Update Sebulan Sekali (Opsional)
Local Galactic Group, dimensi yang menjadi ajang panggung pertarungan para dewa dalam siklus pengulangan abadi. Noah, Raja Iblis pertama harus menghadapi rivalitas abadinya, Arata, Dewa Kegilaan akan tetapi ia perlahan menemukan dirinya terjebak dalam kepingan-kepingan ingatan yang hilang bagaikan serpihan kaca. The LN dewa pembangkang yang telah terusir dari hierarki dewa. Mendapatkan kekuatan [Exchange the Dead] setelah mengalahkan dewa Absurd, memperoleh kitab ilahi Geyna sebagai sumber kekuatan utama.'Exchange the Dead' kemampuan untuk menukar eksistensi dan mencabut jiwa sesuka hati, mampu menukar kematian ribuan kali, menjadikannya praktis tak terkalahkan menguasai kitab ilahi Dathlem sebagai sumber kekuatan tambahan menciptakan makhluk-makhluk rendah dengan satu bakat sihir sebagai perpanjangan kekuasaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Leluhur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Castle Surgawi: Pertahanan Terakhir Para Kandidat Noah
Setelah kehancuran Eganzov, Arata membuka transfer gate melangkahkan kakinya memasuki dimensi Castle milik Adik Noah Dewi Exiriazurna Lera — selanjutnya menjadi target kehancuran demi kepentingan Arata. Udara di sekelilingnya seketika berubah, dari aroma kematian dan kehancuran menjadi wangi bunga-bunga surgawi yang belum pernah ia temui sebelumnya.
Langit di atas Castle berwarna keemasan dengan semburat merah muda lembut, dihiasi awan-awan yang bergerak membentuk pola-pola sakral kuno. Kristal-kristal melayang di udara, memantulkan cahaya dalam spektrum warna yang tak terhitung, menciptakan aurora abadi yang menari-nari di atmosfer Castle.
Di hadapannya, sebuah istana megah menjulang tinggi menembus awan. Dindingnya terbuat dari material yang tampak seperti perpaduan kristal dan cahaya yang membeku, berkilau dalam gradasi biru safir dan putih mutiara. Menara-menaranya yang ramping dan elegan dihiasi ukiran-ukiran bunga yang rumit terukir dengan tinta emas yang berpendar.
Taman-taman melayang di berbagai ketinggian, terhubung oleh jembatan-jembatan cahaya yang muncul dan menghilang sesuai kehendak. Di taman-taman tersebut, bunga-bunga dimensi tinggi bermekaran - beberapa memancarkan musik merdu saat kelopaknya bergerak, yang lain mengeluarkan butiran cahaya yang menari di udara seperti kunang-kunang surgawi.
Air terjun cahaya mengalir dari sisi-sisi Castle, tidak jatuh ke bawah melainkan mengalir ke atas, membentuk spiral-spiral indah sebelum menghilang ke dalam portal-portal dimensi kecil yang bertebaran di udara. Setiap tetesnya mengandung energi kehidupan murni yang membuat udara di sekitarnya bergetar dengan harmoni.
Arata merasakan energi sakral yang begitu murni mengalir di setiap sudut Castle. Berbeda dengan kekuatan-kekuatan divine yang selama ini ia temui, energi di Castle ini terasa... hidup. Seolah setiap molekul udaranya memiliki kesadaran sendiri, bernapas dalam harmoni sempurna dengan eksistensi di sekelilingnya.
Makhluk-makhluk ethereal melayang dengan anggun di sekitarnya - para penjaga Castle yang terbuat dari cahaya murni, bergerak dalam formasi-formasi yang membentuk pola mandala yang rumit di udara. Mereka menunjukkan tanda-tanda permusuhan pada Arata, seolah mengenali bahwa ia datang untuk melakukan hal buruk.
Di kejauhan, Arata bisa melihat perpustakaan raksasa yang melayang bebas di udara, dengan rak-rak buku yang bergerak dan menyusun ulang dirinya sendiri, menyimpan pengetahuan kuno dari berbagai dimensi. Gulungan-gulungan perkamen tua melayang dengan sendirinya, huruf-huruf kuno berpendar dan menari di udara seperti konstelasi yang hidup.
Setiap langkah Arata di tanah Castle menciptakan riak-riak energi yang menyebar seperti gelombang cahaya, seolah dimensi ini sendiri merespons dan berinteraksi dengan kehadirannya. Udara di sekelilingnya dipenuhi aroma manis yang tak bisa ia definisikan - mungkin ini aroma keabadian itu sendiri.
