Visual Cast bisa cek Tiktok @rn_story94
Sequel dari Takdir cinta Ayyura_Aydeen ...
Sebuah takdir yang gak bisa di ubah dan selalu sesuai dengan ketentuan porsinya.
Zayn sudah menikah dengan Assyifa selama 3 tahun tapi belum dikarunia seorang anak, malah harus terjerat dengan seorang gadis cantik yang berbeda kepercayaan dan keyakinan dengannya. Dia harus menikahi perempuan lain yakni adalah mahasiswinya sendiri, hanya karena sebuah kesalahan yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Sedangkan sang adik sendiri Zayna seorang Dokter muda cantik, harus dijodohkan dengan pria yang tidak pernah ia inginkan dan impikan sebelumnya. Pria itu adalah Zidan, pria yang selalu bertemu dengan bahaya diluar sana, dan selalu bertemu dengan Zayna bolak balik di UGD.
Makanya Zayna menolak keras untuk di nikahkan dengannya ..
Yang penasaran kisahnya silahkan mampir readers ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raline_Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Milik Kita
Tidak terasa hari mulai malam, habis shalat maghrib Zayn kembali keruangan dimana Agatha dirawat. Dirinya baru bisa pulang dengan tenang kalau gadis yang dibawanya sudah mendapat penanganan.
"Assalammualaikum"?
Ceklekk ..
Zayn membuka kamar rawat itu, ternyata disana ada Zayna yang tengah menemani Agatha diruangannya.
"Waalaikumussalam". jawab Zayna pelan.
Sssstt ... cegah Zayna saat Abangnya ingin bersuara kembali, Zayn bisa melihat gadis cantik itu tengah tidur dengan lelap diatas ranjang rumah sakit itu.
"Dia tidur"? kata Zayn pelan nyaris tidak terdengar.
"Hmm .. dia baru saja tertidur, mungkin efek obat". jawab Zayna sambil membenahi selimut gadis itu.
"Bagaimana keadaannya dik"? tanya Zayn lagi.
"Sebaiknya kita bicara diluar". sahut Zayna lalu pergi dari ruangan itu dengan di ikuti Zayn dari belakang.
Sesampainya diluar ruangan, mereka berdua duduk dibangku panjang yang ada didepan kamar rawat kelas satu tersebut. Agatha ditempatkan Zayna dikelas satu saja, walaupun ruangannya tidak seluas dan sebesar VVIP tapi cukup nyaman untuknya.
"Apa ada sesuatu yang serius dik"? tanya Zayn.
Zayna menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menceritakan semua kondisi, gadis cantik yang kini terbaring lemah diatas tempat tidur rumah sakit.
"Coba Abang perhatikan hasil CT Scan ini"? ujarnya sembari menunjukan hasil pemeriksaan Agatha.
Zayn mulai melihat gambar otak yang tertera disana dengan tatapan penuh selidik dan penasaran.
"Sepertinya gadis itu pernah menjalani operasi serius pada otaknya, Aku memang bukan Dokter bagian syaraf Bang, tapi Aku cukup mengerti kasus yang terjadi pada Agatha saat ini". jelas Zayna.
"Apa itu terjadi karena kecelakaan semalam dik"?
"Sepertinya bukan, tapi kejadian semalam kembali memicu luka pada otaknya Bang". katanya lirih.
Zayn sudah tahu cerita sebenarnya dari adiknya itu, bahwa mahasiswinya itu adalah salah satu korban kecelakaan beruntun yang terjadi tadi malam.
"Apa dia punya penyakit yang cukup serius"?
"Mungkin sejenis tumor otak Bang". jawab Zayna.
"Sampai sekarang"? tanya Zayn lagi.
"Sepertinya sudah mulai sembuh, tapi masih ada sisa-sisa pembekakan dan peradangan didalamnya".
"Apakah itu bahaya dik"? sahut Zayn mulai khawatir.
"Aku belum bisa memastikan Bang, Aku akan tanya masalah ini pada Dokter spesialis bagian syaraf nanti, gadis ini begitu lemah dari yang kubayangkan. Dia butuh perawatan intensif saat ini". lanjut Zayna.
"Abang akan segera menghubungi keluarganya".
"Baiklah, terimakasih Bang. Sebaiknya Abang pulang dulu malam ini, besok Abang bisa menemuinya lagi".
"Hmm, terimakasih banyak dik. Kalau begitu Abang pulang dulu, kakak iparmu pasti sudah menunggu".
"Hati-hati dijalan, jangan ngebut-ngebut". cicit Zayna.
Zayn tersenyum, lalu menyempatkan mengelus puncak kepala sang adik dengan penuh sayang.
"Ingat selalu kasih kabar pada Abang, jangan seperti semalam. Abang sangat khawatir denganmu dik".
"Maaf .. semalam ponselnya Zayna lowbatt Bang".
"Hmm baiklah, kalau begitu Abang pamit pulang dulu, ingat jaga diri Kamu baik-baik ya". sahut Zayn.
"Siap pak Dosen". goda Zayna tersenyum jahil.
*
*
*
Zayn kembali mengendarai mobilnya, kali ini cukup santai tidak terburu-buru seperti sore tadi, saat dia ingin segera sampai kerumah sakit karena sedang membawa mahasiswinya yang sedang sakit.
