"Kamu akan menyesalinya, Aletta. Aku akan memastikannya." Delvan mengancam dengan raut wajahnya yang marah pada seorang wanita yang telah menabrak mobilnya.
Azada Delvan Emerson adalah pengusaha yang paling ditakuti, tidak hanya di negaranya tetapi juga di luar negeri, karena sifatnya yang arogan dan kejam. Dia bukan orang yang mudah memaafkan atau melupakan.
Sementara itu, Aletta Gabrelia Anandra merupakan putri kedua dari keluarga Anandra yang baru saja menabrak mobil Delvan dan menolak untuk tunduk di hadapan Azada Delvan Emerson yang menantangnya untuk melakukan hal terburuk.
Akankah Delvan berhasil membuat Aletta bertekuk lutut terutama sekarang, karena ia harus menikah dengannya atau akankah Aletta berhasil melawan suaminya terutama ketika ia mengetahui bahwa dia adalah kekasih dari musuh bebuyutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8.
Aletta merasa ingin membunuh orang yang telah mengganggu apa yang akan terjadi antara dirinya dan Delvan saat ini.
Tidak bisakah orang itu menunggu beberapa menit lagi sebelum menelepon Delvan?
Itulah pikiran-pikiran yang terlintas dalam benak Aletta sebelum ia sadar dan ingat bahwa dirinya tidak seharusnya dekat dengan pria mana pun, terutama dengan Azada Delvan Emerson.
Tetapi apa boleh buat, pria itu mampu membuatnya kehilangan akal sehatnya hanya dengan sentuhannya.
Delvan merasa sangat canggung setelah apa yang terjadi.
Ruangan itu tiba-tiba menjadi sempit dan sesak dan yang ia inginkan hanyalah keluar dari sana.
Delvan tidak ingin pergi secara tiba-tiba seperti itu karena akan membuat keadaan makin canggung dan Aletta mungkin mulai berpikir bahwa wanita itu telah membuat pikirannya gila hanya karena setelah mendekatinya.
Dering ponsel Delvan berhenti berdering dan pria itu mengeluarkan ponselnya dari saku celananya untuk melihat siapa yang telah mengganggu apa yang akan terjadi.
Delvan berterima kasih kepada siapa pun yang meneleponnya karena mereka telah menghentikannya dari membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya. Ia membenci wanita di depannya ini dan hal ini akan menjadi hal bodoh terakhir yang ia lakukan ketika berada di dekat wanita itu.
Delvan memeriksa nama kontak si penelepon dan melihat bahwa Jessica-lah yang menghubunginya.
Delvan kemudian teringat ketika bagaimana dirinya membentak Jessica di pesta saat kekasihnya itu menyela pembicaraan yang terjadi di antara dirinya dan Aletta. Ini adalah kedua kalinya Jessica menyela pembicaraan mereka!
"Ahem." Delvan berdehem sembari berusaha meredakan ketegangan yang menumpuk. "Aku harus pergi sekarang karena ada hal penting yang harus aku urus. Aku akan menunggu jawabanmu, Nona Aletta. Selamat malam." Kata Delvan dengan cepat dan tanpa menunggu tanggapan Aletta, ia segera meninggalkan kamar wanita itu dan keluar dari rumahnya.
Delvan menghela napas lega saat akhirnya masuk ke dalam mobilnya. Ia akan bisa berpikir jernih sekarang karena ia sendirian.
'Kamu hampir menciumnya, Delvan !.' Teriak Delvan dalam hati karena takut saat mengingat betapa dekatnya bibir mereka tadi. Ia bahkan bisa merasakan napas wanita itu menyentuh kulitnya.
'Tidak! Kamu hanya ingin membuktikan padanya bahwa dia tidak kebal pada pesonamu dan tidak ada yang lebih dari itu!.' Delvan bergumam pada dirinya sendiri.
Setelah mengucapkan hal ini kepada dirinya sendiri beberapa kali, Delvan merasa jauh lebih baik dan tenang. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Aletta bukan tipenya dan tidak akan pernah menjadi tipe idamannya. Jadi, pertanyaannya apakah dia tertarik adalah hal yang mustahil?
Delvan menyalakan mobilnya dan melaju keluar dari rumah besar itu. Ia melupakan tentang Aletta begitu saja ketika ia ingat bahwa dirinya masih harus mengurus Jessica dan itu saja sudah cukup untuk membuatnya melupakan semua hal lainnya.
