Sheila yang dibesarkan dari orang tua yang tak pernah menyayanginya dan selalu dianggap sebagai pembantu di rumah sendiri, dia tak pernah menyangka bahwa dia akan menikah dengan seorang pengusaha terkenal dan ternama juga seorang mafia yang sangat kejam.
Menikah dengan orang asing apa lagi dengan seseorang yang belum ia kenal sama sekali karena dia harus menggantikan kakaknya yang kabur di pernikahannya karena harus membayar hutang.
Brian seorang pengusaha terkenal di New York dan memiliki banyak bisnis di berbagai negara namun tidak banyak orang yang tahu bahwa dia juga seorang mafia kejam yang tak segan-segan untuk melenyapkan orang yang mengganggunya. Sedangkan Sheila wanita periang dan juga lemah lembut harus dipasangkan dengan mafia kejam yang bisa saja menyakitinya.
Bagaimana kelanjutannya???
Kalau kepo langsung baca ceritanya ya......
🥕🥕🥕
FOLLOW INSTAGRAM @LALA_SYALALA13
FOLLOW TIKTOK @LALA_SYALALAA13
FOLLOW FACEBOOK @LALA SYALALA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20_Brian Junior?
"Enggak kok mi. Sheila udah baikan kok!" sahutnya kemudian membantu mami Salma memasak makanan untuk makan malam.
"Kamu udah baikan kan?" tanya mami Salma di sela-sela memasak mereka.
"Aku gak papa kok mi," jawab Sheila mencoba menenangkan sang mami yang sangat khawatir dengannya.
Tak lama dari itu Brian juga turun dari lantai atas dengan menggunakan pakaian santainya dan menuju ke meja makan di mana di sana sudah ada papi Boni yang sudah menunggu masakan matang.
Tak lama bi Nana pun membawa masakan tersebut di susul oleh mami dan Sheila, Brian melihat ke arah Sheila terus dan memastikan kalau dia tidak kenapa-kenapa, entah mengapa rasanya Brian sangat khawatir dan ingin menanyakan keadaannya namun ia sangat gengsi.
"Udah makan yuk!" sahut mami Salma.
Mereka semua pun makan dengan tenangnya tanpa mengeluarkan suara, rasa canggung pun hadir dalam acara makan malam hari ini.
Mami Salma tahu kalau Sheila masih merasa sedih dengan kejadian tadi, mami Salma ingin sekali memberitahukan kepada Brian soal ke jadian tadi, namun Sheila selalu saja meminta maminya untuk tidak berbicara kepada Brian.
Setelah selesai dengan makan malamnya Sheila pun segera izin masuk ke kamar untuk beristirahat.
"Sheila mau masuk kamar dulu ya!" ucapnya.
"Iya, sayang." jawab mami Salma.
Setelah itu Sheila pun masuk ke kamarnya meninggalkan ruang tamu yang sedikit hening.
"Apakah kamu sudah tahu pelakunya bri?" tanya mami Salma.
"Pelakunya Brian sudah mengetahui siapa!" pekik Brian sambil menahan emosinya.
Mami Salma yang tahu emosi yang anak pun menyerahkan dan memberitahukan kejadian yang ada di mall, papi yang mendengarkan hal itu pun di buat terkejut dengan cerita sang istri.
"Apakah separah itu mi?" tanya papi Boni tidak terima jika sang menantu di hina seperti itu.
"Iya, Pi." jawab mami Salma.
"Bagaimana tindakan mu selanjutnya Brian?" tanya papi Boni.
"Papi tenang aja, aku sudah mengetahui wanita tua itu dan juga perusahaan suaminya itu sudah aku pastikan akan hancur!" ucap Brian dengan kejamnya.
Hawa ruang tamu menjadi sangat mencekam karena kemarahan Brian, membuat mami tidak berani untuk mencela ucapan Brian.
Sedangkan papi Boni hanya menganggukkan kepalanya setuju, dalam dunia mafia siapapun yang berurusan dengan pasukan Elang maka mereka harus siap menghadapi konsekuensinya, apa lagi sekarang yang dihadapi adalah seorang Brian Albern Ardolph sosok mafia kejam.
Sedangkan Sheila yang izin tadi segera merebahkan tubuhnya yang sangat merasa capek dan juga pipi yang sedikit perih karena tamparan tadi.
Namun saat sedang melamun di kasurnya tiba-tiba pintu terbuka memperlihatkan Brian yang masuk ke dalam, Brian melihat Sheila yang memunggunginya pun berbaring di samping sambil menarik Sheila ke dalam pelukannya.
Sheila yang mencoba untuk melepaskan pelukannya namun Brian malah memeluknya secara erat.
