bekerja di sebuah perusahaan besar tentunya sebuah keinginan setiap orang. bekerja dengan nyaman, lingkungan kerja yang baik dan mempunyai atasan yang baik juga.
tapi siapa sangka, salah satu sorangan karyawan malah jadi incaran Atasannya sendiri.
apakah karyawan tersebut akan menghindar dari atasan nya tersebut atau malah merasa senang karena di dekati dan disukai oleh Atasannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Tiga Puluh Lima
****
Berhubung Hari ini Pulangnya agak siangan karena di hari Sabtu, Laudya dan Dea memutuskan untuk pergi ke pusat perbelanjaan untuk mencari Gaun untuk datang ke pernikahan nya Safa.
Untuk Safa sendiri, ia sudah mulai cuti dari hari Jum'at kemarin. Safa mendapatkan Cuti Nikah sampai Hari Selasa.
Tidak ada Bulan Madu, makanya Safa terima-terima saja saat pihak HRD mengatakan soal Cuti Nikahnya.
Laudya hari ini mengendarai Motor nya sendiri, jadi sekarang keduanya pergi ke Mall menggunakan Motor Laudya.
“Tadinya Gue ragu mau ngajak Lo nyari Baju buat hari Minggu nanti.” Ucap Dea agak sedikit berteriak agar Laudya bisa mendengar nya.
“Ragu kenapa?” Tanya Laudya.
“Ya takut Lo udah nyari baju sama Pak Maxim.” Jawab Dea.
“Tadi pagi memang udah nawarin, tapi Gue bilang udah ada janji sama Lo.” Ucap Laudya.
“Ah untung semalam Gue duluan yang ngajak, jadi sekarang Gue ada teman nya.” Kekeh Dea.
Motor yang di Kendarai Laudya sudah sampai di basement Mall, keduanya berjalan memasuki area Mall.
“Mau langsung nyari Baju?” Tanya Laudya.
“Makan dulu yuk, lapar Gue belum sempat Makan siang.”
“Yaudah ayok.” Balas Laudya.
Mereka pergi ke Restoran yang masih ada di dalam Area Mall, dan memesan makanan yang mereka inginkan.
Setelah menunggu beberapa menit, pesanan nya sudah sampai.
“Lapar banget Gue, dari tadi nahan lapar.” Ucap Dea. Ia langsung melahap Makanan yang ada di hadapan nya itu setelah membaca Doa.
“Padahal kalau udah lapar banget pergi ke kantin aja, atau pesan online.” Ucap Laudya.
“Gak keburu, soalnya di buru-buru sama Pak Andi.” Balas Dea. Pak Andi merupakan ketua dari tim Devisi tempat Dea.
Selesai Makan, kini tujuan mereka mencari toko pakaian.
“Gue mau Beli Tunik bawah nya celana, tapi tuniknya bentuk kaftan.” Ucap Dea.
“Kalau Lo mau nyari yang gimana?” Tanya Dea.
“Sama, tapi bawahnya Rok batik.” Jawab Laudya.
“Semoga ada ya.” Ucap Dea.
“Kalau gak ada kita nyari di Butik aja.” Saran Laudya.
Mereka mulai menata satu persatu Toko pakaian, dan di toko terakhir akhirnya Mereka dapat.
Dea mengambil Baju warna Cream celana putih, sementara Laudya warna Hitam.
Setelah mendapatkan baju, kini Laudya hanya menemani Dea mencari sendal.
Mereka tidak langsung pulang setelah apa yang mereka inginkan ada di tangan, tapi mareka pergi ke Bioskop terlebih dahulu.
“Dari kapan kita ada rencana nonton, baru kecapai sekarang.” Kekeh Dea.
“Mau nonton Apa?” Tanya Laudya.
“Apa ya?” Gumam Dea.
“Jangan Horor.” Ucap Laudya.
“Kalau gitu Romantis aja.” Ucap Dea.
Dea sedang memesan Tiket, sementara Laudya pergi membeli Minum dan Cemilan nya.
Baru selesai membeli Minum, Laudya merasakan ponsel nya bergetar. Laudya segera pergi ke tempat duduk di luar bioskop, ia menaruh minuman dan cemilannya di kursi.
Setelah itu baru ia mengambil Ponselnya yang ada di dalam tas nya, Ternyata panggilan masuk dari Maxim.
Laudya : “Hallo Mas.”
Maxim : “Sudah selesai belanja nya?”
Laudya : “Sudah, tapi kita gak langsung pulang. Mau nonton dulu.”
Maxim : “Belum mulai?”
Laudya : “Beluk, tiketnya juga baru di Beli sama Dea.”
Maxim : “Nanti kalau sudah selesai kasih tahu mas.”
Laudya : “Mau ngapain?”
Maxim: “Jemput kamu.”
Laudya : “Gak perlu, kan aku bawa motor.”
