tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulanglah Nak.
Dian dan Cica sudah berada di apartemen Zana. Ketiga sahabat itu saling bertangis haru.
"kamu disini dulu ya Yan, Ca, terserah berapa lama kalian mau, bebas disini, sambil menunggu panggilan pekerjaan. " ucap Zana. Begitu prihatin Zana melihat keadaan Dian. Dari zaman sekolah dulu, mereka berdua ada dalam kisah hidup yang menyakitkan beda versi.
"untuk sementara waktu kalian mau gak part time di sebuah panti sosial manula Yan? Ca? "
Mata Dian berbinar, Cica juga.
"mau Na, aku mau. "
Mereka berdua sangat menyukai nenek dan kakek, terlebih Dian, yang dibesarkan oleh nek Ijah.
"baiklah, besok kita kesana ya, sekarang kalian istirahat dulu, kalian aman disini, kan kita sudah lapor. "
Dian dan Cica mengangguk.
Nun dikota J.
Dika menatap berkas berkas yang seharusnya sudah ditanda tangani oleh Dian.
"kenapa kamu harus pergi dek? Kenapa kamu tidak memberi kesempatan pada ayah untuk memperbaiki semua. Ayah dan mama begitu terpukul dek, mereka begitu menyayangi kamu. " gumam Dika. Wajahnya begitu sedih. Berpuluh perusahaan yang dimiliki sang ayah, semuanya berjalan lancar, tapi Dika tahu, ada kekosongan di hati sang ayah.
Tok!
Tok!
Pintu ruang kerjanya diketuk.
"masuk! " seru Dika.
Wajah tampan Putra nongol.
"aku ganggu gak? " tanya Putra.
Dika menggeleng, lalu menghempaskan tubuh disamping Putra.
"apa yang terjadi sebenarnya Dik? " tanya Putra.
Dika menghela nafas.
"zaman kuliah, di awal awal, aku pernah cerita, kalau aku punya adek lain ibu gak Put? " Dika balik tanya.
"iya pernah, yang sampai saat itu dan saat ini belum diketemukan oleh kalian, dan kalian masih mencarinya. " jawab Putra.
"iya Put. "
"terus bagaimana sekarang? Sudah ada perkembangannya? "
Dika menyandarkan kepala ke sandaran kursi.
"Yudisti Diandra Putri, anak dari Yudistira dan Diana. " gumam Dika.
Putra kaget.
"haaahh???? Dian? Dian staff kita? Dika? Beneran Dian? " Putra bertanya berulang ulang.
"iya Put, adek yang aku dan mbak Yucia cari, yang membuat ayah dan mama merasa terbebani dosa selama ini, ternyata sudah di depan mata, dan sekarang hilang lagi. " kata Dika mengusap wajah.
Putra masih terlihat shock. Pantesan mata, hidung Dian begitu familiar di mata Putra.
"Yudisti Diandra Putri, ada nama ayah disana. "
Dika mengangguk.
"kami sudah mau melakukan pengalihan perusahaan ini dan beberapa yang lainnya pada Dian, kapan dia mengurus paspor segala macamnya ya? " tanya Dika. Putra seperti memikirkan sesuatu.
"Dian pernah izin sehari minggu lalu, mungkin dihari itu mengurus semuanya. Dan merencanakan kepergiannya sudah lama, pasti ada yang dituju sama Dian di Turki. " jawab Putra. Dika mengangguk. Lalu menatap mata Putra.
"kamu menyukai adekku ya Put? " tebak Dika telak. Putra mengangguk, tak ada yang perlu di tutupi, mereka adalah pria pria dewasa yang matang dan siap untuk menikah.
"pertama menatap mata mu di mata Dian, aku langsung jatuh hati Dik, makanya aku sering bilang kalau mata dan hidung Dian sangat aku kenal, cuma aku gak ngeh, ternyata benar, sangat familiar. Mata ayahmu diwariskan pada Dian. Dan aku menyukainya. " jawab Putra to the poin
"bantu aku mencari Dian ya Put, tolong bawa dia kembali, kami tak meminta banyak, dia pulang, terima semua haknya, dan kami tak akan mengganggunya lagi. " ucap Dika pedih. Putra mengangguk tegas.
"baiklah, kita cari bersama sama. " balas Putra, menepuk bahu sahabatnya itu. Putra pun kembali ke ruangannya.
"kenapa kamu harus pergi Yan? " tanya Putra, sambil mengusap foto Dian, yang diam diam di ambil oleh Putra di hpnya.
Beberapa hari berlalu.
Dian sudah mulai bekerja di sebuah panti sosial, bahasa Inggrisnya yang lancar, membuat pengurus panti menyukainya.
Setelah seminggu, Dian dan Cica pun mulai mengurus izin tinggal untuk bekerja mereka di sana, menyiapkan banyak berkas. Dan lagi kemampuan berbahasa asing, sangat membantu mereka mengurus semua.
Dian dan Cica tinggal di mess panti itu.
Zana sedih.
"kenapa mesti di mess sih? Kalian berdua, aku sendiri. " keluh Zana.
"sayang, di apartemen kamu pun kita jarang ketemu. " jawab Cica. Zana dan Dian tertawa.
"iya juga sih, ya deh, tapi janji ya, setiap akhir pekan, kita gantian tidurnya ya. "
"oke! " jawab Dian dan Cica bersamaan. Ketiga sahabat itu berpelukan.
Melati menghubungi adek kandungnya, yang tinggal di suatu daerah yang ada di Turki. Meski Melati tahu, mencari 1 orang, di negara yang luas itu, tentu sulit, tapi Melani sang adek, mengatakan akan berusaha. Melati pun mengirim sebuah Foto Dian.
"pulanglah nak, ada hal besar yang perlu kamu ketahui. " gumam Melati.
Matanya menerawang hampa.
Melani menatap foto Dian yang dikirim oleh sang kakak.
"mirip banget sama mas Yudi, sama sama Dika juga, sudah DNA ini mah, tidak perlu di tes tes lagi. " gumam Melani.
Andra sang suami mendekat.
"kenapa sayang? "
"anaknya mas Yudi dengan mbak Diana sayang. " jawab Melani, sambil memperlihatkan foto Dian.
Andra menatap lekat lekat.
"ini benar benar mas Yudi dan Dika versi cewek sayang. Terus bagaimana? " tanya Andra.
"katanya kemaren sudah bertemu, bahkan sudah di depan mata, tapi mendadak anak itu pergi, ke Turki ini. " jawab Melani.
"haaah! Kesini? "
"iya sayang, mbak Mel meminta tolong cari gitu, cuma sebisa kita saja, dia tahu kalau kamu kerja dan aku jualan. " jawab Melani. Andra adalah seorang polisi yang bertugas di daerah tempat mereka tinggal. Sedangkan Melani membuka usaha restoran Indonesia dan lumayan sukses juga.
"nantilah aku bantu cari ya sayang, tolong kirim fotonya ke aku, gak perlu kita sebar foto kan? " tanya Andra.
Melani tertawa, lalu menggeleng.
"gak usah mas, kalau Dian tahu, pasti kabur lagi dia, o iya, namanya Yudisti Diandra Putri. "
Andra mengangguk, lalu menyimpan foto dan nama Dian di hpnya.
Semoga ada titik terangnya.
Aamiin.
sepusing2nya mereka mencari plngan pake orang suruhan😂