NovelToon NovelToon
Unexpected Love

Unexpected Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Konflik etika / Cinta Seiring Waktu / Anak Lelaki/Pria Miskin / Menyembunyikan Identitas / Bapak rumah tangga
Popularitas:23.2k
Nilai: 5
Nama Author: dlbtstae_

Berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus tak membuat Mario Ericsson Navio kewalahan. Istrinya pergi meninggalkan dirinya dengan bayi yang baru saja dilahirkan. Bayi mereka ditinggalkan sendirian di ruang rawat istrinya hingga membuat putrinya yang baru lahir mengalami kesulitan bernapas karena alergi dingin.

Tidak ada tabungan, tidak ada pilihan lain, Mario memutuskan pilihannya dengan menjual rumah tempat tinggal dia dan istrinya, lalu menggunakan uang hasil penjualan untuk memulai kehidupan baru bersama putri semata wayang dan kedua orang tuanya.

Tak disangka, perjalanannya dalam mengasuh putri semata wayangnya membuat Mario bertemu dengan Marsha, wanita yang memilih keluar dari rumah karena dipaksa menikah oleh papinya.

“ Putrimu sangat cantik, rugi sekali pabriknya menghilang tanpa jejak. Limited edition ini,” - Marsha.

“Kamu mau jadi pengganti pabrik yang hilang?”

Cinta tak terduga ! Jangan lupa mampir !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Marsha Grey Gilbert

Bayi mungil itu berada dalam gendongan ibunya Barra. Tampak menikmati sumber nutrisi dari ibu tetangga mereka. Untungnya ayah dari Barra mengijinkan dan Mario serta kedua orang tuanya juga terpaksa mengiyakan dengan rasa bersalah.

Mereka merasa tidak enak, namun bagaimanapun juga Maureen membutuhkan asi. Rea yang memiliki asi full pun bersedia setelah mendapatkan izin dari suaminya. Jadilah mereka menganggap Maureen seperti putri mereka sendiri.  Rea juga merasa kehadiran putranya yang telah tiada sebulan lalu ada pada diri Maureen.

“Maaf ya, Rea. Bibi jadi nggak enak”.

“ Nggak papa kok bi, daripada ke buang kan sia-sia. Lagian Mas Roy, juga ngijinin kok” ucap Rea memperbaiki pakaiannya setelah Maureen melepaskan nutrisinya.

Kedua wanita beda usia itu berada dikamar dengan Barra yang menatap Maureen. Sementara laki-laki berada di teraa rumah sambil mengobrol ringan. Roy dan Mario duduk sambil menikmati gorengan. 

“ Maafkan putriku, Roy”

Roy menepuk pundak, Mario. “ Tidak masalah, lagi pula kami sudah menganggap Maureen seperti anak kami sendiri dan istriku memang lagi banyak asi.”

“Sayang kalau dibuang,”.

Mario menganggukkan kepalanya. Tatapannya lurus kedepan. Lingkungan mereka cukup ramai dengan rumah-rumah tetangga lainnya hanya saja jarang berkumpul bersama.

Keduanya tidak membahas kemana Dea, Roy tahu jika Dea tak pernah menganggap Mario. Setiap kali Dea diajak  Mario ke rumah,pasti Roy dan istrinya mendengar teriakan Dea yang tak suka ditegur oleh Vion, ibu dari suaminya sendiri.

Beberapa saat, Roy berpamitan kepada istrinya untuk kembali bekerja. Ia akan pulang pada sore hari. Pekerjaannya sebagai karyawan swasta mengharuskannya pergi.

Di sisi lain, Marsha melirik kanan dan kiri. Dia sedang menunggu seseorang untuk menjemputnya namun hingga siang hari temannya itu tak kunjung terlihat.

Baterai ponselnya juga sudah sekarat membuat Marsha menahan kesal. Dia harus mencari tempat untuk mencharger ponselnya. 

“Mana sih, Nensi katanya jemput gue. Ini sudah siang nggak nongol-nongol !” gerutunya kesal dan membuat dirinya harus jalan mencari tempat cafe.

