" Dikaa !" Neta kesal lalu ia melemparkan buku tulisnya ke arah pria itu.
Dika hanya tertawa terbahak setelah ia mengjaili Neta.
Dika yang bernama lengkap Mahardika Bimantara, siswa kelas 3 Sekolah Menengah Atas pada saat itu, ia dikenal sebagai siswa yang berprestasi namun sikapnya yang selengean dan cuek membuat ia terkadang selalu ditegur oleh beberapa guru di sekolahnya.
Ia memiliki satu teman wanita yang tidak pernah akur dengannya, yang bernama Ganeta Nayanika. Entah mengapa walaupun hampir semua guru tahu jika Dika dan Neta tidak pernah akur namun dari kelas 1 hingga kelas 3 ini mereka selalu ditempatkan di kelas yang sama.
Selain tidak akur Dika dan Neta pun bersaing secara akademis, mereka berdua tidak pernah ingin kalah satu sama lain, sampai akhirnya nya mereka berdua lulus dari sekolah menengah atas.
Selepas mereka lulus dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Dika dan Neta belum dipertemukan kembali sampai akhirnya, keadaan yang mempertemukan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
" Dika.. ini perusahaan, banyak karyawan Ayah disini, silakan kamu mau bertemu dengan Neta dimana pun, tapi untuk dilingkungan kantor kamu jangan terlalu mencolok " Pak Arman menasehati Dika.
" Ini kesempatan Yah, untuk mengumumkan jika Neta adalah calon istriku dan calon menantu Ayah " Dika dengan santainya.
" Tidak secepat itu Dik, kita harus menyelesaikan asumsi-asumsi yang tidak baik kepada Neta terlebih dahulu, ini menyangkut reputasi perusahaan juga " susul Ayah.
" Hmm.. ini Yah yang Dika takutkan, kenapa sebelumnya Dika belum jujur Ke Neta perihal pemilik perusahaan ini adalah Ayah, untuk menghindari asumsi karyawan lain " Dika menghempaskan tubuhnya ke atas sofa.
Pak Arman manggut-manggut mendengar penjelasan Dika.
" Jadi Dika harus gimana Yah ? Tio kamu punya solusi ? " tanya Dika.
" Kamu batasi dengan Neta jika sedang di perusahaan " jawab Ayah.
Tio menganggukkan kepalanya pertanda setuju dengan jawaban Pak Arman.
" Baik Yah "
Hening sejenak di dalam ruangan, hanya ada Pak Arman, Dika dan Tio yang sedari tadi menyimak pembicaraan Ayah dan Anaknya itu.
" Dik.. kamu yakin dengan Neta ? " tanya Pak Arman memecah keheningan.
" Yakin Yah " jawab Dika mantap.
" Tapi bagaimana dengan Neta, apa ia juga memiliki perasaan yang sama ke kamu ? " tanya Ayah lagi.
Dika terdiam, semenjak kejadian kemarin ia belum menghubungi kembali Neta, begitupun Neta tidak ada inisiatif untuk menghubungi Dika terlebih dahulu.
...****************...
Di lain tempat Neta sedang berada di ruangannya, ketiga temannya sedang sibuk di depan layar komputer masing-masing sedangkan Neta ia mengingat kejadian kemarin, nasihat dari Bu Angel, ucapan Dika, motivasi dari ketiga rekan kerjanya, yang baru saja ia ingat adalah ucapan dari beberapa karyawan yang menyindir nya disaat mereka berpapasan, semua campur aduk berada di pikiran Neta.
Beberapa menit yang lalu Neta pergi ke toilet, sesampainya di toilet ia berpapasan dengan beberapa karyawan dari divisi lain, beberapa dari mereka menyindir Neta, dengan sindiran yang pedas.
Flashback On
" Enak ya, karyawan baru, dinobatkan jadi karyawan terbaik, eh gak taunya.... " salah satu karyawan tertawa sinis.
" Eh kaya nya kita juga kalo mau naik jabatan gampang aja sih kayanya, kita goda aja putra mahkota perusahaan ini "
" Aduh.. tapi gimana dong, aku gak ada bakat jadi penggoda.. " mereka tertawa sinis.