Di tengah semua keajaiban itu, Arata merasakan sesuatu yang lebih dalam - sebuah kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Castle ini bukan sekadar tempat tinggal seorang dewi - ini adalah manifestasi sempurna dari harmoni multiverse, sebuah bukti bahwa di antara kekacauan tak terhingga dimensi-dimensi yang ada, masih ada tempat di mana keindahan absolut bisa eksis dalam bentuknya yang paling murni.
Di tengah keindahan surgawi Castle yang memukau, udara tiba-tiba bergetar. Arata merasakan perubahan tekanan energi yang drastis, seolah dimensi itu sendiri sedang memperingatkan akan kedatangan sesuatu yang maha dahsyat. Dari empat penjuru mata angin, muncul portal-portal energi yang memancarkan aura berbeda-beda.
Dari arah utara, hembusan angin dingin membekukan udara sekitar. Sosok Guyvere muncul dengan kepakan sayap es megahnya yang membentang hampir 20 meter. Mata birunya sedingin es abadi menatap tajam ke arah Arata, sementara kristal-kristal es terbentuk di udara di sekelilingnya, menciptakan aurora kutub yang mematikan.
Dari selatan, tanah Castle bergetar saat Riguar Noin melangkah keluar dari portal apinya — dia tidak diizinkan untuk menginjakkan kaki akibatnya Setiap langkah meninggalkan jejak api abadi yang tak akan pernah padam.. Tato-tato kuno di tubuh berototnya berpendar merah membara, seolah ada magma yang mengalir di bawah kulitnya.
Kegelapan pekat menguar dari timur saat Deadrick muncul dalam armor hitam legamnya. Mata merahnya menyala seperti bara di balik helm yang menutupi wajahnya. Kegelapan di sekelilingnya seolah hidup, bergerak-gerak seperti tentakel yang siap mencabik apa pun yang mendekat.
Dari barat, ruang dan waktu seolah terdistorsi saat Ghusya melangkah dengan anggun. Tidak ada ciri fisik yang menonjol darinya, tapi setiap gerakannya seolah mengubah alur takdir di sekelilingnya. Benang-benang takdir yang tak kasat mata berputar di sekelilingnya seperti jaring laba-laba cosmic.
"Jadi ini dia sang penghancur dimensi," Guyvere bersuara pertama, suaranya bergema seperti angin badai kutub. "Yang telah menghancurkan Eganzov tanpa rasa belas kasihan."
Riguar mengambil langkah maju, tato-tato di tubuhnya berdenyut merah membara. "Kau pikir Castle akan menjadi korban berikutnya? Tempat suci ini dilindungi oleh sumpah kami sebagai kandidat Noah."
"Kami telah melihat kehancuran yang kau bawa," Deadrick menambahkan, suaranya dalam dan gelap seperti jurang tak berdasar. "Tapi takdir Castle tidak akan berakhir di tanganmu."
Ghusya hanya tersenyum tipis, tapi senyuman itu mengandung sejuta makna. "Menarik sekali melihat benang takdirmu yang kusut, Arata. Begitu banyak kemungkinan, begitu banyak jalur... tapi tidak ada satu pun yang akan kubiarkan mengarah pada kehancuran Castle."
"oh," desis Arata.
Arata merasakan tekanan energi yang luar biasa dari keempat kandidat Noah ini. Berbeda dengan lawan-lawan sebelumnya, mereka memiliki aura yang setara dengan para dewa tertinggi. Keempat elemen yang mereka kuasai - es, api, kegelapan, dan takdir - menciptakan harmoni yang mematikan.
"Dari mana kalian mendapat informasi bahwa aku membunuh Eganzov?" Tanya Arata.
"Lebih baik kau mendongak lebih dalam untuk melihat kami," kata Arbiyu memunculkan dirinya, dalam cahaya kemerahan. Sesosok tinggi dengan rambut hitam sang pendekar.
"Yaampun orang yang bermasalah, harus ditumpas sejak lama kami telah mengawasimu." Zenudek melanjutkan — beriringan dengan munculnya Arbiyu sosok bertudung kehitaman dengan mata berkilat kemerahan sang Pengumpul Jiwa Mati.
"Salam Kenal, kami semua enam kandidat Noah, yang diciptakan dari darah dan realitas divine Noah, kami adalah manifestasi dan realitas dari diri tuan kami." Arbiyu melakukan formalitas pada musuh.
"Castle ini," Guyvere melanjutkan, "adalah manifestasi dari keseimbangan multiverse. Tempat di mana pengetahuan dan kebijaksanaan dari ribuan dimensi tersimpan. Menghancurkannya berarti menghancurkan fondasi realitas itu sendiri."
Riguar mengangkat tangannya, dan api abadi mulai menari-nari di sekelilingnya. "Kami tidak akan membiarkanmu melangkah lebih jauh. Di sinilah perjalananmu berakhir, Arata."