Terik sinar matahari membuat Marsha kepanasan, dia sangat tidak suka berpanas-panasan. Hingga dia menemukan tempat cafe biasa dan ngadem di sana sambil mencharger ponselnya.

Dua jam berlalu, tidak ada tanda-tanda notif dari Nensi. Takut kemalaman, Marsha mencari kost-kostan murah untuk dirinya tinggali. Sepertinya dia tidak akan menghubungi Nensi lagi.

Setelah mencari, akhirnya Marsha menemukan tempat tinggalnya. Dia bersyukur bisa keluar dari rumah mewah papinya. Semenjak ibu kandungnya meninggal dan papinya menikah lagi, hidup Marsha seperti diatur tanpa memberikan akses sedikitpun.

“Nggak papa sederhana, yang penting nggak liat muka beruk di rumah. Suntuk banget gue !” ucap Marsha kesal mengingat bagaimana perlakuan papinya yang tidak adil kepada dia dan kakak kandungnya dengan anak tiri.

“Aku harus memulai hidup baru, harus berjuang dari nol.. Kira-kira kerja apa ya ??”

Marsha grey Gilbert, umurnya yang baru menginjak dua puluh satu tahun dipaksa ayah kandungnya untuk menikah. Hal itu sangat ditentang oleh Marsha karena dia tak ingin menikah diusianya yang masih muda.

“Kenapa nggak anaknya gayung itam lope sih yang disuruh nikah. Kenapa harus aku ?? Ini juga si Nensi. Punya temen tapi rasa nggak punya. Lebih sakit daripada nggak punya ayang,”.

“Hahhhh,” Marsha menghela nafasnya. Dia mengambil ponselnya yang ternyata sudah terisi full. Dia melihat ada notif dari aplikasi hijau. Melihat nama Nensi, Marsha segera membuka pesan tersebut dan seketika mata Marsha membulat sempurna.

“Acaaaaaaaaaa !!! Maaf nggak bisa jemput, hiks. Ibu gue Ca !! Ibu gue kambuh lagi !!”

“Kamu dimana? Aku susul ya ?” balas Marsha khawatir.

“Jangan ! Disini ada bapakku,”

Melihat pesan itu, Marsha menjadi sangat heran. “Kenapa tidak boleh kesana. Bukannya aku datang dengan niat baik bukan niat jahat ?” pikir Marsha.

“Sudahlah, lagian mending aku mandi habis itu makan” ucap Marsha bergegas membersihkan diri.

*

*

*

*

Malam harinya, suasana di rumah orang tua Mario terlihat sangat ramai. Baby Maureen kembali menangis tidak tahu kenapa. Sebelumnya Mario sudah mengecek popok putrinya, namun popok tersebut masih kering. 

Vion yang mendengar suara bayi menangis segera berjalan ke kamar putranya. “ Rio, kenapa Iren menangis ?”.

“Rio nggak tahu,bu. Iren tiba-tiba menangis, Rio takut Iren kesulitan bernafas karena menangis,”. Ucap Mario sendu dan khawatir.

“ Coba biar ibu yang nenangin. Sana, kamu salinin kerjaan ibu.”

“Ibu masak ??” Vion mengangguk. Mario yang juga bisa memasak segera ke dapur. Disana ternyata ada ayahnya yang baru kembali dari memancing.

“Ayah ? Banyak dapatnya ?” tanya Mario mendongak ember hitam kecil di tangan ayahnya.

“Lumayan nih,” kata Narel. “Eh, putrimu kenapa menangis ? Kenapa kamu tidak mendatanginya ??” tanya Narel panik. Dia pikir putranya itu membiarkan sang cucu menangis. Namun mendengar perkataan Mario membuat Narel mengusap dadanya.

“Sudahlah, ayah mau mandi dulu. “ Narel segera masuk ke dalam kamar mandi. Ember berisi ikan hasil mancing di kolam ujung diletakan di dekat tabung gas melon.

Rumah sederhana itu, terlihat sangat rapi karena Vion tak suka rumahnya berantakan. Ketika putra mereka membawa istrinya, sering kali Vion mengomel hanya karena Dea yang selalu menumpukkan barang kotor dan tidak pernah mau mencuci bekas miliknya yang makan paling lama. 

