Vernatha Aira Lexandra atau yang di panggil Natha, dia terlahir kembali.
Di kehidupan sebelumnya, Natha tidak pernah menyangka bahwa adik perempuannya mengambil suaminya dan mengambil semua yang Natha miliki.
Lalu, suami dan adik perempuannya itu yang selalu Natha percayai, mengkhianatinya. Mereka berhubungan di belakang Natha. Mereka juga bekerjasama untuk merebut warisan orang tua Natha sejak lama.
Natha merasa hidupnya selama 27 tahun di permainkan. Di detik-detik sebelum Natha mati, ia di tuntun mereka ke dalam sebuah jurang curam. Suaminya yang selalu Natha cintai dengan tulus, adiknya yang selalu Natha utamakan dalam segala hal, membunuh Natha dengan mendorongnya jatuh sehingga Natha mati di tempat dengan tubuh hancur.
Di sanalah hidup Natha berakhir dengan menyedihkan.
Natha bersumpah untuk membalas dendam.
Saat kelahirannya kembali, Natha mengubah semua takdirnya. Hal paling utama adalah Natha memilih suami pilihan pertamanya yang akan di jodohkan dengannya. Hanya saja dia mengalami cacat dan vegetatif. Pria itu tidak pernah bangun di kehidupan pertama Natha.
Namun suatu hari..
"Apakah kamu yang merawatku?"
Natha menoleh dan melotot kaget melihatnya bangun.
_______
Note;
• Konflik berputar-putar.
• Anti pelakor (Paling cuma pengganggu).
• Terdapat unsur dewasa 18+
• Bagi yang menderita uwuphobia, harap menjauh dari cerita ini!
• Harap Follow author sebelum membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Natha tidak pernah menduga Abyan akan melakukan apa yang sudah menjadi rencananya dengan mudah, yaitu mengambil saham yang Nhita punya.
Perusahaan Lexandra bukan sepenuhnya didirikan oleh kakeknya, namun ayahnya yang paling berperan besar dalam membangunnya. Jadi, wajar saja perusahaan itu jatuh ke tangan Natha yang menjadi penerusnya.
Untuk mencegah hilangnya kekuasaan, sebagian saham berada di tangan keluarganya. Awalnya, Nhita mempunyai saham 10%, namun Sonia sedikit tidak terima. Saham Nhita jauh lebih kecil dari Natha yang memiliki 30% saham Lexandra. Jadi, Sania--ibu Natha hanya menambah sebanyak 5%. Walaupun kurang puas, dengan enggan Sonia menyetujui. Saat ini, Nhita memiliki 15% saham Lexandra.
Meskipun sedikit kaget dengan Abyan yang tahu tentang saham keluarganya, namun Natha mengira Abyan tidak akan mengetahui ini dengan detail.
Natha sudah memperkirakan dan merencanakan semua ini sejak awal. Saat ini, perusahaan Lexandra memang masih di pegang oleh pamannya--Andre, karena ayahnya memang menyerahkan kepada adiknya itu sebelum Natha dewasa. Pamannya mempunyai 38% saham Lexandra yang di berikan ayahnya.
Natha sudah berencana mengambil saham Nhita, jadi jika di gabungkan, Natha mendapatkan saham 45%, melebihi Andre. Natha bisa merebut perusahaan Lexandra dari sekarang dan menjadi CEO Lexandra.
Tentu saja keluarga Lumian tidak akan pernah memberikan perusahaan Lexandra jika Natha tidak melakukan ini.
Keluarga Lumian sedikit tenang walaupun Natha sudah mengambil surat warisan, itu karena mereka memegang Lexandra. Mereka juga bisa mendapat keuntungan saat Natha menikah dengan Abyan, karena mereka berencana mengambil saham Natha sehingga Lexandra berada di tangan mereka sepenuhnya. Namun, mereka tidak pernah memyangka Abyan bangun dan malah membantu Natha merebut saham Nhita.
