~♡Cinta ini bukan terlalu cepat bersemayam di dada
Tidak juga terlalu cepat mematri namamu di sana
Hanya saja semesta terlambat mempertemukan kita
Sayang, rindu ini bukannya ******
yang tak tahu diri meski terlarang.
Maka ...
Jangan paksa aku melupakan
sungguh aku belum lapang~♡
"Aku tahu dan menyadari ini salah, tapi Aku tidak bisa menghentikannya, jika ini adalah takdir, bukankah hal yang sia-sia jika Aku menghindarinya, sekuat apapun Aku menghindar tetap saja Aku tidak akan pernah bisa lari dari perasaan ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wanudya dahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat keputusan
Sepulang dari Jogja untuk menemui Rangga, kemudian Kirana memutuskan untuk segera bertemu dengan Satya dan mengutarakan semua yang telah dirahasiakan dari Satya selama ini.
Dengan hati dan fikiran yang tidak menentu Kirana berusaha memberanikan diri untuk mengatakannya pada Satya dan akan menanggung semua resikonya seburuk apa pun itu.
Hari ini Kirana sengaja menemui Satya di ruang kerjanya dengan langkah yang terasa berat, meski begitu ia telah membulatkan tekadnya, hari ini ia harus menuntaskan segala beban yang telah ditanggungnya sendiri.
Kirana menarik nafas panjang dan berusaha menata hatinya sebelum akhirnya ia mengetuk pintu ruang kerja Satya.
"Assalamualaikum, Mas Satya," sapanya.
"Waalaikum salam, masuk sayang," jawab Satya yang sudah mengetahui kedatangan Kirana.
"Mas Satya lagi sibuk nggak, aku mau bicara sesuatu," katanya lirih.
"Enggak sayang aku nggak sibuk, selalu ada waktu untuk kamu, sini," jawab Satya lagi dengan senyuman di bibirnya.
"Mas ... " ucap kirana lirih seolah tidak sanggup melanjutkan kata-katanya lagi.
"Iya, ada apa, Ki, bicara saja," sahutnya.
"Sebelumnya aku minta maaf, Mas ... aku ..." kata kirana lagi, kali ini dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Melihat gelagat yang tidak biasa dari Kirana membuat Satya menjadi sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan Kirana padanya.
"Ada apa, kamu kenapa? jangan buat aku cemas," sahutnya lagi sambil meraih tangan Kirana.
"Maafkan aku, Mas," ucapnya lirih dengan mata yang mulai mengembun.
"Kamu dari tadi minta maaf sebenarnya ada apa? aku ada salah sama kamu atau apa atau kenapa?" tanya Rangga kebingungan sekaligus penasaran dengan sikap Kirana yang sedikit aneh menurutnya.
"Kita batalkan pernikahan kita, Mas," jawab Kirana lirih.
"Apa?" tanya Rangga kaget, dia menatap Kirana dalam-dalam seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Aku serius, Mas, aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita," kata Kirana dengan air mata yang mulai menetes dari kedua matanya.
"Tunggu, sebenarnya ini ada apa jujur aku nggak ngerti, aku ada salah atau apa sampai-sampai kamu tiba-tiba ingin membatalkan pernikahan kita?" tanyanya. dengan raut muka yang kebingungan.
"Mas Satya nggak salah, justru aku yang telah membuat kesalahan, maafkan aku, Mas," katanya lagi.
"Aku semakin tidak mengerti,"
"Aku ... aku mencintai orang lain, Mas, maafkan aku," jelas Kirana.
"Omong kosong apa ini, Ki, kita akan segera menikah, jadi kumohon jangan mengada-ada, biarkan tetap seperti rencana semula, aku mencintaimu dan akan berusaha memberikan yang terbaik untuk kamu hingga nantinya kamu juga bisa menerima dan mencintaiku," kata Satya mencoba memberi Kirana penjelasan.
"Tidak bisa," jawabnya lirih
"Apanya yang tidak bisa, kamu jangan bicara aneh-aneh, jangan becanda ini tidak lucu,"
"Tapi aku sedang mengandung anaknya," ucapnya lirih.
Satya seolah tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya dari Kirana barusan, tidak mungkin pikirnya, Kirana tidak mungkin hamil oleh laki-laki lain ini pasti hanya alasannya saja.
Satya mencoba untuk tidak mempercayainya.
"Kamu sedang berbohong, kan? selama ini Kita baik-baik saja, dan akan tetap baik-baik saja" katanya lagi mencoba meyakinkan.
"Enggak, Mas, aku nggak bohong, aku minta maaf aku telah mengkhianati kepercayaanmu," jawab Kirana masih dengan air mata yang menetes di pipinya.
"Aku tidak percaya ini, jangan becanda," ucapnya dengan gemetar.