Maxim : "Motornya biar di bawa pulang Dea aja, kamu pulang sama Mas. Pokoknya nanti Mas jemput, gak boleh nolak.”
Laudya : “Memangnya Mas gak sibuk?”
Maxim : “Enggak.”
Laudya : "Udah dulu ya Mas, Dea udah jalan kesini.”
Dea duduk di samping Laudya. “Setengah Jam lagi.” Ucapnya.
“Nanti pulang Lo bawa motor Gue ya.” Ucap Laudya.
“Bawa gimana? Kan memang giliran Gue yang bawa.” Tanya Dea.
“Maksud Gue bawa balik, barusan Mas Maxim Telepon katanya mau jemput Gue.” Jawab Laudya.
“Oh, Ok.”
.
Beberapa menit lagi Film yang di tontonnya akan selesai, Laudya mengirimkan pesan kepada Maxim untuk memberitahu kalau ia sebentar lagi akan pulang.
Maxim membalas kalau ia sekarang sedang berada di perjalanan menuju tempat Laudya berada.
Selang sepuluh Menit, Film yang mereka tonton akhirnya selesai Juga. Mereka keluar dari dalam ruangan tersebut.
“Udah gak ada yang mau di beli lagi kan?” Tanya Laudya.
“Hemm, langsung balik aja. sudah sore soalnya.” Jawab Dea.
Laudya sengaja memegangi ponselnya agar lebih mudah ketika ada panggilan masuk atau pesan masuk dari Maxim.
Baru turun dari Eskalator, mereka berpapasan dengan Maxim.
“Kalau gitu Gue balik duluan ya.” Bisik Dea kepada Laudya. Sementara kepada Maxim hanya menunjukkan kepalanya sebagai pamitan.
Setelah Dea pergi dari hadapan mereka, Maxim baru mendekat.
“Langsung Pulang?” Tanya Maxim.
“Iya.”
Baru beberapa langkah, mereka melihat Dea kembali berjalan ke arah mereka.
“Kenapa? Ada yang ketinggalan?” Tanya Laudya.
Dea menjulurkan tangannya, “Kunci Motor nya, untung belum sampai parkiran.”
Laudya tertawa kecil, bisa-bisa nya ia lupa memberikan kunci motornya kepada Dea.
“Sorry, lupa gue.” Laudya memberikan kunci motornya.
“Duluan ya, Mari Pak.” Pamit Dea.
Maxim menggenggam tangan Laudya, dan membawanya pulang.
.
“Ke Apartemen Mas dulu ya.” Ucap Maxim. Keduanya memang sudah berada di dalam mobil.
“Hemm.”
Tangan Maxim satunya memegangi setir dan satunya lagi ia gunakan untuk menggenggam tangan Laudya.
“Mas, sepertinya besok aku gak ikut rombongan Pria. soalnya aku sama Dea mau pagi-pagi kerumah Safa untuk nemenin dia.” Ucap Laudya.
“Nanti Mas jemput, mau berangkat jam berapa?” Tanya Maxim.
“Ih gak perlu mas, nanti Mas jadi bolak-balik kalau harus jemput aku dulu.” tolak Laudya.
“Gak papa, Kamu janjinya mau kesana jam berapa?”
"Sekitar jam berapa ya? soalnya jam Tujuh pagi udah harus ada disana.” Jawab Laudya.
“Kalau gitu Mas jemput jam setengah enam ya.” Ucap Maxim.
“Gak kepagian kan?” Tanya Maxim.
“Sepertinya enggak.” Jawab Laudya.
Mereka sudah sampai, Maxim mengajak Laudya ke apartemen nya. Entah mau ngapain yang pasti Laudya terus bertanya-tanya di dalam hatinya.
Masuk ke dalam lift dan menekan tombol Angka yang akan di datangi. Hanya beberapa menit kemudian pintu lift terbuka.
Mereka berjalan menuju Apartemen Maxim, ini bukan kali pertama nya kesana. tapi tetap saja Laudya merasa aneh.
Sampai di depan pintu, Maxim masuk menggunakan Sidik jarinya. Dan meminta Laudya untuk ikut masuk juga.
“Kamu tunggu disini dulu ya sebentar, Mas mau ke kamar dulu.” Pinta Maxim.
Laudya Duduk pada Sofa yang ada di ruang tamu, ia menatap ke sekeliling ternyata sangar rapih dan bersih.
Maxim kembali membawa Paper Bag dan memberikan nya kepada Laudya.
“Ada kiriman dari Mama buat Kamu, tadinya mau aku bawa sekalian jemput kamu. Eh malah lupa.” Ucap Maxim.
“Teri...,
“Bilangnya langsung ke mama aja jangan ke Mas, kan itu dari Mama bukan dari Mas.” Potong Maxim. Ia tahu pasti Laudya akan mengucapkan Terima Kasih.
“Ok, nanti aku telepon Tante Arumi nya.” Ucap Laudya. Ia berdiri.
“Yuk pulang.”