Jessica sangat pemarah, itulah sebabnya Delvan selalu berusaha untuk tidak membuatnya marah. Namun, hari ini Delvan telah membuatnya marah dan itu semua salah Aletta!
Wanita itu tidak lebih dari sekadar beban masalah. Sejak dia hadir dalam hidup Delvan, Aletta tidak melakukan apa pun selain membuat hidupnya semakin terasa sulit.
Ayahnya sendiri siap memutuskan semua hubungan dengannya karena Aletta!
Delvan merasakan darahnya mendidih saat memikirkannya. Ia bertanya-tanya apa yang istimewa dari wanita itu sehingga membuat semua orang memujanya dan bersujud di kakinya.
"Secepatnya Aletta! Aku akan menghancurkan mu sampai kamu tidak akan bisa berdiri tegak lagi." Delvan sudah siap dengan rencana untuk menghancurkan Aletta.
Yang harus ia lakukan adalah membuat Aletta menyetujui pernikahan itu, dan ini akan menjadi awal dari kehancurannya...
****
Sementara itu, Aletta berjalan masuk kedalam kamarnya dan menguncinya setelah Delvan meninggalkan kamarnya. Ia lalu berbaring di atas tempat tidurnya, mencoba untuk tidur tetapi tidak bisa karena pikirannya membuatnya tetap terjaga.
Banyak hal yang terjadi sepanjang malam. Ia bertemu dengan calon suaminya yang dikontrak dan hampir pria itu hampir menciumnya.
Lalu, Alexander mengumumkan kepada dunia bahwa ia adalah calon menantunya yang kemudian menjebaknya dan kemudian, momen intim antara ia dan Delvan.
Apakah Delvan juga merasakan hal yang sama dengan Aletta?
Aletta tahu bahwa Delvan mendekatinya hanya untuk menggodanya dan membuktikan kalau dia punya pengaruh padanya dan itu terbukti berhasil! Namun, Aletta tidak khawatir tentang apa yang akan dipikirkan Delvan tentangnya sekarang.
Yang ingin Aletta ketahui hanyalah apakah Delvan bisa merasakan sensasi geli yang sama seperti yang dirinya rasakan saat mereka berdekatan.
Mungkin Delvan juga merasakan hal yang sama dengannya dan mungkin itulah alasan pria itu datang ke sini dengan sebuah penawaran atau mungkin juga tidak? Apakah Delvan mempunyai motif yang lain karena dia setuju untuk menikahi Aletta?
Aletta merasa sangat bingung dan tidak ada seorang pun yang bisa diajaknya bicara karena ia tidak punya teman. Aletta tidak ingin mengganggu Alexia karena kakak iparnya itu sudah punya banyak hal yang harus diselesaikan.
Pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan bahan tertawaan, apalagi diubah menjadi kontrak.
Namun, keluarganya akan sangat menderita jika ia menolak menikah dengan Delvan dan meskipun dia tahu Kakaknya— Leo akan mendukung keputusannya bahkan jika itu akan memengaruhinya, Aletta tidak ingin mengambil keuntungan dari dia.
Usia Leo sepuluh tahun lebih tua dari Aletta, tetapi Leo sudah seperti ayah baginya. Kakaknya telah merawat Aletta sejak dia masih bayi dan telah memberikan semua yang diinginkannya.
Akan menjadi sesuatu yang egois jika dia menimbulkan masalah bagi kakaknya dengan menolak pernikahan itu.
Meskipun Aletta tahu bahwa Leo lebih dari mampu menangani apa pun yang akan terjadi, Aletta tetap merasa bersalah karena telah membuat Leo mengalami banyak hal.
Namun, Aletta akan mengorbankan kebahagiaan dan kebebasannya jika dia menerima pernikahan itu.
Meskipun, Delvan berkata dia tidak akan memaksanya melakukan tugas sebagai seorang istri, bukankah Aletta tetap harus melakukan beberapa tugas entah dia suka atau tidak.
"Ahhh." Gerutu wanita itu merasa frustrasi. Semakin ia memikirkan masalah ini, semakin ia merasa bingung.
Aletta beranjak dari tempat tidurnya dan meminum beberapa pil tidur. Ia akan menghadapi hari yang panjang besok dan ia perlu tidur yang cukup.
Setelah selesai, Aletta naik kembali ke tempat tidurnya dan mencoba menenangkan pikirannya. Obat tidur mulai bekerja dan matanya terasa berat. Aletta memejamkan matanya dan langsung tertidur.
