Agnes menjalani kehidupan yang amat menyiksa batinnya sejak kelas tiga SD. Hal itu terus berlanjut. Lingkungannya selalu membuat Agnes babak belur baik secara Fisik maupun Psikis. Namun dia tetap kuat. Dia punya Tuhan di sisinya. Tapi seolah belum cukup, hidupnya terus ditimpa badai.
"Bagaimana bisa..? Kenapa Kau masih dapat tersenyum setelah semua hal yang mengacaukan Fisik dan Psikis Mu ?" Michael Leclair
"Apa yang telah Dia kehendaki, akan terjadi. Ku telan pahit-pahit fakta ini saat Dia mengambil seseorang yang menjadi kekuatanku. Juga, Aku tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik untukku, Michael." Agnes Roosevelt
Rencana Tuhan seperti apa yang malah membuat Nya terbaring di rumah sakit ? Agnes Roosevelt, ending seperti apa yang ditetapkan Tuhan untuk Mu ?
Penasaran ? Silakan langsung di baca~ Only di Noveltoon dengan judul "Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATPM_Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Setelah Michael selesai bersiap dan turun ke lantai bawa, kedatangan nya membuat Feliks dan Theresia syok berat. Brigida yang sudah tau saja masih tetap syok, ditambah fakta bahwa Michael turun dengan warna Kemeja dan celana yang sama dengan yang Agnes katakan kemarin.
Ada rasa haru dan bahagia lantaran Sang Putra sudah kembali seperti dirinya yang dulu. Dia kembali pada jalan yang seharusnya Dia tempuh.
Theresia langsung memeluk sang anak yang saat ini sudah jauh lebih tinggi dari Nya. Feliks tidak malu. Dia dekap anak dan istrinya dan ikut merasakan hal yang sama. Tak lupa Dia membuka dekapan pada Brigida yang berdiri tak jauh dari sana. Tercetak senyum lebar yang enggan untuk luntur di wajah mereka.
“Syukurlah, Nak. Bagaimana kalau Kita semobil ? Ayah dan Ibu di depan. Kamu dan Brigida— Hem ? Ada apa ini ? Kenapa senyum Brigida tampak menyiratkan sesuatu ?”
“Tante Theresia, apa Tante tau alasan Kak Michael pergi ke gereja hari ini? Hem~?”
“??” Bukan Cuma Theresia, Feliks juga ikut memasang tanda tanya di wajah.
“Karena Kak Agnes. Kami sudah sepakat untuk menjemput Dia pagi ini. Jadi Om dan Tante bisa bergegas duluan. Kami harus memenuhi janji yang sudah di torehkan.”
Feliks dan Theresia memberikan tatapan penuh arti pada Sang Putra. Senyum yang berkedut juga seolah tengah mengejeknya.
“Baiklah-baiklah. Kami tidak akan menghancurkan yang sudah direncanakan.” Kata Theresia menggandeng sang Suami.
“Istriku, ayo Kita berangkat duluan.” Ajak Feliks meninggalkan Michael dan Brigida.
...*** ...
“Gilaaa!!! Kak Michael memiliki warna baju dan celana yang sama dengan punya Kak Agnes ?”
“Brigida, gendang telinga Ku hampir robek.” Keluh Michael merasa pening.
Saat ini Mereka sudah di dalam mobil. Walaupun Brigida duduk di belakang, Dia dengan kesadaran penuh mendekatkan mulutnya tepat di gendang telinga Michael.
“Apa Kakak baru memesan nya ?”
“Tentu. Apa Kau tidak lihat kedatangan Miki tadi malam ?”
“Oh My God! It can’t be true. This is not real!”
“Hei, kendalikan mulut Mu. Kita sudah sampai.”
Michael menghentikan mobil saat wanita dengan tubuh tinggi yang di baluti outfit berwarna polos dan terkesan elegan itu tengah berdiri menunggu kedatangan Mereka sambil memegang tas berisikan Alkitab.
“Wow, Kak Agnes cantik sekali dengan balutan setelan apapun. Apa jadinya jika memakai gaun ?”
“Aku memikirkan hal yang sama, Brigida.” Sambung Michael di dalam batin.
