Fiona dan Fiora, saudari kembar putri presiden. mereka sudah saling menyayangi sejak mereka masih kecil, saling membantu jika salah satu mereka kesusahan. tetapi saat mereka memasuki usia remaja, Fiora yang merasakan pilih kasih di antara mereka berdua, Fiona yang mendapatkan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya, sementara dia tidak pernah merasakan itu, hari demi hari berlalu kebencian di hati Fiora semakin memuncak karena suatu peristiwa saat dia berkelahi dengan Fiona. Fiora lari meninggalkan istana dengan air mata di pipinya akibat makian ayahnya, sampai detik itu dia tidak pernah kembali ke rumah mereka lagi.
Fiona yang merasakan perasaan bersalah di hatinya memikirkan saudaranya pergi yang tidak pernah kembali lagi, kini mereka sudah dewasa. Fiona mengambil ahli mengurus semuanya bersama Aaron. setelah beberapa waktu banyak terjadi penghianatan di negara itu yg mengakibatkan banyak korban jiwa, siapa menyebabkan itu semua? apakah orang yang paling mereka tidak sangk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon strbe cake, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aaron dan Fiona semakin hari
“Sangat bagus Aaron kau bahkan melakukannya dengan sangat terampil walaupun usiamu masi sangat mudah.” Kevin tersenyum mengusap rambut putranya dengan bangga.
Aaron hanya Terdiam meletakkan Kembali pistol yang baru saja ia gunakan ke atas meja.
Robert pun tersenyum menatap peluru tembakan Aaron yang nyaris sempurna mengenai sasaran yang mereka rencanakan.
“Cukup bagus untuk anak seusianya,” Robert pun mengambil senjata yang tersedia di meja mulai membidik sasaran dengan pistolnya.
“Rose, apa anak itu yang Kevin ambil dari panti asuhan?” bisik Gisella saat melihat Aaron yang berjalan menuju mereka.
“ya itu memang dia.” balas Rose Tanpa melihat Gisella.
“Bibi bisakah aku duduk di sini.” Tanya Aaron dengan sopan kepada Rosella.
“tentu saja, silakan.” Rosella tersenyum menatapnya.
Aaron mengangguk mulai duduk perlahan , ia memiringkan sedikit tubuhnya untuk melihat Fiona yang sedang memakan makanannya dengan berantakan.
“aku merasa dia selalu ingin dekat dengan Fiona, kau tidak menyadari itu Rose, lalu lihat saja dia merasa seperti orang dewasa padahal umurnya 12 tahun.” Gisella melirik ke arah Aaron mencoba mencari gerak-gerik yang aneh.
“memangnya kenapa, biarkan saja, Robert Juga tidak keberatan, mungkin dia ingin menjadi teman Fiona.”
Aaron pun melirik sekilas kearah Gisella dengan sinis, lalu memutar matanya, kembali menatap Fiona dengan tersenyum. Ia lalu mengulurkan tangannya menyeka pipi Fiona yang berlumuran makanan.
Gisella mengerutkan keningnya saat menyadari sikap Aaron kepadanya, namun ia hanya terdiam karena tahu betapa pendiamnya sifat Aaron kepada orang orang-orang.
“Aaron apa kau ingin bermain dengan Fiora juga,” dengan senyuman, Rosella mulai mengangkat putri keduanya dari pangkuannya, meletakkan Fiora di antara mereka.
Fiora mulai mengganggu kakaknya yang sedang makan dengan mengambil mangkuk makanannya mendekatnya ke dirinya sendiri.
Aaron yang melihat itu, mulai mengangkat wajahnya menatap Rosella.
“Bukankah itu milik Fiona, mengapa dia mengambilnya.”
“mereka Masi sangat kecil, mungkin hanya ingin bermain bersama.” Gumam Rosella, melihat kearah kedua putrinya.
Aaron yang mendengar perkataan Rosella hanya terdiam, tetapi di hatinya ia tidak setuju dengan itu, Dia menatap Fiora dengan acuh tak acuh.
Fiona mulai menangis saat ingin mengambil mangkuk miliknya kembali dari Fiora.
"ibu ini milikku, mengapa adik mengambilnya." gumam Fiona di sela-sela tangisannya.
Tetapi Fiora hanya terdiam memandangi kakaknya yang menangis saat terus menghabiskan potong Stroberi milik Fiona.
Terlihat mereka berdua berebut dengan sangat mengemaskan membuat Rosella tersenyum lebar begitu juga Rose dan Gisella.
Fiora mengangkat mangkuk ditangannya dengan sembarangan arah berniat memberikannya kepada kakaknya namun mangkuk itu mengenai wajah Fiona.
Fiona mulai menangis dengan keras saat merasakan pukulan Fiona, memegangi kepalanya.
“oh ternyata mengenainya, tidak apa-apa.” Rosella mulai berdiri perlahan mengangkat Fiora menjauhkan mangkuk itu dari tangan kecilnya meletakkannya di atas meja.
“bagaimana dengan yang ini.” tanya Aaron kepadanya.
“Bisakah kau mengangkatnya Aaron, aku Masi sibuk dengan Fiora.” Balas Rosella terus menimang-nimang Fiora.