Energi divine yang begitu murni mulai mengalir dari keenam kandidat Noah, berpusar dan bercampur di udara, menciptakan fenomena supernatural yang belum pernah Arata saksikan sebelumnya. Kristal-kristal melayang di Castle mulai beresonansi dengan energi mereka, menciptakan symphoni kekuatan yang memekakkan telinga.
Arata berdiri tegak, menghadapi keenam kandidat Noah dengan tekad yang tak tergoyahkan. Ia tahu pertarungan ini akan menjadi salah satu yang terberat dalam perjalanannya. Tapi tekadnya sudah bulat - Castle harus hancur, apapun penghalangnya.
"Tak kusangka kalian mengawasiku sejak lama," Arata tersenyum tipis, matanya menyapu ke arah keenam kandidat Noah yang mengepungnya. "Tapi kalian terlambat mencegahku."
Tanpa peringatan, Arata melepaskan gelombang energi destruktif yang menggetarkan fondasi Castle yang ia dapatkan setelah mengalahkan Eganzov. Kristal-kristal yang melayang di udara bergetar hebat, beberapa di antaranya retak dan hancur berkeping-keping.
Guyvere bereaksi pertama, mengepakkan sayap esnya yang raksasa. Badai kutub seketika mengamuk, menciptakan dinding es yang mengelilingi area pertempuran. "Kau tidak akan menghancurkan tempat suci ini!"
"Biar kuhabisi dia," Deadrick maju dengan kegelapan yang berputar-putar di sekelilingnya. Tentakel-tentakel kegelapan melesat ke arah Arata seperti tombak-tombak yang haus darah.
Arata menghindari serangan itu dengan gerakan yang nyaris tak terlihat mata, tubuhnya bergerak seperti bayangan. "Kalian memang kuat," ia mengakui, "tapi kekuatan kalian masih belum sempurna."
"Jangan sombong!" Arbiyu melesat dengan pedang cahayanya yang berkilau kemerahan. Setiap ayunan pedangnya membelah udara dengan presisi mematikan, menciptakan gelombang energi yang mampu memotong segala benda padat.
Zenudek bergerak dalam diam, tudung hitamnya melambai saat ia memanipulasi energi kematian di sekeliling Arata. "Jiwa-jiwa yang kau hancurkan menuntut pembalasan," desisnya.
Namun Arata tetap tenang. Dengan satu gerakan tangannya, ia menciptakan distorsi realitas yang membuat serangan-serangan itu meleset. "Kalian tidak mengerti," katanya. "Kehancuran Castle adalah bagian dari evolusi multiverse."
"Omong kosong!" Riguar mengeluarkan api abadi dari tato-tato di tubuhnya. Api itu membentuk naga-naga yang mengaum murka, menyerang Arata dari berbagai arah.
Ghusya mengamati dengan seksama, jari-jarinya menari di udara memanipulasi benang-benang takdir. "Menarik... kau memiliki tujuan yang lebih besar dari sekadar kehancuran."
Pertarungan semakin intensif. Enam kekuatan divine beradu dengan kekuatan destruktif Arata. Es dan api bertabrakan di udara menciptakan kabut tebal. Kegelapan dan cahaya saling memakan. Kematian dan kehidupan menari dalam harmoni chaos.
Castle mulai bereaksi terhadap pertarungan dahsyat ini. Taman-taman melayang bergetar hebat. Jembatan-jembatan cahaya berkedip-kedip tidak stabil. Air terjun cahaya mengalir kacau ke segala arah.
"Hentikan!" Guyvere berteriak. "Kau akan menghancurkan keseimbangan dimensi!"
Tapi Arata justru tersenyum. "Itulah tujuanku. Dari kehancuran akan lahir keseimbangan baru. Castle ini... terlalu sempurna untuk dunia yang tidak sempurna."
"Kau gila!" Arbiyu menyerang dengan kombinasi serangan pedang cahaya yang makin membabi buta.
"Mungkin," Arata mengakui, sambil menghindari serangan demi serangan. "Tapi kegilaan kadang diperlukan untuk menciptakan perubahan."
Zenudek mulai mengumpulkan energi kematian dalam jumlah masif. "Kalau begitu, biar kuhentikan dengan paksa."
Enam kandidat Noah mulai bergerak dalam formasi sempurna, mengurung Arata dalam lingkaran kekuatan divine. Energi mereka beresonansi satu sama lain, menciptakan segel kuno yang mampu menahan bahkan para dewa tertinggi.