"Biarkan seperti ini dulu," ucapnya sambil mengeratkan pelukannya, sedangkan Sheila juga sangat nyaman berada di dada bidang sang suami.
Setelah beberapa saat Brian pun mendengar suara nafas yang mulai teratur, saat melihat ke arah Sheila ternyata wanita itu sudah tertidur lelap di dalam dekapannya. Brian tak henti memberikan Sunggingan senyum menawan, kemudian ia pun ikut terlelap dalam pelukannya.
Pagi hari pun tiba, Brian terlebih dahulu bangun dari tempat tidurnya dan melihat Sheila yang masih terlelap dalam pelukannya, Brian menyingkirkan pelan tangan Sheila agar dia bisa bangkit, setelah selesai dia pun masuk ke kamar mandi melakukan ritualnya.
Sedangkan saat Sheila bangun sudah tidak ada orang di sampingnya pun mencari keberadaan orang tersebut hingga beberapa saat orang tersebut keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membalut tubuh bagian bawahnya sedangkan bagian atas dia biarkan terbuka.
"Aku tahu aku memang mempesona!" sahutnya sambil berjalan menuju ke walk in closet.
Sheila yang ketahuan sedang memperhatikan sang suami pun di buat malu hingga pipinya merah seperti kepiting rebus pun segera masuk ke dalam kamar mandi dan menjalankan ritualnya.
Sedangkan Brian yang selesai bersiap-siap pun turun ke bawah dan di sana semua sarapan sudah siap.
"Pagi, mi, Pi!" sapanya kepada mami Salma dan juga papi Boni yang sudah berada di meja makan.
"Pagi sayang, mana Sheila?" tanya mami Salma karena tidak melihat mantu kesayangannya.
"Masih di kamar, sebentar lagi juga pasti turun." ucap Brian, dan benar saja tak lama Sheila pun turun dengan pakaian santainya.
"Pagi, semuanya." sapa Sheila merasa malu.
"Pagi, sayang!" balas mami Salma dan papi Boni berbarengan.
"Maaf ya mi, tadi Sheila gak bantu-bantu masak soalnya tadi telat bangun!" ucap Sheila merasa menyesal.
"Gak papa sayang, kamu pasti capek." sahut mami Salma.
"Ya udah, mending sekarang kita sarapan!" potong papi Boni takut suasana akan menjadi sedih jika di teruskan.
"Iya, bener tuh!" lanjut mami Salma.
Mereka pun sarapan pagi hari dengan tenang sesekali Brian juga meminta Sheila untuk mengambilkan lauk yang ingin ia makan, Sheila dengan telaten mengurusi semuanya hingga menimbulkan senyuman dari bibir mami Salma dan juga papi Boni.
"Manja banget sih!" ujar papi Boni melihat anaknya yang sangat manja dengan Sheila.
"Biarin!" sarkas Brian.
"Ih, papi. udah gak usah di goda anaknya biarin kenapa sih, siapa tahu sebentar lagi akan ada Brian junior kan seru!" sahut mami dengan antusias, sedangkan Brian dan Sheila yang mendengarkan itu pun terbatuk-batuk dengan sendirinya.
hhukk hhukkk
"Kalian kenapa?" tanya papi Boni saat melihat anak dan menantunya saling batuk bersamaan.
"Gak kenapa-kenapa kok Pi!" balas Brian kemudian kembali melanjutkan sarapannya.
(Gimana mau dapet Brian junior orang gawang aja masih tersegel rapat)
Sheila berbicara di hatinya sambil merasa miris pasalnya ia sudah menikah tetapi dia masih saja perawan dan hanya bibirnya saja yang sudah tidak perawan. Sungguh malang nasibmu Sheila.
Sebenarnya Sheila juga ingin merasakan sepenuhnya menjadi seorang istri, namun dia sadar bahwa dia menikah bukan karena cinta namun hanya sebagai pengganti dari sang kakak yang kabur di hari pernikahannya.
Semoga saja pernikahan ini nanti akan berjalan lama dan bisa menghasilkan Brian junior karena jujur Sheila sudah sedikit merasa nyaman berada di keluarga ini dan juga merasa jika dia sudah sedikit mencintai Brian.
(Sheila, bangun! Mana mungkin kamu suka sama Brian. dia kan judes, dingin, cuek, gak ada senyum sama sekali!) gumam Sheila dalam hati mencoba menyangkal apa yang baru saja dia pikirkan tadi yang sangat tidak mungkin sekali.
Tapi apa salahnya berharap ya kan, karena di setiap pernikahan pasti ingin saling mencintai.
.
.
TBC