“tapi dia yang menangis, mengapa bibi malah mengendong yang itu.” Aaron bergumam pelan mulai mengangkat Fiona perlahan mengendongnya, dia mengulurkan tangannya untuk menyeka air mata Fiona yang bercucuran membasahi pipinya kecilnya.
“Bibi aku akan membawanya ke kamar ku, menenangkannya di sana.” Ucap Aaron meminta izin pada Rosella, tanpa mendengarkan persetujuan Rosella, Aaron berjalan pergi meninggalkan mereka.
“sangat tidak sopan.” Gumam Gisella pelan saat melihat Aaron membawa Fiona pergi.
Tangisan Fiona mulai mereda, ia menyandarkan tubuhnya kepada Aaron terlihat mulai kelelahan.
Tatapan Aaron semakin melembut terus memeluk Fiona berjalan menelusuri lorong.
Sesampainya di sana, Aaron mulai membuka pintu perlahan, mendudukkan Fiona di atas tempat tidurnya, melihat situasi sudah terkendali, Aaron mulai mengambil tisu dan membasahinya sedikit, membersihkan sisa makanan pada pipi Fiona dengan lembut.
"Mengapa adik melakukan itu padaku... Aku hanya ingin makan stroberi milikku." bibir Fiona bergetar saat menanyakannya kepada Aaron bersiap untuk menangis kembali.
Fiona mulai menggenggam lengan Aaron dengan tangan kecilnya, saat Aaron terus membersihkannya.
Aaron tersenyum dengan lebar terus menyeka pipi kecil Fiona dengan lembut.
“ tidak apa-apa mengerti, aku bisa membawa banyak stroberi untuk mu putri." Bisik Aaron pelan membuang tisu itu di tempat sampah.
“di mana Fiona.” Tanya Robert, matanya terus mencari-cari di mana keberadaan putrinya.
“dia bersama Aaron, berada di kamarnya.”
Robert menyipitkan matanya saat mendengar perkataan Rosella.
“tidak perlu khawatir Robert, Aaron sangat menyukai anak-anak, dia tidak akan menyakiti Fiona, jika itu terjadi tentu saja aku akan memarahinya.” Ucap Kevin dengan nada meyakinkan, menepuk bahu Robert.
“baiklah, aku akan bersih-bersih sekarang, Rosella ayo pergi ke kamar, kami pergi terlebih dahulu Kevin.”
Robert mulai memegangi tangan Rosella menuntunnya.
“Ami tolong bawa ini kekamar tuan Aaron, ingat jangan membuat kesalahan, begitu selesai langsung kembali ingat.” Pelayan itu mulai memberikan piring yang berisi buah potong terdapat juga beberapa permen disana.
Ami mengangguk dengan bersemangat, membawa piring itu dengan bersemangat.
Sesampai di sana, dia pun mulai mengetuk pintu beberapa kali terapi tidak ada jawaban.
“tuan, aku membawa pesanan anda.”
Mendengar itu Aaron turun dari tempat tidurnya, membuka pintu melihat sosok Ami yang berdiri di bawahnya.
“ibu menyuruh ku untuk mengantar ini.” Dia bergumam pelan menatap Aaron dengan takut.
Aaron hanya terdiam mengambil piring dari tangannya dengan sedikit kasar, lalu menutup pintu dengan keras.
Aaron kembali naik ketempat tidurnya, mengambil potongan stroberi, mendekatkannya ke mulut Fiona.
"mati biar ku bantu kau Fiona, buka mulutmu." nada main-main Aaron menggoda potongan daging Stroberi itu di antar bibir kecil Fiona.
Fiona dengan tersenyum lebar segera membuka mulutnya kepada Aaron.
"baiklah ini dia..." Aaron pun meletakkannya di tengah-tengah lidah Fiona lalu mengangkat dagunya untuk menutup mulut Fiona.
Fiona segera mengunyah dengan bersemangat, matanya sesekali menyipit akibat asamnya stroberi, namun Fiona segera menjulurkan tangannya saat akan mengambil tumpukan stroberi dengan cepat.
"eh eh, tidak... tidak boleh seperti itu putri, perlahan saja oke." ucap Robert, dia membebaskan potongan stroberi dari genggaman Fiona perlahan, lalu menjauhkan tangannya.
"tidak boleh bersikap seperti itu ya, pelan-pelan dan makan satu-satu, aku Masi memiliki banyak untukmu." bisik Aaron, Ia tahu harus mengajarkannya kepada Fiona agar Fiona tidak di cap jelek oleh orang-orang karena tingkah lakunya.
Fiona mengangguk kembali membuka mulutnya.
Aaron mengambil sepotong lagi dan memasukkannya kedalam mulutnya.
Saat Fiona akan memakannya, dia langgsung mengeluarkannya dari mulutnya, meletakkannya ke piring lagi.
"asam sekali, aku tidak mau yang ini." gumam Fiona.
"asam? Maaf aku tidak tahu itu, ayo pilih saja di piring dan jika masi asam sisakan saja, biar aku yang memakannya."
Aaron pun mengambil potongan Stroberi bekas Fiona lalu mendekatnya ke mulutnya memakannya sendiri, dia tidak merasa jijik sama sekali walaupun itu bukan bekasnnya.