***
Sementara itu, Delvan telah tiba di rumah Jessica setelah tengah malam. Delvan tahu dirinya tidak akan bisa tidur jika belum menenangkan Jessica. Ia turun dari mobilnya dan menuju ke rumah besar itu.
"Apakah Jessica sudah tidur?." Tanyanya kepada pelayan yang membukakan pintu untuk Delvan.
Pelayan itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Tuan. Nona masih terjaga." Delvan tidak mengatakan apa pun kepada pelayan itu dan langsung berjalan menuju tangga.
"Tuan." Tiba-tiba pelayan lain memanggil, membuat Delvan berhenti dan berbalik menghadapnya, ia dapat melihat wajah pelayan itu yang pucat dan berkeringat di dahinya.
"Ada apa?!" tanyanya tajam.
Pelayan itu mulai mengutak-atik gaunnya sembari menunduk karena tidak ingin menatap mata Delvan. Pelayan itu takut pada Delvan seperti orang lain.
"Cepat katakan!." Kata Delvan menuntut. Dia mulai kesal karena pelayan itu membuang-buang waktunya.
"Y-baiklah Tuan, Nona telah memerintahkan saya untuk tidak membiarkan Anda menemuinya, nona sedang tidak ingin di ganggu siapa pun." Kata pelayan dengan suaranya yang rendah.
Delvan mengernyitkan dahinya. "Kalau kau tidak ingin aku menghancurkanmu dan keluargamu, kusarankan kau jangan mencoba menghentikanku!" Ancamnya.
"Maaf, Tuan." Kata pelayan itu. Meski dia takut pada Jessica, nyatanya Delvan jauh lebih menakutkan.
Siapa pun yang masih waras pasti tahu lebih baik daripada menyinggung seorang Azada Delvan Emerson.
Pria itu telah menghancurkan banyak keluarga berkuasa yang menentangnya, sementara wanita itu hanyalah seorang pelayan
Pelayan itu membungkuk dan kembali ke dapur.
Delvan mengambil waktu sejenak untuk menenangkan diri sebelum akhirnya menuju kamar Jessica.
Ia sampai di kamar Jessica dan melihat pintunya tidak terkunci. Ia membukanya pelan-pelan dan mengintip ke dalam. Ia melihat Jessica sedang duduk di atas tempat tidurnya sembari menatap layar ponselnya.
Jessica begitu asyik dengan apa yang ditontonnya hingga tidak menyadari bahwa Delvan kini sedang berdiri di kamarnya.
"Ehem." Delvan berdeham agar Jessica mengetahui kehadirannya.
Jessica yang tidak menyangka akan melihat Delvan berdiri di kamarnya, terlonjak kaget.
"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu takut." Kata Delvan dengan suara rendah.
"Apa yang kamu lakukan di sini?!." Tanya Jessica terdengar marah.
"Aku di sini untuk minta maaf atas perlakuanku padamu di pesta. Aku minta maaf." Delvan berjalan mendekati tempat tidur Jessica. "Aku benar-benar minta maaf." Katanya lagi dengan lembut.
Sementara itu diam-diam Jessica menyeringai dalam hati saat melihat Delvan tampak begitu menyedihkan saat meminta maaf padanya. Ia merasa sangat gembira melihat Delvan kembali menjadi dirinya yang normal.
Semua orang mengenal Delvan sebagai pria yang dingin dan tanpa emosi, tetapi Jessica mengenalnya sebagai pria yang emosional dan bodoh.
Setiap kali Delvan ada di dekatnya, pria itu akan menunjukkan sisi rapuhnya. Hal itu membuat Jessica merasa istimewa karena dia bisa menggenggam tangan pria itu erat-erat.
"Oh, jadi sekarang kamu minta maaf setelah kamu membentak ku?." Tanya Jessica terdengar sinis. "Kamu tidak akan terpikirkan untuk datang ke sini kalau aku tidak menelpon Delvan!." Jessica benar-benar kesal dengan Delvan dan ia tidak akan memaafkan Delvan begitu saja.
Delvan juga sama sekali tidak menghiraukan kehadiran Jessica di pesta itu. Hingga Jessica memilih untuk meninggalkan pesta itu tanpa berpamitan pada Delvan untuk menunjukkan pada pria itu bahwa ia sedang marah, tetapi Delvan tampaknya tidak peduli.
