Cerita Di Balik TRAGEDI (Seoson 2)

Di tanah air Anggitha baru saja keluar dari kelas. Sekarang sudah waktunya pulang sekolah tepat jam 11. Setelah semua muridnya meninggalkan kelas ia pergi ke parkiran untuk mengambil motornya dan menuju rumah.

Namun dalam perjalan pulang sekitar 1 Km dari sekolah ban motornya tiba-tiba meletus.

"Eh...eh.."motornya sedikit oleng. Ia pun menepikan motornya, lalu turun untuk mengeceknya.

"Ya.....bannya ketusuk paku" ia melihat ban motor bagian belakang tertusuk paku yang entah bagaimana bisa berada di jalanan.

"Bagaimana dong? Gak ada bengkel dekat sini lagi" ia celingak-celinguk menatap area sekitar sekiranya ada bengkel terdekat.

Dengan berat hati ia pun terpaksa harus mendorong motor, karena jika di paksakan untuk dipakai akan semakin parah rusaknya. Ia mendorong motor masih searah jalan pulang, siapa tahu di sekitar sana ada bengkel, karena ia pun tidak ingat walaupun ia sering melaluinya.

Ketika sekitar 6 meter sudah Gita mendorong motor, dari arah berlawanan ada Felix yang melihat Gita disana.

"Itu seperti motor Clara, apa itu kak Gita?" pikir Felix. Ia segera mendekatinya.

"Kak Gita, kenapa motornya?" Felix menghentikan motornya tepat di sisi kanan Gita.

Gita sempat mengerutkan keningnya menatap Felix, ia tidak terlalu mengenalnya, tapi ia merasa tidak asing saat melihat wajahnya. Felix yang menyadari itu memperkenalkan dirinya.

"Saya Felix , kak, temannya Clara dan juga Elvin "

"Ohh....iya, maaf aku gak mengenal mu" Gita akhirnya mengingat wajah Felix saat hari pemakaman adiknya, Clara.

"Gak pa-pa. Kita memang gak pernah berkenalan secara langsung. Ini motornya kenapa, kak?" tanya Felix sekali lagi sembari memperhatikan motornya.

"Ini....ban-nya meletus, karena ditusuk paku. Aku udah dorong sejak tadi tapi gak dapat bengkel sama sekali" jelas Gita

"Ohh...begini saja, bagaimana kalau aku antar kak Gita pulang dulu biar aku yang perbaiki motornya, karena ini akan agak lama. Ban dalamnya perlu di tambal atau enggak di ganti"

"Emang gak pa-pa kalau kita tinggal disini motornya ?" Gita takut ada yang mencurinya.

"Aku akan menyuruh temanku membawanya ke bengkel"

"Emm ......boleh deh kalau gak ngerepotin "

Felix mengangguk kecil. Ia menghubungi temannya yang berada di bengkel untuk mengambil motornya, tidak lupa ia juga menyebutkan alamatnya.

Setelah itu mereka menunggu sebentar hingga teman Felix tiba-tiba. Setelah itu Felix mengantar Anggitha pulang. Tidak ada percakapan apapun selama perjalanan hingga mereka tiba dirumah Gita .

"Terima kasih ya sudah mengantarku. Kalau tidak ada kau mungkin sampai sekarang aku masih dorong motor" ucap Gita setelah ia turun dari motor

"Sama-sama, kak" ucap Felix.

"Kapan kira-kira aku bisa mengambil motorku? Apa bisa nanti sore ? Soalnya aku harus memakainya besok pagi ke sekolah "

"Kak Gita bisa mengambilnya nanti sore atau aku yang antar kesini saja nanti"

"Eh...gak perlu. Biar aku saja yang ambil. Katakan saja di mana bengkalnya"

"Emm .. baiklah. Bengkel ku ada di jalan Cempa, tepatnya di pinggir jalan sebelah kanan"

"Oh...oke. Nanti sore aku akan kesana. Sekali lagi terima kasih " ucap Gita .

Felix mengangguk. Ia kemudian menyalakan motornya. "Aku pulang dulu, kak" ucap Felix.

"Hati-hati " ucap Gita .

Felix pun melesat pergi. Gita masih menatapnya hingga menghilang. "Beruntung Agatha mendapatkan teman-teman yang baik" gumamnya.

Ia mengingat saat bertamu teman-teman Agatha yang pernah datang ke rumah sang ayah. Walaupun mereka semua laki-laki dan geng motor tapi mereka begitu baik.

Ada rasa itu kembali terbesit di hatinya. Ia belum memiliki teman sama sekali. Disekolah pun hanya sekedar kenal dan itupun hanya di lingkup sekolah saja, jika itu berada diluar akan terasa seperti orang asing yang tidak saling mengenal.

"Kapan aku bisa punya teman-teman seperti teman Agatha ?" gumam Gita sembari berjalan masuk ke dalam rumah.

"Huftth.... entahlah " ia menghela nafas dan berfikir itu semua mustahil. Ia sangat jauh dari sang adik yang bisa dibilang bisa segala hal. Tidak seperti dirinya yang masih terbatas. Dalam beraktivitas.

.

.

.

.

Di negara K, Elvin baru saja pulang dari hosecret dan sudah sampai di rumah grandma. Ia masuk ke dalam, namun tidak menemukan sang aunty dan juga putranya. Sampai ia mengecek kamar aunty Sarah yang mungkin mereka tengah beristirahat.