Agnes langsung masuk dan duduk di sebelah Brigida setelah jendela mobil diturunkan dan Brigida menyapa nya dengan senyum penuh kekaguman.
Agnes dan Brigida mulai mengobrol ringan dan tak menyadari bahwa di balik Michael yang nampak sangat cool mengendalikan kemudi, Dia tengah dilanda gemuruh ketegangan. Bagaimana tidak ? Dia takut sekali jika Agnes mengomentari warna pakaian nya.
Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, Mereka tiba di gereja. Michael merasa sangat lega karena mulut Brigida tidak mengadukan tentang warna pakaiannya. Dan Agnes pasti tidak akan mempertanyakan kenapa Michael ikut menyamai warna yang disepakati oleh dirinya dan Brigida kemarin.
Mereka bertiga melangkah bersama dalam posisi sejajar, dengan Brigida di tengah-tengah Mereka. Agnes di sisi kanan dan Michael di sisi kiri. Tubuh Brigida yang terlihat pendek di antara keduanya memberi kesan seperti anak dari Michael dan Agnes.
Anak tangga demi anak tangga di naiki, dan ketenangan yang sudah menyelimuti Michael di hancurkan oleh suara Agnes.
“Aku tidak menyangka Kamu akan ikut menyamakan warna kemeja hari ini, Tuan Lecllair.” Tuturnya halus dan tetap melangkah.
“Eheem! Kau keberatan ?”
“Tentu tidak. Seperti yang Ku katakan di awal, Aku hanya tidak menyangka akan hal ini.”
Tidak ada torehan ejekan didalam kata-kata yang dilontarkan Agnes. Dan Michael menyadari hal itu. Mereka bertiga masuk ke gereja usai membuat tanda salib di depan pintu.
Mereka bertiga masuk dengan tenang.
Seperti biasanya, Mereka memakai tempat yang selalu Agnes duduki. Bangku ketiga dari deretan depan sebelah kiri. Langsung berlutut Mereka bertiga, kemudian berdoa untuk mempersiapkan batinnya untuk Perayaan Ekaristi di hari minggu ini.
Wajah-wajah yang dimiliki oleh ketiga orang ini sungguh menarik banyak atensi. Tapi dengan tenang, hal itu berlarut saat lonceng dibunyikan dan lagu pembukaan di kumandangkan. Semua umat yang hadir mengikuti setiap rangkaian dengan sangat Khusyuk.
...*** ...
Bukan Cuma satu kali, Minggu berikutnya Michael dan Brigida pergi ke gereja bersama Agnes. Lagi, Mereka menyamakan warna pakaian yang akan dipakai. Tidak mirip-mirip sekali, namun senada.
Dua kali pergi ke gereja dengan penampilan yang menarik perhatian, membuat kenyataan itu terbang jauh dan hinggap di kuping Charles Eklet. Yang mengetahui kenyataan ini langsung terbakar api cemburu dan menghubungi Ibu nya, Paulina Egerdes.
Sang Ibu pun langsung mengambil tindakan dan menghubungi Agnes. Menyuruhnya untuk bergabung dalam makan malam yang akan dihadiri oleh Paulina dan Charles.
Agnes mengiyakan permintaan Nyonya Egerdes, dan kini tengah bersiap-siap untuk pergi ke tempat yang sudah di beritahu.
“Nyonya Egerdes terkenal sangat memanjakan kedua putra nya, Charles dan Yonatan. Makan malam ini dihadiri oleh Charles, yang artinya pertemuan ini ada karena Charles. Hem.. Kira-kira topik apa yang akan di bahas ? Tidak mungkin ingin menjalin tali keakraban. Itu konyol.”
Agnes kini sudah diatas Taxi dan masih menebak-nebak. Kira-kira pembahasan apa yang akan di utarakan saat tiba di sana. Tapi sebanyak apapun Agnes berpikir, Dia tidak melakukan hal yang terkesan terpidana.
...*** ...
Agnes sudah tiba. Meja reservasi atas nama Nyonya Paulina Egerdes itu dilingkari oleh tiga kursi. Agnes memang datang 15 menit sebelum pertemuan.
Yang mengadakan pertemuan pun sudah datang. Agnes menyapa formal, mengeluarkan bahasa se formal mungkin dan menjaga batasan agar tidak mengacaukan aliran obrolan.