Setelah menempuh perjalanan 30 menit Zayn sampai dikediamannya. Rumah mewah minimalis yang hanya ia tinggali berdua bersama istrinya Syifa.
"Assalammualaikum". sapa Zayn lembut.
"Waalaikumussalam, Abang baru pulang"? sahutnya dari dalam, kemudian membukakan pintu untuk suaminya yang baru saja sampai itu.
"Iya dik, maaf hari ini Abang telat pulang". cicit Zayn.
"Apa pekerjaan dikampus begitu banyak sampai Abang harus pulang malam begini". tanya Syifa yang sudah mengambil tas kerja Zayn dari tangannya.
Zayn diam sesaat, kemudian menghela nafasnya. Kemudian ia duduk di sofa ruang tamunya.
"Hm, Abang kan baru diangkat menjadi Dosen tetap disana dik, jadi memang agak sibuk akhir-akhir ini. Apalagi hari ini ada workshop dan seminar yang diadakan oleh pihak kampus untuk mahasiswa dan mahasiswi tingkat akhir". jelas Zayn kemudian.
"Iya Aku tahu bang, tapi Abang harus ingat juga kalau Abang masih ada kewajiban sebagai wakil ketua dipesantren milik kita di solo. Dan Abang punya tanggung jawab yang cukup besar disana". ujar Syifa yang sudah ikut duduk did amping Zayn.
"Itu bukan pesantren kita dik, itu miliknya mommy. Itu mahar mommy dari Daddy waktu menikah dulu, bagaimana bisa Kamu menyebutnya milik kita"?
Syifa terdiam sejenak, mendengar pernyataan yang disampaikan oleh suaminya barusan.
"Untuk apa kita mengelolahnya selama ini Bang, kalau Abang masih menganggap pesantren tersebut milik orang tuanya Abang". sela Syifa hati-hati.
"Astaghfirullah dik, itu memang miliknya mommy. Baik Aku, orang tuamu, maupun Kamu, gak punya hak atas pesantren itu dik. Kita hanya di amanahi sebagai pengurus dan pengelola saja, bukan sebagai pemiliknya". jelas Zayn dengan tegas.
"Tapi kata orang tuamu, setelah kita menikah mereka akan memberikannya padamu Bang".
"Dik, sepertinya hal ini sudah sering kita bahas. sudah berapa kali ku bilang. Aku tidak pernah ada niat untuk mengambil ahli pesantren milik mommy, itu mahar dari Daddy dik, bagaimana bisa Aku mengambilnya dengan cuma-cuma". bantah Zayn.
"Tidak cuma-cuma Bang, kita sudah".
"Cukup Syifa"! sentak Zayn dengan tegas.
Wanita bercadar itu terdiam, dia menggigit bibirnya dan menahan deru nafasnya yang menggemuruh. Dia juga berusaha menahan kegugupannya dibalik kerudung panjang dan cadarnya itu.
"Aku tidak ingin mendengar hal semacam ini lagi dirumah kita, Aku capek dik Aku mau istirahat".
"Apa Kamu sudah memesankan makanan untuk ku"? tanya Zayn dengan nada yang sedikit rendah.
Syifa terbelalak, dia baru sadar kalau tadi dia lupa belum sempat memesankan makanan untuk Zayn.
"Astaghfirullah, Afwan Bang Zayn. Abang tidak makan dikampus"? cicit Syifa pelan merasa gugup.
Lagi-lagi Zayn menghela nafasnya berat, istrinya ini benar-benar tidak bisa diandalkan. Sudah 3 tahun mereka berumah tangga, tapi dia masih belum hapal dengan karakter dari suaminya. Zayn tidak pernah makan diluar, dia lebih baik kelaparan dari pada makan diluar sendirian tanpa istri disampingnya.
"Dik, siapa sebenarnya yang Kau nikahi selama ini? Apa Kamu masih belum mengenal sifat dan sikap suamimu ini? Aku tidak pernah makan diluar kecuali bersama dengan mahramku sendiri, tapi apa tadi? Kamu bertanya Aku tidak makan dikampus"?
"Maaf Bang .. maaf .. Syifa lupa kalau Abang tidak bisa makan ditengah keramaian kecuali bersamaku atau saat sedang bersama keluargamu". cicit Syifa.
"Kalau begitu Abang mandi dan ganti baju dulu aja, biar Aku pesankan dulu makanan buat Abang". lanjutnya lagi sembari mengambil ponselnya untuk memesankan gofood untuk suaminya itu.
"Tidak usah dik, nanti Abang masak mie instant aja". sela Zayn kemudian berdiri lalu mengambil tasnya yang ada diatas meja, lalu segera menuju kamarnya.
"Jangan Bang, ini sudah malam. Tidak baik makan mie instan saat perut kosong". potong Syifa cepat.
"Tidak masalah, lagian sudah biasa". jawab Zayn monohok lalu berjalan begitu saja melewati Syifa.
"Tapi Bang". sela Syifa, namun Zayn sudah lebih dulu berlalu pergi kelantai atas menuju kamar mereka.
Syifa terduduk kembali di sofa dengan perasaan yang tidak tenang, dia merasa bersalah dengan suaminya itu. Bagaimana bisa, dia lupa menyiapkan makan malam untuk suaminya, padahal itu sudah menjadi kebiasaan nya selama 3 tahun ini.
semoga Zayna bisa melewatinya.