Lo memperkosa tu cewek, gue hanya ingin Lo tidur aja sebentar untuk mengambil foto dan video." Jelas lidia pada Alan. Lidia hanya ingin membuat Rena malu dan dikeluarkan dari sekolah.
"Lo ingin kita balikan gak? Lo masih mencintai gue 'kan? kalau Lo ingin kita balikan, Lo harus tolongin gue." Lidia mengeluarkan jurus jitunya agar Alan mau membantunya.
Lidia tidak mencintai Alan lagi, dia hanya ingin memanfaatkan Alan untuk tujuannya.
Alan diam sesaat, lelaki itu sedang mempertimbangkan tawaran Lidia. Alan memang masih sangat mencintai Lidia, karena Lidia cinta pertamanya, namun Alan tidak mau melakukan seperti yang Lidia inginkan, dia memikirkan resikonya.
Kalau Alan melakukan seperti yang Lidia inginkan, jika ketahuan dia bisa masuk penjara, lalu bagai mana dengan nasib adik dan Ibunya.
Alan tidak mau itu terjadi pada kelurganya, Alan juga berpikir, jika Lidia benar masih ingin balikan dan mencintainya, Lidia tidak akan menyuruhnya melakukan perbuatan seperti itu.
"Aku, memang masih mencintai kamu, dan ingin kita balikan, tapi maaf, aku tidak bisa melakukan seperti yang kamu inginkan, lebih baik aku belajar melupakanmu, aku yakin suatu saat akan ada yang tulus mencintaiku." Alan lebih baik melupakan Lidia dari pada melakukan perbuatan yang akan membuat hidupnya hancur dikemudian hari.
Alan memang sulit melupakan cinta pertamanya, namun dia akan mencoba walaupun itu berat baginya. Alan tidak mau mencelakai orang lain demi kepentingannya.
Alan sadar kalau Lidia bukan cewek yang baik, selama ini dia tidak bisa menilai Lidia hanya karena dia dibutakan oleh cinta. Namun sekarang Alan sadar kalau Lidia hanya memanfaatkannya, Alan sudah bisa menilai kalau Lidia bukan wanita yang baik untuknya.
Kalau Lidia cewek yang baik, tidak mungkin dia ingin mencelakai orang lain hanya karena obsesinya.
Lidia merengut, tangannya mengepal, dia marah karena Alan tidak mau menuruti keinginannya.
"Alan, cinta itu butuh pengorbanan. Jadi kalau kamu masih mencintaiku berarti kamu harus berkorban untukku." Bujuk Lidia lagi.
Walaupun Lidia kesal dan marah pada Alan, Lidia harus menahannya agar Alan mau dengan keinginannya.
"Aku selama ini sudah berkorban untukmu, tapi apa? kamu malah meninggalkanku dan pergi dengan cowok lain, hanya karena aku miskin dan aku hanya Anak pembantu." Alan mulai menyadari kalau Lidia hanya memanfaatkannya.
Lidia semakin emosi karena Alan tetap tidak mau bekerja sama dengannya walaupun dia sudah membujuk dan menggunakan jurus jitunya.
"Itu berarti Lo hanya lelaki pengecut, gue menyesal telah menjadi pacar Lo dulu, dasar miskin, sudah miskin sok-sokan baik lagi, belagu Lo." Lidia semakin marah, dia sudah tidak bisa lagi menahan emosinya.
"Tidak perlu marah-marah seperti itu, ini tempat umum, apa kamu tidak malu dilihat banyak orang?" Alan juga menjadi kesal karena Lidia sudah berulah.
Alan bangkit dari duduknya dan pergi dari tempat itu, sebelum semakin banyak orang melihatnya.
Lidia mengepal tangannya dan memaki-maki Ala, dia tidak peduli dengan banyaknya mata sedang menatap padanya.
"Cowok, bodoh, miskin, Anak pembantu." Maki Lidia walaupun Alan sudah tidak terlihat punggungnya lagi.
Lidia melangkahkan kakinya keluar dari restoran itu, karena kekesalannya terhadap edan emosinya pada Alan, dia berjalan tidak melihat kedepan hingga menabrak seseorang.
BRUUK, Lidia jatuh terduduk dilantai karena tubuhnya terlalu lemah dibanding dengan lelaki yang dia tabrak.
Lidia yang marah karena terjatuh, dia ingin memakai dan memarahi orang yang menabraknya, namun niatnya itu dia urungkan karena melihat lelaki itu seperti familiar di matanya.
Lelaki itu berbalik badan dan mengulurkan tangannya pada Lidia untuk membantu Lidia berdiri.
"Lo." Lidia terkejut saat melihat lelaki yang menabraknya tidak lain adalah Marco teman satu sekolah dengannya, tapi Marco berada dikelas B sedangkan Lidia dan yang lainnya berada dikelas A.
"Lidia," Marco juga tidak kalah terkejut saat melihat orang yang menabraknya adalah Lidia.
Lidia menyeringai sembari meraih tangan Marco untuk bangkit dari jatuhnya.
"Lo, ngapain disini?" tanya Marco tidak menyangka kalau keduanya bertemu disini.
Marco memang pernah mengatakan cinta pada Lidia, tapi Lidia menolaknya karena Lidia mengejar cinta Rangga, Lidia sangat mengagumi lelaki yang sudah menjadi suami dari seorang Rena.
Lidia tidak menanggapi pertanyaan Marco, Lidia sedang memikirkan sesuatu untuk melancarkan rencananya.
Lidia berpikir kalau ini kesempatan untuknya. Lidia ingin memanfaatkan Marco untuk membantu melancarkan rencananya.
"Ditanya kok malah bengong, woi," teriak Marco membuat Lidia terperanjat dan sadar dari lamunannya.
"Apaan sih Lo, teriak-teriak?" kesal Lidia karena terperanjat.
"Lo yang apaan, ditanya bukannya menjawab malah bengong." Ujar Marco lagi.
"Emang Lo tanya apa?" tanya Lidia pada Marco karena tadi Lidia tida mendengar apa yang Marco tanyakan padanya.
"Gue nanya Lo ngapain disini?" Marco mengulangi pertanyaannya lagi. Marco melirik dada Lidia yang begitu menonjol.
Lidia tau kalau Marco melihat kedadanya, namun Lidia pura-pura tidak tau. Lidia mengunakan kesempatan ini.
"Oh, gue baru aja selesai makan." Jawab Lidia, sengaja tangannya bergelayut dibahu Marco dan membelai lembut hingga didada Marco, seperti seorang wanita penggoda.
Marco yang mendapatkan sentuhan lembut dari Lidia, tubuhnya berdesir, hasratnya mulai bangkit, dengan sekuat tenaga Marco menahannya.
Marco sungguh tidak bisa melihat tubuh yang dadanya sedikit menonjol, apa lagi dia pernah jatuh cinta pada Nadia.
"Lo, ngapain kesini?" tanya Lidia pada Marco dengan tangan yang masih membelai dada Marco dengan lembut.
"Gue...Gue...
Bersambung.