NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sandri Ratuloly

Aruna, namanya. Gadis biasa yatim-piatu yang tidak tau darimana asal usulnya, gadis biasa yang baru memulai hidup sendiri setelah keluar dari panti asuhan di usianya yang menginjak 16 tahun hingga kini usianya sudah 18 tahun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sembilan belas

Keesokan harinya. Tama terlebih dahulu bangun saat jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, kepalanya berdenyut nyeri, memegang kedua sisi kepalanya dengan ringisan kecil yang keluar dari mulutnya. Hingga ingatan kejadian semalam tiba-tiba terlintas di pikirannya.

Tama mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Aruna di kamar, karena kasur di sebelahnya kosong dan rapi- seperti tidak disentuh. Hingga tatapannya terpaku pada keberadaan Aruna yang tengah tertidur di sofa yang letaknya tidak jauh dari ranjang. Tama merasa bersalah, ingatannya berputar akan kata katanya semalam pada Aruna, perempuan itu pasti sakit hati mendengarnya.

Dengan keadaan sedikit linglung, Tama turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah urusannya di kamar mandi telah selesai, dia melangkah keluar ruang tamu untuk menunggu pesanan makanan online. Mengganti rasa bersalahnya, Tama akan memesankan makanan untuk mereka, dan tidak membiarkan Aruna masak.

'Ting tong'

Suara bel apartemennya berbunyi, mungkin kurir pembawa makanan di pesannya datang, dan benar saja.

Saat dirinya tengah sibuk menyiapkan makanan, memindahkan semuanya ke dalam piring satu persatu. Aruna datang, wajah perempuan itu terlihat sudah segar karena sehabis mencuci muka.

"Udah bangun? " tanya Tama, dia menarik salah satu kursi meja mempersilahkan Aruna untuk duduk. "Ayo, sarapan dulu. Gua ada pesan makanan jadi lo gak perlu repot-repot lagi masak. "

"Ayo, di makan. " pinta Tama, melihat Aruna yang hanya diam saja sambil melihat makanan yang sudah tersusun rapih di atas meja makan.

"Ini kamu beli semua? Sebanyak ini? " tanya Aruna. Tidak habis pikir dengan menu makanan yang begitu banyak dibeli Tama, siapa yang akan menghabiskan semuanya?

"Kalau gak habis, biar simpan aja untuk makan siang nanti. Tinggal di panasin lagi aja. " Tama dengan inisiatif sendiri, mengambil makanan untuk Aruna membuat perempuan itu kikuk sendiri, merasa aneh akan sikap Tama pagi ini.

"G-gak usah, aku bisa ambil makanan sendiri. " tolak Aruna, namun tidak di pedulikan Tama. "Makasih banyak."

Tama cuman mengangguk, dia menatap Aruna yang sudah menyuapkan makanan kedalam mulutnya. Aruna di perhatikan begitu merasa tidak nyaman.

"Kamu gak ikutan makan juga? " tanya Aruna, agar Tama tidak lagi menatapnya dan membuatnya gugup setengah m*ti.

Mendengar ucapan Aruna. Tama dengan cepat mengambil makanan untuk dirinya sendiri, namun tatapannya belum juga lepas dari Aruna, dirinya ingin mengatakan sesuatu tapi masih tertahan di tenggorokannya.

"Aruna." panggil Tama akhirnya, Aruna mengangkat kepalanya untuk menatap Tama yang memanggilnya, menunggu laki-laki itu seperti ingin melanjutkan ucapannya.

"Soal semalam– gua minta maaf, ya. Gua mabuk berat, ucapan gua jangan lo masukin ke dalam hati, ya? G-gua beneran gak sadar semalam. Jadi, ngomong suka ngelantur begitu. " Tama terlihat kikuk, wajahnya menampilkan penyesalan. Ucapannya semalam antara sadar dan tidak sadar.

Aruna diam sejenak, ingatannya kembali berputar pada kejadian semalam- di mana Tama mabuk berat, laki-laki itu terus meracau memanggil nama Alana, belum lagi ucapan kasar dan tajam Tama yang mengatainya perusak hubungan orang. Semua itu masih tertanam jelas di otaknya, seperti susah untuk di lupakannya begitu saja.

"Gapapa, kok. Kamu semalam emang lagi mabuk berat, makanya bicaranya ngelantur begitu. Gapapa, kok. Kamu gak salah, gak usah minta maaf. " Aruna menyunggingkan senyum bertanda tidak masalah. Namun, Tama malah semakin merasa bersalah mendengar jawaban Aruna.

Perempuan itu terlihat begitu santai, seperti tidak terjadi sesuatu.

"Cek kandungan mulai kapan nanti? Kalau udah waktunya tinggal kasih tau gua, ya. Nanti gua anterin ke rumah sakit. " Tama mengalihkan ucapan, suasana tadi mendadak tidak enak dan Tama tidak suka itu. Apalagi melihat wajah Aruna yang tampak begitu merenung sedih.

"Bulan depan nanti, tanggal sembilan baru bisa cek kandungan lagi." jawab Aruna, cukup senang mendengar Tama yang membahas anak mereka, terdengar begitu perhatian atas bayi di kandungi nya ini.