"Aunty ada di dalam?" seru Elvin dibalik pintu setelah mengetuknya.

Tak lama pintu terbuka dan terlihatlah aunty Sarah. "Jun sedang tidur " ucap Sarah.

"Ohh.... baguslah. Dia pasti lelah"

"Kenapa kamu cepat pulang? Grandma mengusir mu ?" ucap Sarah seraya menutup pintu, lalu berjalan ke ruang tengah.

"Ya....tentu aunty tahu seperti apa grandma" Elvin mengekori Sarah.

"Sudah kubilang, grandma gak butuh bantuan dan kamu malah datang kesini tanpa mengabari lebih dulu. Untung saja Jun memberitahu aunty" ucap Sarah setelah ia duduk di sofa depan TV. Tempat itu adalah tempat santai keluarga. Tidak ada ruang tamu di rumah grandma, semua terhubung.

"Otak ku gak berfikir dengan baik" Elvin duduk disebelah Sarah dan menyandarkan punggungnya. Rasanya ia juga lelah setelah menempuh perjalanan berjam-jam dan setelah tiba ia langsung ke hosecret tanpa beristirahat lebih dulu.

"Oh ya Aunty……grandma bilang ada seseorang yang mengawasi rumah selama 1 tahun belakangan ini "

"Memang benar. Bahkan mereka selalu mengikuti aunty kemanapun pergi. Sepertinya mereka sedang memastikan apakah benar bayi yang dulu mereka cari ada disini, namun mereka tidak menemukan apapun dan sudah 1 Minggu ini mereka tidak lagi mengawasi"

"Apa aunty punya rekaman cctv nya ? Aku ingin melihatnya " Elvin ingin memastikan apakah orang yang mengawasi rumah grandma adalah orang yang sama yang pernah mengejar seorang wanita dimana dia adalah orang tua Jun .

"Tunggu sebentar !" Sarah bangkit dan pergi ke kamarnya untuk mengambil iPad miliknya.

"Nih...." Sarah memberikannya pada Elvin setelah mengambil iPad miliknya.

Elvin menerimanya, ia memutar rekaman cctv tersebut dan melihatnya hingga akhir. Memperhatikan wajah kedua pria dewasa yang tidak memiliki topeng untuk menyembunyikan wajah mereka.

"Mereka terlihat terang-terangan mengawasi rumah ini. Apa aunty tidak pernah mencoba bertanya pada mereka ?" Elvin melirik Sarah sekilas sebelum ia fokus kembali menatap layar menyala itu.

"Pernah. Jawaban mereka 'kami sedang mencari alamat rumah'. Aunty juga pernah bertanya setelah beberapa hari berikutnya dan mereka bilang tinggal di daerah sini dan sedang berjalan-jalan "

"Ini orang yang sama yang pernah mengejar orang tua Jun kala itu. Apa sampai sekarang orang tua Jun gak pernah terlihat disekitar sini?" tanya Elvin. Ia menyimpan iPad tersebut dan menatap Aunty Sarah.

"Enggak pernah. Terkahir disaat kamu sama Clara ada disini. Kami juga gak bisa menemukan data diri tentang Jun sama sekali, biar nama orang tuanya sekalipun. Datanya sangat terkunci rapat" ucap sarah.

"Apa mungkin orang tua Jun sangat berpengaruh sehingga datanya pun sulit di dapatkan ?"

"Bisa jadi. Kamu harus berhati-hati. Lebih baik kamu pulang, di sini gak aman. Jangan sampai mereka mencium keberadaan Jun disini, itu bisa berbahaya . Kalau mereka sudah tahu Jun berada di tanah air selama ini, pasti mereka akan kesana dan membawa Jun. Kita belum tahu apa sebenarnya yang mereka inginkan dari Jun hingga mereka mencarinya"

Elvin mengangguk. "Tapi kenapa aunty tidak memberitahu ku tentang ini ?"

"Aunty gak mau kalau mereka bisa melacak keberadaan mu kalau aunty menelpon. Apalagi mereka masih sering berkeliaran mengawasi "

"Aku mengerti " ia benar-benar harus waspada. Jun dalam bahaya jika mereka sampai mengetahui keberadaannya dan juga Jun .

"Kenapa banyak kejadian yang terjadi. Dimulai dari Clara yang jatuh ke jurang tapi gak ada yang tahu kronologi nya. Temanku Gama dan Hayden hilang tanpa jejak bahkan Wibhawa pun ikut kabur. Apa semua ini ada kaitannya aunty ?" Elvin melirik aunty dengan sendu.

"Entahlah, aunty juga gak tahu. Apalagi mereka adalah satu keluarga. Untuk Clara, aunty yakin itu hanya musibah"

"Semoga saja, walaupun aku berharap itu semua hanya kebohongan dan sampai saat ini Clara masih hidup " Elvin menatap langit-langit rumah dengan menerawang jauh.

"Ada Anggitha yang siap menggantikan Clara" ucap Sarah dengan tersenyum kecil.

"Ckkk....aku tidak akan menerima perjodohan itu" ucap Elvin , lalu pergi ke kamarnya. Ia lelah dan ingin beristirahat. Ia malas untuk membahasnya.

.

.

NEXT