Abyan tersenyum arogan melihat ekspresi mereka. Lalu berkata tenang, "Sepertinya diam kalian menjadi kesepakatan. Kalau begitu, aku akan mengirim seorang pengacara untuk menyelesaikan formalitas di hari kedepannya. kami akan pergi."
Andre yang memiliki wajah suram, ingin marah, namun tertahan. Ia menelan kembali apa yang ingin ia bicarakan.
Natha tersenyum melirik ketiganya. Ekspresi mereka sangat jelek. Natha mulai berjalan pergi seraya mendorong kursi roda Abyan.
"Kenapa menjadi seperti ini?!" marah Nhita dengan mata menatap bergantian kedua orang tuanya.
Sonia menggeleng, lalu menatap suaminya, "Apakah Natha yang mengatakan ini? Tidak mungkin Abyan mengetahuinya tanpa Natha yang memberitahunya! Awalnya, aku sangat mencurigainya. Namun, sekarang sudah sangat jelas!"
Andre diam. Ia Menggertakkan gigi dengan tangan terkepal seraya menatap mobil hitam yang sudah menjauh.
***
Di dalam mobil, Natha tengah menutup mata. Di sampingnya terdapat Abyan dengan tatapan tertuju pada Natha.
Abyan mengambil tangannya membuat Natha membuka matanya dengan kaget.
Natha menoleh dan bertemu tatapannya yang lembut. Ia menjadi sedikit terbiasa walaupun jantungnya tidak pernah bisa di ajak kerjasama untuk tenang.
"Apakah kamu lelah?" tanyanya pelan.
Natha mengalihkan pandangan seraya menggeleng. Ia tidak menarik tangannya dan membiarkan Abyan memainkan jari-jarinya. Tangan besar pria itu sangat lembut dan hangat membuat Natha nyaman.
"Saham Nhita akan di urus oleh adikku. Nanti aku akan memberikannya kepadamu setelahnya semua terurus," ucapnya membuat Natha kembali menoleh.
"Darimana kamu tahu tentang ini?" tanya Natha heran.
Abyan terkekeh. Ia mengambil tangan Natha yang lainnya sehingga posisi mereka berhadapan. Badan Natha sedikit miring menghadap Abyan.
"Apa yang aku tidak tahu tentangmu? Tentu saja, aku harus tahu."
Semburat merah terlihat di pipi Natha, ia menundukkan kepalanya sedikit melirik sopir. Natha sangat malu!
Abyan mengangkat dagunya membuat Natha ikut menatapnya.
"Apakah kamu akan meninggalkanku?" tanya Abyan serius, namun suaranya masih sangat lembut.
Natha sedikit tersentak mendapat pertanyaan Abyan. Pupil matanya mengecil. Dia terdiam tidak menghindari mata Abyan.
Awalnya memang begitu. Natha berencana akan pergi dari keluarga Grissham. Apalagi, dengan sikap mereka yang tidak ramah kepadanya. Dia berencana membalaskan semuanya setelah ia pergi dari rumah itu. Namun, dalam perawatan Abyan, Natha sangatlah tulus. Lama kelamaan Natha merasa tidak rela pergi setelah mempunyai kasih sayang terhadap Abyan.
Natha memang mengharapkan Abyan bangun, namun setelah ia pergi. Tidak peduli dengan rahasia yang sudah ia ceritakan. Natha berfikir, Abyan mungkin tidak pernah mendengar apa yang ia bicarakan ketika masih terbaring.
Tapi, Natha tidak menduga, Abyan akan bangun secepat itu. Mengingat semua rahasianya. Rencana kepergiannya menjadi semakin sulit. Niatnya semakin memudar. Dengan perasaan yang ia punya dan perlakuan lembut Abyan kepadanya, Natha menghilangkan niat itu dengan ragu.
Sekarang, mendapat pertanyaan dan rencana lamanya Natha menjadi tak karuan.
