Ketika semua hanya bisa di selesai dengan uang. Yang membuat ia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan uang, juga termasuk menju*l tubuhnya sendiri.
Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal. di tengah kerasnya sebuah kehidupan yang semakin padat akan ekonomi yang semakin meningkat.
Ketika terkuaknya kebenaran jati diri putrinya. apakah semua akan baik-baik saja? atau mungkin akan bertambah buruk?
Ikuti kisahnya dalam. Ranjang Penyelesaian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa aku tidak bisa memilih
"Jangan sentuh anak haram itu, mas!" Lusia berteriak kencang sebelum sempat Dave menggendong Asya.
Dave menoleh ke belakang melihat Lusia yang datang sambil mendorong kursi roda.
"Kenapa kamu bilang seperti itu, Lusia? Tidak pantas kau berucap seperti itu di depan anak kecil," Dave menegur sikap Lusia yang menurutnya terlalu berlebihan.
Padahal dia hanya ingin menggendong Asya, memang apa salahnya? Asya kan sudah menjadi putrinya juga karena anak dari Aulia. Pikir Dave.
"Kamu nggak tahu ya, mas! Aulia melahirkan anak itu saat dia masih sekolah! Dia juga menyembunyikan anak itu sampai lulus sekolah. Dan akhirnya ketahuan oleh papa yang bikin keluarga kita malu! Kita tidak bisa menampung anak haram itu di rumah ini! Nanti hidup kita jadi sial terus menerus!"
Ucap Lusia tanpa menapis ucapannya terlebih dulu. Lusia sangat membenci setiap yang bersangkutan dengan Aulia termasuk Asya.
Kira-kira bagaimana reaksinya kalau suatu hari terbongkar dan dia mengetahui jika anak yang sering dia juluki 'anak haram' ternyata putrinya sendiri.
Putrinya yang coba dia bunuh dengan cara sadis. Menyuntikkan cairan ke dalam bayi itu tanpa belas kasihan.
Dave terkejut mengetahui kebenaran tentang Aulia. Dia baru tahu kalau ternyata Aulia tidak pernah menikah. Dan melahirkan seorang bayi perempuan tanpa suami.
Dave melihat Aulia yang hanya diam tidak membela diri seperti membenarkan apa yang disampaikan Lusia.
"Aku sudah menikah dengan Aulia, Lusia. Biarkan itu menjadi masa lalunya, dan aku tidak mau tahu." Ucap Dave tapi dengan kedua mata menatap Aulia.
Lusia yang melihat tatapan Dave pada Aulia semakin tak karuan. Ia menyadari sesuatu. Di mana tatapan mata Dave seperti menyimpan rasa atau mungkin mulai menyukai Aulia.
Tidak! Ini tidak bisa di biarkan! Aku harus menyingkirkan Aulia dari hidup Dave! Aku tidak rela kalau sampai Aulia merampas semua yang sudah seharusnya menjadi milik ku! Batin Lusia.
Dave mengabaikan Lusia. Menggendong Asya kepelukannya.
"Pak Danat, tolong bawa kursi roda itu naik ke kamar." Ucap Dave memerintahkan tukang kebun.
"Siap, Den."
Untuk pertama kalinya Asya merasakan sentuhan seorang laki-laki yang bergelar ayah.
Meskipun Asya tak tahu kalau sebenarnya Dave Ayah kandungnya. Tapi dia merasa sangat nyaman, Asya seperti tidak ingin turun dari gendongan Dave.
Aulia berkaca-kaca melihat putrinya yang begitu tampak bahagia.
Maaf, karena bunda belum bisa mengungkapkan identitas mu. Bunda takut kalau ibu mu berencana ingin membunuh mu lagi. Ibumu sangat kejam, dan aku tidak mau kau kenapa-kenapa, sayang. Batin Aulia yang berjalan di belakang punggung Dave mengusap air mata.
Aulia senang karena Dave mau menerima Asya dengan tulus. Terbukti, tadi Dave bisa meredakan amarahnya saat melihat Asya.
"Tuan, Asya tidur dengab ku saja," ucap Aulia masih terus berjalan menyusul di belakang punggung Dave.
"Jangan panggil aku Tuan. Panggil yang pantas untuk suami istri saja. Kalau Tuan terdengar seperti bawahan dan atasan." Ucap Dave.
Dave membawa Asya ke kamar Aulia, seperti yang di inginkan Aulia.
"Terima kasih, T--- m-mas," ucap Aulia terbata-bata merasa lidahnya seperti keseleo memanggil Dave dengan sebutan 'mas'
"Tidak usah berterima kasih. Asya juga putri ku." Jawab Dave terdengar begitu manis.
Aulia menarik tipis sudut bibirnya mendengar ucapan Dave.
Dave membaringkan Asya di atas kasur.
Dave ingin menarik selimut untuk Asya yang akhirnya memegang tangan Aulia, karena gerakan mereka yang serentak.
Sontak Dave melihat Aulia, begitupun dengan Aulia yang melihatnya.
Ada getaran dalam dada Dave melihat mata lelah Aulia. Sepertinya mulai tumbuh sebuah rasa yang sulit di gambarkan oleh pria itu.
"Biar saya saja. Anda bisa pergi beristirahat." Ucap Aulia tersenyum pada Dave.
Deg deg
Melihat senyuman manis Aulia untuk pertama kali, membuat jantung Dave berdebar-debar tak karuan.
Dave tak menduga ternyata wanita berwajah datar dan dingin itu sangat manis ketika tersenyum.
"Aku pergi beristirahat dulu." Pamit Dave ingin keluar.
"Mas," panggil Aulia.
"Iya?" jawab Dave berharap Aulia mengajaknya tidur di kamar bersama.
"Pintunya di sebelah sana," Aulia menunjuk pintu yang berlawanan arah dengan langkah Dave.
"Oh." Dave menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Ada-ada saja. Batin Aulia tiba-tiba teringat dengan Vegam.
Tanpa sadar Aulia tersenyum sendiri mengingat Vegam yang sering membuatnya salah tingkah.
Sesaat kemudian Aulia tersadar dengan pikirannya yang membuat raut wajahnya kembali redup.
Apa yang aku pikirkan. Seharusnya aku tidak memikirkan laki-laki lain. Walau bagaimanapun bentuknya pernikahan ku dengan Dave. Tapi dia tetap suami yang halal untuk aku. Batin Aulia sedih.
Tetes bening mulai berjatuhan di pipi. Kenapa aku tidak seberuntung orang lain, yang bisa bebas memilih pilihan hidup mereka masing-masing.
Saat jantungku mulai berdebar-debar, kenapa debaran itu tidak muncul ketika aku sedang bersama suamiku. Tapi justru debaran itu muncul saat aku bersama laki-laki lain. Kenapa hidup tidak pernah berpihak padaku. Kenapa aku tidak bisa memilih meski hanya sekali dalam seumur hidup ku. Batin Aulia mengusap cepat air matanya sebelum Asya melihatnya menangis.