" Lagi pula kan harus ada yang kita korbankan untuk semua itu " salah satu karyawan melirik Neta.
Neta merasa ingin membalas ucapan mereka.
" Jaga ya mulut kamu ! " Neta kepada para karyawan itu.
" Dih.. ngerasa lo ? kok sewot "
Neta hanya melirik, berlalu meninggalkan toilet.
Flashback Off
Indri yang sesekali memperhatikan Neta, merasa heran.
" Gak kaya biasa nih anak " batin Indri, lalu ia mendekati Neta, mencolek bahunya.
" Kenapa Non, kok ngelamun ? " tanya Indri membuat Neta terperanjat kaget.
" Eh.. Kak.. "
" Tuh kan bener, lagi ngelamun nih.. masa di colek gitu aja kaget "
" Kak... aku sanggup gak ya ngadepin semua ini ? "
" Hah.. maksud nya.. ?? " Indri mengernyitkan dahinya, Ramon dan Sofia menghentikan pekerjaan nya lalu melihat ke arah Neta dan Indri.
" Mental aku gak sekuat ini kaya nya Kak.. "
" Neta.. kamu gak salah kamu gak perlu takut, jangan di dengerin ucapan orang-orang, emang yang kamu denger gimana sih ? " tanya Indri lagi.
Neta menceritakan kejadian tadi di toilet, Indri, Sofia dan Ramon memperhatikan Neta bercerita.
" Wah bener-bener gak sopan tuh orang " Ramon merasa kesal dengan cerita Neta.
" Kamu tau gak siapa orang nya ? " tanya Sofia.
" Aku gak merhatiin nametag nya Mbak, tapi aku ngeh kok wajahnya "
" Hmm.. sebentar.. " Sofia beranjak dari duduk nya, ia mengambil kalender yang berisi foto-foto karyawan setiap divisi.
Tidak lama Sofia datang membawa satu buah kalender diserahkan ke Neta.
" Coba kamu liat satu-satu mana cewek tadi yang ngatain kamu " Sofia ke Neta.
Neta memperhatikan setiap karyawan yang ada di foto membuka lembar demi lembar.
" Eh tunggu.. ini foto aku hahaha.. culun banget ya.. pertama masuk kesini sih ini hahaha " Indri menertawakan fotonya sendiri.
" Ndri.. kamu ya... hhahaha tapi emang iya hahahah " susul Sofia.
" Oya mana, mana orang nya Net.. lanjut " Ramon tidak sabar.
" Ini .. orang nya ini.. "
" Coba aku liat " Sofia melihat dengan seksama.
" Ini sih Si Wulan dari divisi pengadaan barang.. hmm.. dulu kalo gak salah dia pernah tersandung kasus, jadi dia diminta untuk memberikan data pengadaan barang namun data dan fakta di lapangan tidak sesuai, desas desus nya agar keuntungan bisa dia pegang sendiri, dia seharusnya sudah di rumahkan sih, hanya saat itu Pak Arman masih berbaik hati memaafkan kesalahannya, karena ia sedang membiayai pengobatan orangtuanya yang sedang sakit, lalu ia harus ganti rugi ke perusahaan dipotong dari gajinya " Sofia menjelaskan.
" Hmmm.. gitu.. " Neta manggut-manggut begitupun Ramon dan Indri.
" Hmm.. orang pernah kena kasus aja, bisa-bisa nya ngomong gitu, gak sopan banget, Neta sabar yaa, kita ada kok buat kamu " Ramon memberikan semangat.
" Iya Net.. kamu harus kuat, anggap aja ini ujian buat kamu, karena kamu bakal naik kelas hehe " susul Indri.
" Kok naik kelas.. naik pelaminan dong " balas Sofia yang disusul tawa dari ketiganya.
" Tapi aku kepikiran.. "
" Udah tenang ya.. yok lanjut kerja yok... " Sofia kembali ketempat duduknya begitupun Ramon dan Indri.
" Dikaa... gara-gara kamu Ka... arrgghhhh kamu ngeselin nya gak abis-abis ya.. " batin Neta.
aneh juga kenapa Neta mau nangis 👻👻👻