NovelToon NovelToon
BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:913
Nilai: 5
Nama Author: Yuli Yanti

Widuri Azzahra, seorang gadis cantik yang lahir di Cianjur tepatnya di sebuah desa di kabupaten cianjur, namun saat ia sudah berusia 15 tahun Widuri di bawa pindah ke Bandung oleh kedua orang tuanya, Widuri tumbuh menjadi gadis cantik, saat ia menginjak sekolah menengah atas, Widuri bertemu dengan Galuh, selang beberapa bulan mereka berpacaran, namun salah satu pihak merugikan pihak yang lain, ya sayang sekali hubungan mereka harus kandas, karena Galuh yang kurang jujur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Langkah-Langkah Awal

Setelah pameran selesai, Widuri dan Damar berjalan pulang bersama.

"Jadi, Wid, kapan kamu mulai bikin lukisan baru?" tanya Damar.

Widuri tertawa kecil. "Aku nggak tahu, Dam. Kayaknya aku butuh istirahat dulu."

"Kamu pantas dapet semua ini, Wid. Kamu udah kerja keras, dan aku yakin masa depan kamu bakal cerah banget."

---

Hari-hari setelah pameran seni menjadi awal baru bagi Widuri. Semangatnya semakin tinggi untuk melangkah maju, mengejar mimpi-mimpi yang sempat terkubur. Namun, dengan kehadiran Damar yang semakin intens, Widuri mulai merasakan hal lain dalam hatinya, sesuatu yang tak pernah dia duga sebelumnya.

Pagi itu, Widuri duduk di meja belajarnya sambil menatap lukisan baru yang sedang dia kerjakan. Kali ini, dia melukis pemandangan desa tempat dia dibesarkan—sebuah pengingat akan akar dirinya dan masa kecil yang bahagia sebelum segala drama dimulai.

Terdengar suara ketukan di pintu kamarnya.

"Masuk," jawab Widuri.

Ibunya masuk dengan senyum lembut. "Widuri, nanti sore kamu nggak lupa, kan? Bu Lila bilang kamu harus datang ke sekolah buat diskusi soal lomba seni tingkat provinsi."

"Oh iya, aku ingat, Mah. Aku bakalan ke sana."

Ibunya duduk di tepi tempat tidur Widuri, menatap lukisan di meja itu. "Indah banget, Nak. Mama bangga sama kamu."

Widuri tersenyum kecil. "Thanks, Mah. Aku cuma ngelukis apa yang aku ingat aja."

 

Sore itu, Widuri tiba di sekolah dan langsung menuju ruang seni. Bu Lila sudah menunggunya di sana, bersama beberapa siswa lain yang juga terpilih untuk mengikuti lomba seni.

"Selamat, Widuri. Lukisan kamu berhasil menarik perhatian dewan juri, dan mereka ingin kamu menjadi salah satu perwakilan sekolah di tingkat provinsi," kata Bu Lila dengan bangga.

Widuri terkejut, tapi juga merasa senang. "Benarkah, Bu? Aku nggak nyangka."

"Kamu pantas mendapatkannya. Sekarang kita harus mulai mempersiapkan semuanya. Waktu kita hanya tiga minggu," jelas Bu Lila.

Diskusi itu berlangsung hingga sore, dan Widuri merasa semakin bersemangat. Ketika dia keluar dari ruang seni, dia melihat Damar sudah menunggunya di koridor.

"Kok kamu di sini?" tanya Widuri sambil mendekat.

Damar tersenyum santai. "Aku tadi bantuin di ruang OSIS, terus dengar kalau kamu ada di sini. Aku pikir, mungkin kamu butuh teman buat ngobrol setelah diskusi panjang."

Widuri tertawa kecil. "Nggak salah, sih. Aku memang capek, tapi juga senang. Ternyata aku dipilih buat lomba tingkat provinsi."

"Wow, selamat ya! Aku yakin kamu pasti bisa menang," ujar Damar dengan antusias.

"Thanks, Dam. Tapi, aku harus kerja keras banget, nih."

"Kalau butuh bantuan atau teman buat nemenin, aku siap, Wid."

Kata-kata Damar membuat Widuri merasa tenang. Dia tahu bahwa ada seseorang yang benar-benar mendukungnya, tanpa syarat apa pun.

 

Namun, di tempat lain, Galuh masih mencoba mencari cara untuk menghapus rasa bersalahnya. Meski dia sudah memutuskan untuk menjauh, hatinya tetap berat. Dia bahkan mulai menulis surat untuk Widuri, berharap itu bisa menjadi penutup bagi semua kesalahan yang pernah dia lakukan.

"Widuri, maafkan aku. Aku tahu aku sudah menyakitimu, dan aku nggak pantas untuk dimaafkan. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku benar-benar menyesal. Aku harap kamu bisa bahagia, bahkan jika aku nggak ada di hidupmu lagi."

Galuh membaca ulang surat itu, tapi dia merasa masih ada yang kurang. Dia sadar bahwa ucapan maaf saja tidak cukup untuk memperbaiki segalanya.

 

Di sisi lain, Widuri mulai sibuk dengan persiapan lomba. Setiap sore, dia menghabiskan waktu di ruang seni, mencoba menciptakan karya yang tidak hanya indah, tetapi juga penuh makna.

Damar sering datang untuk menemani, meski hanya duduk di sudut ruangan sambil membaca buku. Kehadirannya membuat Widuri merasa lebih fokus dan bersemangat.

"Dam, menurut kamu, apa sih arti kebebasan?" tanya Widuri suatu hari sambil melukis.

Damar berpikir sejenak sebelum menjawab. "Buat aku, kebebasan itu ketika kita bisa jadi diri sendiri tanpa merasa takut dihakimi orang lain."

Widuri terdiam, merenungkan jawaban itu. "Aku rasa aku belum sepenuhnya bebas, ya. Masih banyak hal yang mengikat aku, terutama kenangan buruk."

"Semua orang punya kenangan buruk, Wid. Tapi yang penting adalah bagaimana kita menghadapi itu semua. Kamu udah ada di jalur yang benar, kok."

Ucapan Damar membuat Widuri tersenyum. Dia merasa lebih kuat setiap kali mendengar kata-kata penyemangat dari sahabatnya itu.

 

Di tengah kesibukannya, Widuri juga mulai mendapatkan pengakuan dari teman-temannya di sekolah. Mereka yang dulu menganggapnya sombong kini mulai melihat sisi lain dari dirinya.

"Widuri, kamu keren banget, sih. Aku salut sama keberanian kamu buat terus maju," ujar salah satu temannya di kelas.

Widuri hanya tersenyum. Dia merasa bahwa semua kerja kerasnya mulai membuahkan hasil, baik dalam hal seni maupun hubungan sosialnya.

Namun, di balik semua itu, Widuri tahu bahwa perjalanan ini masih panjang. Dia harus terus melangkah, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk membuktikan bahwa dia mampu menghadapi semua rintangan yang ada.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!