Sequel dari novel Pesona Ayah Mertua.
Terpaksa menikah dengan Uncle Dom yang super dingin datar, membuat Emily merasa seperti tokoh protagonis wanita yang ada di dalam novel yang berperan menjadi istri yang tidak di inginkan oleh suaminya sendiri.
Penasaran dengan kisahnya? Jangan lupa subscribe agar kalian tidak ketinggalan pemberitahuan update Novel ini.
Follow IG emak @Thalinda Lena
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari tersial!
Dom saat ini duduk bersandar di ruang makan sambil memegang kantong kompres yang berisi es batu untuk mengompres pipinya yang lebam. Dante memberikannya pukulan keras tepat di pipinya itu.
"Biar Bibi obati," ucap Bibi Jasmine sambil membawa kotak obat.
"Ini hanya luka ringan," tolak Dom.
"Tapi, wajahmu terlihat menjadi jelek!" cibir Bibi Jasmine.
"Aku selalu terlihat tampan dalam keadaan seperti apa pun!" jawab Dom datar, namun terdengar sangat narsis.
Bibi Jasmine rasanya ingin memukul bokong putra kesayangannya itu.
"Jadi, sejak kapan kamu berbuat senakal ini?!" omel Bibi Jasmine sambil berkacak pinggang.
"Nakal? Aku tidak melakukan apa pun!" Dom membela diri saat dirinya merada di sudutkan oleh Bibi Jasmine.
"Hei! Perjaka tua! Memasuki kamar seorang gadis itu adalah perbuatan yang tidak sopan!" ucap Bibi Jasmine kesal, dan kali ini tidak tahan untuk memukul putranya itu dengan gemas.
"Aduh!" pekik Dom ketika bahunya di pukuli oleh Bibi Jasmine. "Kenapa Bibi memukulku?!" kesal Dom.
"Karena kamu ini bodoh! Sekarang semua orang di rumah ini salah paham kepadamu, jika kamu sudah melakukan hal yang tidak-tidak kepada Lily. Kamu harus bertanggung jawah untuk menikahinya!" tegas Bibi Jasmine.
"Oh, No!" tolak Dom dengan tegas seraya beranjak dari duduknya. "Aku melakukan hal yang tidak merugikan siapa pun, kenapa aku harus menikahi setan kecil itu!"
"Tapi kamu keluar dari kamar Lily hanya bertelanjang dada. Siapa pun yang melihatnya akan berperasangka buruk kepadamu," jelas Bibi Jasmine.
"Tapi, Bi—"
"Berdasarkan pengakuan Lily. Kamu juga telah menciumnya!" potong Bibi Jasmine berkacak pinggang.
Dom memejamkan kedua matanya dengan erat, lalu beranjak dari sana dengan perasaan kesal.
Dom berjalan menuju kamarnya sembari mengompres wajahnya yang memar.
"Shiit!" umpat Dom saat ia melihat Emily berjalan ke arahnya. Kemudian ia mengurungkan niatnya yang ingin menuju kamarnya, dan memilih kembali ke ruang makan untuk menghindari Emily.
"Uncle!" seru Emily mengejar Dom yang ingin menghidarinya. Emily berhasil menghentikan langkah Dom dengan cara menghadang pria tanpa ekspresi itu.
"Uncle, maafkan aku. Aku—"
"Satu hari saja jangan menimbulkan masalah dan mempersulit hidupku!" bentak Dom seraya menatap tajam Emily.
Jantung Emily terasa ingin lepas dari tempatnya saat Dom membentaknya dengan sangat keras. Baru kali ini dirinya melihat Dom semarah ini kepadanya.
"Ma-maaf," jawab Emily terbata sambil menundukkan kepalanya. Ia menyembunyikan air matanya yang sudah mengalir deras di pipinya.
Dom menggeleng pelan sambil mengumpat, lalu beranjak dari sana meninggalkan Emily yang mematung di tempat.
"Uncle, aku menyukaimu," ucap Emily, dengan penuh keberanian ia mengungkapkan perasaannya yang selama ini ia pendam.
Akan tetapi Dom tidak ingin mendengarkannya sama sekali. Dom terus melanjutkan langkahnya, menuju kamarnya. Ia ingin beristirahat untuk menenangkan pikiran dan badannya. Namun baru saja akan memasuki kamarnya, Dante menghampirinya sambil menyerahkan sebuah berkas.
"Ada apa lagi?!" tanya Dom sangat dingin dan datar.
"Bukankah ini yang kamu inginkan? Meng-klaim Lily sejak masih di dalam kandungan! Jadi, mulai besok kamu berhasil memilikinya!" jawab Dante tak kalah dingin, lalu melemparkan berkas tersebut ke arah Dom.
Dom menghela nafas dengan kasar, memandang berkas yang berserakan di lantai.
"Ini adalah hari tersialku!" umpat Dom, lalu memungut berkas yang berserakan itu dengan perasaan emosi.
"Catatan sipil?" gumam Dom, saat membaca salah satu berkas yang ada di tangannya.