Jessica telah menunggu Delvan untuk menghubunginya sehingga ia nanti bisa mengabaikan Delvan, tetapi pria itu bahkan tidak meneleponnya, bahkan sekali pun untuk meminta maaf.
Karena Jessica bosan menunggu, ia memilih untuk mendahului menelepon Delvan, tetapi Delvan tidak menjawab panggilan telepon darinya. Hal ini tentu saja membuat Jessica semakin marah.
Mengapa Delvan tidak mengangkat teleponnya?
"Aku sedang sibuk dengan sesuatu. Jadi, aku tidak mendengar panggilan itu karena ponsel ku sedang dalam mode senyap." Kata Delvan berbohong.
Delvan tidak suka berbohong kepada Jessica, tetapi ia tahu bahwa Jessica tidak akan memaafkannya jika wanita itu tahu bahwa dirinya tadi sedang bersama Aletta ketika Jessica meneleponnya.
Saat Delvan memikirkan Aletta, pikirannya kembali ke momen menegangkan mereka. 'Tidak!' kata Delvan dalam hati.
Ia sedang bersama Jessica dan seharusnya tidak memikirkan wanita itu.
"Jadi, kamu terlalu sibuk untukku?." Tanya Jessica merasa tersinggung.
Delvan tidak pernah terlalu sibuk untuknya, tetapi apa yang terjadi hari ini? Jessica yakin bahwa Aletta ada hubungannya dengan ini.
"Tidak, bukan seperti itu." Delvan berhenti sejenak dan mendesah. "Dengar, aku minta maaf atas tindakanku." Ia meraih pinggang Jessica dan menariknya mendekat, lalu mencium lehernya.
"Lepaskan aku, Delvan." Kata Jessica sembari berusaha melepaskan diri dari pelukan pria itu.
Namun, sebenarnya Jessica menikmati perlakuan Delvan, membuat pria itu tersenyum saat menyadarinya. "Aku mencintaimu." Bisiknya dan mencium kening Jessica.
Jessica tersenyum dan berhenti meronta. Semua kekhawatirannya lenyap saat mendengar kata-kata itu. Kekhawatirannya selama ini tidak ada gunanya.
Tidak mungkin Delvan akan jatuh cinta pada Aletta. Karena Jessica tahu bahwa Delvan terlalu mencintainya.
Delvan hanya mendekati Aletta untuk membuatnya setuju dengan pernikahan ini.
"Delvan." Panggil Jessica dengan lembut.
"Ya, Sayang." Jawab Delvan.
"Kamu tahu apa yang dilakukan wanita itu di pesta?." Tanya Jessica.
Meskipun ia tahu bahwa Delvan adalah miliknya dan tidak akan jatuh cinta pada Aletta, hal itu tidak menghentikannya dari rasa khawatir.
Jessica tidak mempercayai wanita itu, oleh karena itu ia perlu memastikan bahwa Aletta tidak akan pernah merasakan cinta dalam Delvan.
"Apa yang dia lakukan?." Tanya Delvan, senyum di bibirnya memudar saat mendengar pertanyaan Jessica.
"Dia membuat Vian mengancamku." Rengek Jessica.
"Apa maksudmu?." Tanya Delvan dengan raut wajah cemberut.
Dengan gerutuan, Jessica menceritakan pada Delvan apa yang Vian katakan padanya dengan sengaja tanpa menyebutkan bagian di mana ketika Vian menghinanya sehingga Jessica sengaja menggambarkannya dalam pandangan yang buruk.
"Wanita itu sudah berhasil menipu adikmu agar menyukainya. Hubungan kita tidak kuat sejak awal dan sekarang dia menciptakan masalah di antara kita." Kata Jessica dengan kesal.
"Jangan khawatir, aku akan segera mengurusnya!." Kata Delvan dengan nada dingin. Ia akan membuat Vian membayar penghinaannya terhadap Jessica. Ia telah berusaha membuat Vian mau menerima Jessica sebagai Kakak iparnya , tetapi dia tetap teguh pada tekadnya untuk tidak menganggap Jessica.
Lalu kedatangan Aletta hanya akan membuat segalanya semakin sulit.
Jessica tersenyum jahat pada dirinya sendiri. Delvan telah mengambil umpan itu seperti yang diinginkannya. 'Tunggu saja dan lihat Aletta! aku akan menghancurkan mu..."