Saat keadilan sudah tumpul, saat hukum tak lagi mampu bekerja, maka dia akan menciptakan keadilannya sendiri.
Dikhianati, diusir dari rumah sendiri, hidupnya yang berat bertambah berat ketika ujian menimpa anak semata wayangnya.
Viona mencari keadilan, tapi hukum tak mampu berbicara. Ia diam seribu bahasa, menutup mata dan telinga rapat-rapat.
Viona tak memerlukan mereka untuk menghukum orang-orang jahat. Dia menghukum dengan caranya sendiri.
Bagaimana kisah balas dendam Viona, seorang ibu tunggal yang memiliki identitas tersembunyi itu?
Yuk, ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Brak!
Seorang laki-laki menggebrak meja di hadapannya saat menerima laporan dari bawahan yang dia utus untuk memberi pelajaran kepada si petugas kebersihan di sekolah tempat anaknya belajar.
Dia Nandi Wijaya, ayah dari Feny. Di hadapannya sang asisten dan empat preman bertubuh besar berdiri dengan kepala tertunduk. Wajah mereka babak belur, darah kering masih menempel di beberapa anggota tubuh.
"Seorang perempuan? Kalian yang sudah biasa berkelahi, kalah oleh satu orang perempuan saja? Ini tidak masuk akal! Pasti mereka mendapat bantuan dari pihak lain. Katakan dengan jujur siapa yang sudah membuat kalian jadi seperti ini?" cerocos laki-laki itu tak percaya bila hanya seorang perempuan yang mengalahkan mereka semua.
Mereka saling menatap satu sama lain, bingung harus menjelaskan bagaimana agar sang tuan percaya.
"Tidak ada, Pak. Sungguh hanya seorang perempuan petugas kebersihan di sekolah itu saja yang menghajar kami. Sepertinya dia bukan orang sembarangan," jawab salah satu dari mereka dengan yakin dan pasti.
Nandi tercenung, menatap kelimanya dengan perasaan tak percaya.
"Jika tidak salah mereka menyebutnya ... apa, ya? Mmm ... Vi ...."
"Viona!" pekik salah seorang laki-laki bertubuh besar memangkas ucapan asisten Nandi saat mengingat nama wanita itu.
Brak!
Nandi berdiri dengan wajah menegang, matanya melotot gelisah, dada terasa sesak tiba-tiba saat mendengar nama itu disebut. Nama yang sudah lama ia buang jauh-jauh, nama yang tak ingin dia dengar lagi, tapi teramat ia rindukan.
Ada sesuatu yang membuat matanya tergenang cairan bening, sesuatu yang memukul harga dirinya.
Viona!
Terbayang seorang wanita cantik serta sesosok malaikat kecil dalam ingatan. Kedua orang yang ingin dia lindungi untuk seumur hidup sebelum hatinya berpaling. Sebelum tergoda oleh rayuan sang sekretaris yang membuatnya mabuk kepayang sehingga tega meninggalkan keduanya.
"Benar, Ayah. Namanya Viona! Apa Ayah sudah memberinya pelajaran?" pekik Feny yang datang tiba-tiba ke ruang kerja ayahnya.
Nandi mendongak menatap Feny dengan sejuta rasa yang tak dapat dia jelaskan.
Jika tidak salah mengingat, Merlia seharusnya seusia Feny.
Dia bergumam di dalam hati, tersentak saat sebuah sentuhan ia rasakan.
"Ayah, bukankah Ayah sudah memberinya pelajaran? Dia harus menderita karena sudah membuatku marah," rengek Feny dengan sikap manjanya.
Ah, entah bagaimana perasaannya saat ini? Dia teringat Merlia kecil yang menangis dan memohon saat diusir dari rumah itu, tapi tidak dengan Viona. Wanita itu sangat pantang menjatuhkan air mata di depannya. Tak ada tangisan, tak ada rengekan, juga ratapan memohon darinya.
Nandi justru melihat maniknya yang selalu menatap lembut dan penuh cinta, saat itu berubah tajam dan penuh dendam. Ah, bagaimana kabar mereka berdua? Dia sangat ingin melihat putrinya yang sudah diajari mandiri sejak kecil oleh Viona.
Ya, Merlia tidak pernah menangis untuk hal sepele. Dia bahkan, tidak pernah mengadu saat mendapat masalah dengan temannya. Berbeda sekali dengan Feny, yang selalu memintaku turun tangan hanya untuk perkara kecil saja.
Nandi menatap putrinya yang masih merengek. Bertanya tentang hukuman Viona, dia tidak akan merasa puas sebelum keinginannya terpenuhi.
"Ayah!"
"Ayah!"
"AYAH!" teriak Feny saat Nandi tak menggubris panggilannya.
Laki-laki itu tersentak, dan menurunkan padangan melihat Feny. Selama ini, ibunya terlalu memanjakan gadis itu. Selalu membenarkan tindakannya meskipun salah. Mengajarinya bahwa semua orang harus menghormatinya. Sekarang, dia menjadi pribadi yang arogan selalu memandang rendah orang lain.
"Kenapa Ayah diam saja? Apa Ayah tidak menghukumnya hanya karena dia perempuan!" bentaknya tak terima.
"Cukup, Feny!" sentak Nandi pelan, seraya melepaskan tangan Feny yang memegangi lengannya.
Mendengar suara sang ayah yang berubah, Feny tertegun.
"Ayah membentak ku?" Suara Feny bergetar, merasa sedih karena untuk pertama kalinya Nandi mengabaikan.
"Kau lihat!" Nandi memutar tubuh anaknya agar melihat sang asisten dan keempat preman yang dia utus.
"Mereka sudah menjalankan tugas menghukum orang yang kau maksud, tapi itu yang terjadi pada mereka? Jelaskan, siapa sebenarnya orang yang kau maksud itu?" ucap sang ayah teringin tahu tentang Viona.
Bagaimana mungkin wanita lemah lembut itu bisa mengalahkan orang-orangnya? Sesuatu yang tak pernah terbayang dalam benaknya.
Feny menganga tak percaya melihat mereka yang babak belur. Ia menggelengkan kepala tak menduga akan ada hari di mana bawahan ayahnya akan dikalahkan.
"Tidak mungkin! Tidak mungkin dia bisa melakukannya! Dia hanya petugas kebersihan sekolah yang miskin dan butuh pekerjaan. Pasti bukan dia! Aku yakin bukan dia!" racau Feny menolak percaya jika semua itu Viona lah yang melakukan.
"Nona, Anda percaya atau tidak memang dia yang melakukannya. Dia yang membuat kami menjadi seperti ini," ucap sang asisten yang dibenarkan oleh yang lain.
"Tidak! Dia bahkan tidak pernah berani membuka maskernya. Itu karena dia si buruk rupa dan miskin. Tidak mungkin!" Dia menggeleng tak percaya.
Nandi mengernyit, dalam hati bertanya-tanya mengapa Feny menganggap Viona si buruk rupa? Viona adalah gadis tercantik yang pernah dia temui. Jauh lebih cantik jika dibandingkan dengan ibunya Feny.
"Ah, sudahlah. Akan Ayah pikirkan lagi nanti," ucap Nandi yang meminta Feny untuk pergi, juga sang asisten serta empat preman yang bersamanya.
Dia ingin sendirian, merenungi kejadian yang menimpa anaknya dan berkaitan dengan sang mantan istri. Mengapa setelah sekian lama, dia harus mendengar kembali kabar tentangnya?
"Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka?"
kyknya Peni yg terakhir.. buat jackpot bapaknya.. si mantan Viona..!! 👻👻👻