Melihat Natha diam, ekspresi serius Abyan berubah menjadi sedih. Hatinya cemas dan gelisah. Abyan menangkup sebelah pipi Natha.
Abyan yang akan membuka suara, namun tertelan kembali saat mendengar suara sopir, "Maaf mengganggu, Tuan. Kita sudah sampai."
Ternyata mobil sudah sampai dan memasuki gerbang rumahnya. Mereka terlalu serius berbicara sehingga tak terasa sudah sampai.
Natha yang belum mengumpulkan pikirannya, melepaskan tangan yang Abyan yang memegangnya seraya berkata tergesa, "Aku masuk dahulu."
Tanpa menunggu jawaban Abyan, Natha membuka pintu mobil untuk keluar. Sikapnya jelas terlihat menghindar.
Tangan kanan Abyan yang masih merasakan kelembutan pipi Natha, menggantung di udara, menjadi kepalan. Ia menurunkan tangannya. Ekspresi lembutnya menghilang menjadi sangat dingin. Namun, kesedihan dan kegelisahan di matanya sangat jelas.
Punggung Natha terlihat memasuki rumah. Setelah menghilang, tatapan Abyan lurus ke depan. Dia terdiam lama membuat sopir ikut terdiam untuk menunggu perintah tuannya.
"Bantu aku turun," pintanya datar yang langsung di angguki sopir itu.
Natha memasuki kamar dengan langkah cepat, tapi bukan kamar Abyan, namun kamar di sampingnya.
Setelah Natha masuk, ia mengernyit karena barang-barangnya tidak ada. Saat membuka lemari, isinya terlihat kosong. Kemana baju-bajunya?
Walaupun Natha tidur dengan Abyan, semua barangnya masih di sini. Natha mencoba mencari lagi, namun kamar itu tidak terdapat satu barangpun yang ia punya. Natha merasa sedikit panik memikirkan kemungkinan di hatinya.
Natha keluar kamar bersamaan dengan Abyan yang akan masuk kamar. Pria itu menjalankan kursi rodanya sendiri membuat Natha sedikit bersalah. Kemana sopirnya?
Abyan tersenyum hangat seperti biasa seakan percakapan di mobil tidak pernah ada. Lalu ia berkata, "Barang-barangmu sudah para pembantu pindahkan ke kamarku."
Natha bertanya tanpa sadar, "Kenapa?"
Ekspresi Abyan tidak berubah, "... 'Kenapa'? Karena kita suami-istri. Kenapa harus berpisah kamar? Lagipula, aku tidak akan membiarkanmu tidur di kamar itu."
Natha mengerjap dan menatapnya dengan malu.
"Bisakah kamu membantu mendorongku ke dalam kamar? Tanganku sudah sangat pegal," keluh Abyan seraya merenggangkan tangan.
Wajahnya lelahnya terlihat di buat-buat. Namun Natha menganggap serius. Rasa bersalahnya kembali muncul.
Gadis itu menghela nafas. Ia melangkah ke belakangnya dan mulai mendorong kursi roda dengan pelan ke dalam kamar.
Abyan tersenyum licik tanpa Natha ketahui. Sebenarnya sopirnya mendorong sampai depan kamar, namun saat mendengar pintu terbuka, Abyan buru-buru menyuruhnya pergi. Dan hasilnya Natha melihatnya seakan dia yang menjalankan kursi rodanya sendiri. Inilah yang Abyan inginkan, dengan sengaja mengeluh dan membuat Natha menjadi kasihan kepadanya.
Sudah ia duga, Natha tidak akan tega kepadanya. Walaupun gadis itu terlihat cuek dan tidak terlalu perhatian kepadanya, Abyan akan berbuat apapun untuk menunjukan kepedulian Natha yang sebenarnya.
"Kamu tidak akan meninggalkanku, kan?"
Pertanyaan sama keluar dari mulut Abyan membuat gerakan Natha berhenti.