Tama mengangguk mengerti, dia kembali memasukkan makanan ke mulutnya. Sarapan pagi dengan diselingi obrolan ringan, ternyata sedikit menyenangkan. "Udah berapa bulan usia kandungan, lo? Maaf ya sikap pertama gua saat tau lo lagi hamil anak gua, gua kaget saat itu. "

"Udah masuk tiga bulan," jawab Aruna, sebelum melanjutkan. "Gapapa, aku maklumi kok kondisi kamu saat itu. Gak perlu di bahas lagi, udah berlalu juga. "

"Setelah ini lo mau gimana? Mau lanjut kuliah atau bagaimana? Mau gua daftarin di satu kampus sama gua? Pendaftaran mahasiswa baru masih berlaku sampai bulan depan, jadi lo masih punya waktu buat daftar dan siapin berkas-berkas. "

Aruna menundukkan kepalanya, pembahasan soal lanjutnya kuliah agak sensitif untuk Aruna. Dengan kondisinya sekarang, Aruna agak segan untuk melanjutkan pendidikannya. Bukan soal biaya, tapi bagaimana pendapatan orang-orang tentang dirinya yang hamil, mereka akan menggunjing dan menanyai siapa ayah dari bayi di perutnya.

Aruna, pun tidak mungkin menjawab, bahwa Tama lah ayah dari bayi di kandungannya. Orang-orang semakin membicarakan namanya dan menyebut dirinya sebagai perusak hubungan orang.

"Gak usah, aku gak ada niatan buat lanjut kuliah. Dengan kondisi aku yang hamil sekarang, aku cuman mau memfokuskan diri buat ngurusin anak aku nanti. "

Tama kembali di landa perasaan bersalah. Aruna tidak melanjutkan pendidikannya karena ulah dirinya. Bila saja Tama tidak memp*rkosa Aruna hingga hamil, pasti perempuan itu masih melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan.

Aruna anak beasiswa, terkenal pintarnya. Kecil kemungkinan kalau Aruna tidak memikirkan soal lanjutnya untuk berkuliah, tapi karena kondisinya. Perempuan itu harus menelan semua keinginannya.

"Semua gara-gara gua, lo jadi gak bisa lanjut untuk kuliah. "

"Gak usah merasa bersalah begitu, mungkin ini udah takdir hidup aku. Mau menyesal pun, tidak akan bisa mengubah keadaan yang sudah terjadi. Aku gapapa, kok. " Aruna memberikan senyum menenangkan, agar Tama tidak lagi di landa bersalah.

Semuanya sudah terjadi, menyesal pun sudah tidak ada gunanya lagi. Mungkin betul apa yang dikatakan Aruna, mungkin ini sudah takdir yang diberikan sang penguasa padanya. Mau merubah pun, tidak bisa.

Nasi sudah menjadi bubur.

Kita hanya perlu mengikhlaskan dan bersabar, berdo'a semoga kedepannya akan ada kebahagiaan yang menjemput.

Part pendek. Kepala lagi pusing banget, jadi nulis buat part ini cuman segini aja. Aku ucapkan makasih banyak ya sama kalian semua yang sudah berkenan mampir ke cerita pertama aku ini, komenan positif kalian buat aku makin semangat untuk nulis hingga tamat nanti.

Sekali lagi, aku ucapkan makasih banyak. Jangan bosan bosan ya dengan cerita ini, terus pantengin cerita Aruna hingga tamat. Babay...

jangan lupa vote dan komen ya. bintang limanya juga jangan lupa 🤭🤭

1
Arieee
semangat Thor up nya q selalu menunggu 🥰
Sandri Ratuloly: makasih banyak atas dukungannya 😍😍
total 1 replies
Arieee
pergi Aruna cari kebahagiaan u sendiri💪💪💪💪💪💪💪💪👍👍👍👍👍👍👍
Arieee
Aruna 👍👍👍👍👍👍💪👍💪👍💪👍 berjuang utk kebahagiaan gak usah berharap ma tama
Black Moon
Thor, ini Helena siapa ya? Apa nama panjang Aruna 😁
Arieee
si Cindy belum kualat aja😡😡😡😡😡😤😤😤😤😤😤😤😤😤bukan hidup situ yg rusak kenapa jadi hakim
Black Moon
ko aku ngerasa, kalo Alana ini nantinya bakal jadi duri ya. Apalagi ditambah sama Tama yg memang ga tegas buat jadi suami 🤔
Sandri Ratuloly: masih labil jadi gak begitu tegas jadi suami, apalagi dia nikahin Aruna karena kepaksa😌🤭
total 1 replies
Arieee
approve ma temen" nya Tama yang waras😆👍👍👍👍👍👍👍
Sandri Ratuloly: untung teman-temannya gak gebukin kepala tama🤣
total 1 replies
Black Moon
setuju sama Aruma, kalo udah lahiran tinggalin aja laki modelan begitu. Ga cocok juga disebut laki-laki, lebih cocok disebut kaum berdaster 😒
Arieee
percuma gak ada sadar nya😡😡😡😡
Arieee
pergi aja lah si mertua juga gak peka 😡
Black Moon
Sejujurnya, ini menguras emosi 😭
Black Moon: Author sendiri kuat banget begadang sampe jam segini, tidur dulu Thor 🤭😁
Sandri Ratuloly: tidur kak, kamu kuat banget begadang baca cerita sampai jam segini😭😭
total 2 replies
Black Moon
Emang Dit, temen kamu itu 🤬🤬🤬🤬🤬 aku pun esmosi. Harus 🤾 pake bakiak
Black Moon
Aruna beruntungnya kamu punya keluarga yang sayang banget sama kamu, apalagi ini bukan keluarga sedarah. Jadi terhura, eh salah. Terharu maksudnya
Black Moon
Dasar laki-laki 🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
Black Moon
jahatnya, minimal peluklah dulu sahabat kamu Ra 🤬
Arieee
ya diusut lah laporin polisi biar tau rasa yang nyinyir 😡😡😡😡😡😡😡gak tau cerita nya eh bikin cerita sendiri
Sandri Ratuloly
bagussss
Arieee
Aruna 👍👍👍💪💪💪
Arieee
tuh kan sudah q duga 😤😤😤😤😤😤😤
Arieee
karma nya harus pedihhhh ya😤😤😤😤😤😤😤😤😤😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!