Makanan sudah disajikan, namun inti dari pertemuan belum juga di utarakan. Agnes sedikit gugup, permasalahan apa yang harus di tarik ulur seperti ini?
“Agnes,” panggil Paulina usai meneguk wine dengan elegan.
“Iya, Nyonya Egerdes ?” Agnes reflek menurunkan alat makan dan menyeka mulut dengan ujung serbet. Atensi nya dan Paulina bertemu di udara.
“Kudengar sudah dua kali Kau pergi ke Gereja bersama Pria dan seorang anak remaja. Bahkan sampai memakai warna baju yang senada. Apa arti dari tindakan itu ?”
Agnes berteriak di dalam batin. Dari banyak nya praduga, ternyata hal itu yang di permasalahkan ? Namun dengan profesional, Agnes tidak menunjukkan yang dirasa dan bersuara tanpa jeda waktu lebih dari dua detik.
“Tidak ada maksud khusus dari hal tersebut, Nyonya Egerdes. Mereka berdua hanya Rekan kerja Ku saat ini. Dan dengan kesadaran penuh tau bahwa Aku memiliki hubungan pertunangan dengan Tuan Charles Eklet yang harus di jaga.”
Charles tersenyum senang mendengar pernyataan barusan. Dengan ekor matanya, Agnes melihat hal itu terjadi. Paulina pun kembali memegang garpu dan pisaunya, lalu berucap “Baguslah kalau begitu. Aku mempercayai Mu, Agnes. Tolong jaga citra Putraku, Charles.”
“Terimakasih atas kepercayaannya, Nyonya Egerdes.”
Agnes meneguk air dan lanjut memakan steak di depannya. Perilaku nya sangat sopan dan terarah. Sangat tenang dan bisa menyeimbangkan kharisma yang di miliki oleh Paulina Egerdes. Charles tersenyum senang karena Agnes akan menjadi Istri yang memiliki kesamaan dengan Sang Ibu. Tanpa mengetahui bahwa saat ini, Agnes tengah berargumen dengan Logikanya di dalam batin.
“Dia mempercayaiku ? Hahaha, Lalu bagaimana dengan Putra nya ?”
“Benar. Semua rekan bisnis saja tau kelakuan anaknya, kenapa Dia tidak pernah menegur Sang anak untuk berhenti kegatalan ?”
“Lucu sekali. Aku hanya pergi ke gereja dua kali bersama Tuan Lecllair dan Brigida. Monyet pun tau apa saja yang terjadi didalam Gereja. Tidak mungkin hal-hal tidak senonoh tercipta. Dan Aku di tegur ? Untuk menjaga citra anaknya ? Basi!”
“Nyonya Egerdes tidak menyadari bahwa Charles kemana-mana dengan kotoran toilet di wajahnya.”
“Kau benar logika, Terimakasih atas obrolan ringan ini.”
Setelah makan malam itu, Agnes akan pulang dengan Taxi. Awalnya Charles ingin mengantar, namun Agnes beralasan Kakaknya Alex yang akan menjemput. Agnes enggan sekali untuk berada berdua saja di satu mobil yang sama dengan Charles.
“Agnes, jangan lupa minggu depan Aku akan menjemput Mu.”
“Baik. Tolong ijinkan Laras ikut. Aku tidak pandai menentukan hal-hal yang berhubungan dengan rencana tadi, Tuan Charles Eklet.”
“Tenang saja, sejak awal Aku memang berencana mengajaknya.”
“Baiklah, hati-hati di jalan pulang. Terimakasih atas undangan Makan malam nya, Nyonya Egerdes.”
Paulina hanya berdehem dengan anggukan kemudian berjalan bersama Sang anak. Meninggalkan Agnes yang kembali mendapatkan udara segar.
Agnes menaiki Taxi, kemudian mengulas ingatan tentang rencananya. Dan berbicara di dalam batin. “Sudah sebulan lebih sejak Mereka akrab, bukan ? Seharusnya sekarang Dia sudah masuk ke fase itu. Akan Ku perhatikan dirinya saat bertemu minggu depan.” Tuntas Agnes dengan iris mata yang menajam kearah jendela mobil.
...***...
Jangan lupa like dan komen ya. Thank you and I love you so much, Darling~♡