Tapi Arata tetap tenang. Matanya memancarkan keyakinan absolut saat ia mulai mengumpulkan kekuatan destruktifnya. "Mari kita lihat... kekuatan mana yang lebih kuat. Kehancuran... atau perlindungan kalian."
Arata mengangkat tangannya ke udara, dan seketika atmosfer Castle berubah drastis. Udara yang tadinya dipenuhi wangi surgawi kini tercemari oleh aroma anyir darah dan kematian. Dari ketiadaan, Agroname muncul dalam genggaman Arata - pedang kuno yang telah merenggut nyawa seratus dewa perang.
Bilah Agroname berkilat mengerikan, merahnya sepekat darah segar dengan garis-garis hitam yang bergerak-gerak seperti urat nadi yang berdenyut. Setiap denyutan membawa gelombang energi negatif yang membuat para kandidat Noah mundur selangkah.
"Pedang pembunuh.." Ghusya berbisik, matanya melebar saat melihat benang-benang takdir di sekitar pedang itu kusut tak beraturan. "Mustahil... bagaimana kau dengan mudah mematahkan dan memutus semua tali takdir?"
Tanpa menjawab, Arata mengayunkan Agroname dalam gerakan horizontal. Gelombang energi pembunuh melesat keluar, membelah udara dan meremukkan pertahanan dimensi Castle seperti kertas basah. Beberapa taman melayang langsung hancur berkeping-keping, kristal-kristal pecah menjadi debu.
"Bersiaplah," Arata mengangkat Agroname tinggi-tinggi. "[Agil Leveth Grines]!"
Udara seketika dipenuhi pusaran energi merah pekat - lautan darah yang mengambang di udara. Pusaran itu membesar dengan cepat, menelan segala yang disentuhnya. Para makhluk ethereal yang mencoba melawan langsung lenyap tanpa sisa.
"Ini gila!" teriak Riguar, mencoba melawan dengan api abadinya. Tapi api itu padam begitu bersentuhan dengan pusaran darah Arata.
Guyvere menciptakan dinding es berlapis-lapis, tapi pusaran darah itu menembusnya seperti tidak ada apa-apa. "Sihir macam apa ini?!"
Deadrick mencoba melawan kegelapan dengan kegelapan, tapi bahkan tentakel-tentakel gelapnya hancur saat bersentuhan dengan lautan darah Arata. "Kekuatan ini... melampaui batasan divine!"
Arbiyu melesat dengan pedang cahayanya, mencoba membelah pusaran darah itu. "Tidak akan kubiarkan!" Tapi serangannya sia-sia, pedang cahayanya bahkan tidak meninggalkan bekas.
Zenudek, sang pengumpul jiwa, merasakan kengerian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. "Setiap tetes darah dalam pusaran itu... mengandung jiwa-jiwa yang tersiksa..."
Castle mulai runtuh di beberapa bagian. Perpustakaan melayang mulai jatuh, ribuan buku dan gulungan kuno berterbangan. Air terjun cahaya berubah merah, tercemari energi [Agil Leveth Grines].
"Kalian lihat?" Arata berkata dengan tenang di tengah kehancuran. "Inilah kekuatan sejati. Kekuatan yang bahkan para dewa— tidak, hanya aku yang bisa melakukan ini!"
Pusaran darah semakin membesar, menciptakan zona kematian di mana setiap makhluk yang tersentuh bergantung pada sehelai benang tipis antara hidup dan mati. Para kandidat Noah mulai terdesak, pertahanan mereka hancur satu per satu.
"Tidak... Castle tidak boleh hancur!" Ghusya mencoba memanipulasi takdir, tapi bahkan benang-benang takdir mulai putus satu per satu.
"Percuma," Arata mengayunkan Agroname sekali lagi. "Takdir pun tunduk pada kehancuran absolut."
Dimensi Castle mulai retak seperti kaca yang dipukul. Dari retakan-retakan itu, energi [Agil Leveth Grines] merembes masuk, menggerogoti fondasi dimensi seperti racun yang mematikan. Keindahan surgawi Castle perlahan berubah menjadi panorama neraka.
"Lord Noah..." Guyvere berbisik putus asa. "Maafkan kami..."
Arata berdiri di tengah kehancuran dengan Agroname terhunus, dikelilingi pusaran lautan darah yang terus membesar. Enam kandidat Noah yang perkasa kini hanya bisa menyaksikan kehancuran Castle yang mereka jaga - sebuah bukti bahwa bahkan keindahan sempurna pun tidak kebal terhadap kehancuran absolut.
apa maksudnya begini,
Mengapa Dia hanya memikirkan hiburan untuk dirinya hingga membuat kita mati mempertahankan sebuah 'nyawa'.
mungkin bagus jika kalimatnya begitu. coba dipertimbangkan.