Ditambah lagi, Dea tipikal orang yang malas terjun ke dunia permasakan. Dia selalu menolak disuruh masak apa lagi memotong sayur. 

“Punya menantu pemalas. Apa kamu tidak pernah diajarkan untuk melakukan hal pekerjaan rumah ?” sentak Vion saat itu. Dia amat sangat kesal mendengar jawaban Dea yang mengatakan, “ Disini aku hanya tamu bukan pembantu. Walaupun aku istrinya, putramu. Tetap saja aku tidak mau menyentuh barang kotor yang menjijikan !”.

“Minimal kalau kamu sendiri kotor harusnya tau diri, jangan malah nggak tahu diri. Dasar wanita pemalas. Cuma tau uang dan uang !”.

“ Sewot banget ! Dahlah malas, sekalian ya bu pakaianku dicuci juga. Aku mau tidur, bye !”.

Perdebatan itu masih jelas di ingatan Narel. Dia yang kala itu sedang menyetor alam mendengar semua pembicaraan istri dan menantunya. Menantu ? Ya, Narel terpaksa. Dia juga tidak menyukai sifat Dea.

Di kamar Mario, terlihat Barra sedang memantau Maureen minum asi. Tadi dia disuruh mama nya untuk memberikan satu botol asi dan tiga plastik khusus penyimpanan asi kepada Vion. Ternyata di rumah Rea tengah memompa asinya. Dia tidak bisa ke rumah karena suaminya yang merasa tidak enak badan maka dari itu dia meminta putranya untuk mengantarkan asi miliknya.

“Dedek na haus ya ? Maafin abang Balla ya, tadi ngantal na ke lamaan, coalna lewat camping lumah gelap cekali. Bang Balla takut,”.

“Nda papa abang, dedek cudah minum cucuna kok !” balas Vion menirukan suara anak-anak.

“Loh, Barra ??” Vion dan Barra menoleh. Keduanya melihat Narel yang sudah terlihat segar.

“Kakek, balu mandi ?” tanya Barra mengerjapkan kedua matanya.

“Iya, habis mandi..”

“Segel ya, kek ?”. Narel mengangguk sambil menggosok kepalanya dengan handuk kecil.

“ Barra, sudah jam delapan. Biar kakek antar kamu ke rumah ya,” Barra mengangguk. Dia menatap Maureen sebentar.

“Dedek, bang Balla balik dulu ya. Besok abang ajak dedek main. Dedek janan nanis lagi ya,”.

“ Nenek ! Balla pulang dulu, ya !” pamit Barra sebelum akhirnya dia menghampiri Narel untuk diantarkan pulang.

“Cepatlah tumbuh besar, ya sayangnya nenek. Biar bisa main sama abang Barra..”

...***...

Langsung 3 ya, semoga aman ceritanya😌🤗

1
♬☆❃.✮:▹alina◃:✮.❃♬☆
Semangat Kak Author ❤
A R
hedehhhhh
Heni Mulyani
lanjut
Della
Yuhu gess.. bentar lagi bakal masuk ke konflik semoga nyambung ya 😌.. jgn lupa bantu like dan komen..🤗♥︎
♬☆❃.✮:▹alina◃:✮.❃♬☆
Semangat Kak Author ❤
Heni Mulyani
lanjut
A R
🤣🤣🤣
A R
🤣🤣🤣🤣
Della
jangan lupa like dan komen ya teman-teman🤗👐
A R
bisa aee dedek ilenn 🤣🤣🤣😉
Heni Mulyani
lanjut author
Heni Mulyani
lanjut
A R
aduhh nenek ngmg tutup pabrik segala 🤣🤣🤣🤣
A R
mau sedih tp ga jd 😭😭😭😭😭😭
louis
kok ya jadi nenek tledor ditinggal sendirian anak kecil. untung ada Marsha.
DISTYA ANGGRA MELANI
Kok percya aja sih sang opo gak diselidiki dulu...
Heni Mulyani
lanjut
LISA
Ceritanya bagus bangett nih
LISA
Makin seru nih
LISA
Aman Kak..bagus jg ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!