"Aku serius, maafin aku, Mas, aku yang salah," jawab kirana terbata-bata.
"Siapa?" tanyanya dengan nada sedikit meninggi.
"Mas Satya untuk saat ini tidak perlu tahu, biar aku tanggung kesalahanku ini sendiri," kata Kirana lagi.
"Aku tidak percaya semua ini, ini semua pasti bohong, kan?" tanya Satya sekali lagi.
'"Maafkan aku, Mas Satya boleh marah atau melakukan apa pun kepadaku, aku tidak keberatan karena memang aku yang telah berbuat salah, tapi semua ini memang benar adanya, Mas, aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini sementara aku tengah mengandung anak dari orang lain," jelasnya penuh dengan penyesalan.
"Setelah memutuskanku apakah kemudian kamu akan menikah dengannya?" tanya Satya serius.
Kirana tidak bisa menjawab pertanyaan Satya, ia hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya, sebab ia sendiri juga tidak tahu apa yang akan dilakukannya setelah ini.
Kirana berfikir tidak mungkin ia punya kesempatan untuk menikah dengan Rangga sebab dia tahu Rangga akan segera menikah dengan perempuan lain, dan satu-satunya yang difikirkan Kirana saat ini adalah ia akan tetap melahirkan dan merawat anak itu sendiri kemudian memiliki anak itu untuk dirinya sendiri sebab Rangga tidak mengetahui perihal kehamilannya dan kemungkinan besar tidak akan pernah mengetahuinya.
"Ada apa, Ki? kenapa diam?" tanya Satya memecah kesunyian.
"Enggak, Mas, aku cuma berfikir bagaimana sulitnya aku dari kemarin mencoba untuk mengatakan ini kepadamu, dan sekarang aku merasa lega, lepaskan aku, Mas, aku mohon, aku tidak ingin menyusahkan Mas Satya dengan kehamilanku ini," kata Kirana.
"Tetaplah menikah denganku, Ki, aku tetap mencintaimu, semua ini tidak merubah apa pun, dan anak ini ... aku janji, aku akan menjadikannya bagian dari hidupku juga, aku akan mencintainya, aku janji," kata Satya masih berusaha meyakinkan.
"Kenapa Mas Satya tidak melepaskanku saja, aku tidak baik untukmu, Mas, ini tidak benar," jelasnya.
"Karena aku mencintai kamu, aku cinta sama kamu," tegasnya.
"Entahlah, Mas ... Aku tidak yakin apakah aku bisa membebanimu dengan perbuatan yang tidak pernah kamu lakukan, aku akan menjadi orang jahat kalau sampai melakukan itu, ini tidak adil untukmu," jelas Kirana.
"Tapi aku tidak keberatan, Ki, aku mencintaimu ... sungguh," yakinnya sekali lagi.
"Aku tahu dan tidak pernah meragukan itu, Mas, tapi aku tidak bisa menanggung rasa bersalahku ini dengan membiarkanmu bertanggung jawab atas anak ini,"
"Tolong pikirkan lagi, Ki, pikirkan juga orangtua kamu, ... Aku sungguh tidak ingin kehilangan kamu," kata Satya memohon.
Satya begitu mencintai Kirana hingga meskipun kejujuran yang tengah Kirana utarakan sangat membuatnya terpukul tetap saja itu tidak merubah perasaannya kepada Kirana.
Satya tetap mencintainya dan tidak ingin kehilangan kirana dengan alasan apapun.
Tapi Kirana telah membuat keputusan ia akan merawat anak itu sendiri dan tidak mau menyusahkan orang lain termasuk Satya, ia merasa ini adalah kesalahannya sendiri dan ia akan menanggung akibatnya sendiri pula.
Setelah menemui Satya hari ini hati Kirana menjadi sedikit tenang dan lega, setidaknya tidak ada yang perlu ia sembunyikan lagi dari Satya.
dan untuk keinginan Satya yang mengharapkan Kirana untuk tetap menikah dengannya, ia akan memikirkannya nanti, tapi sungguh ia lebih suka jika Satya meluluskan keinginannya untuk membatalkan pernikahan mereka, sebab Kirana akan lebih baik jika menanggung semuanya sendiri dari pada harus membebani orang lain sekalipun Satya mengatakan ia tidak mempermasalahkan soal kehamilan Kirana, tapi tetap saja ia belum bisa menerimanya begitu saja.
Malam ini untuk pertama kalinya setelah sekian waktu ia menonaktifkan akun medsosnya, tiba-tiba ada keinginan untuk membuka akun tersebut kembali.
ada rasa rindu yang membuatnya ingin kembali menyusuri jejak-jejak kenangannya dengan Rangga saat itu.
dibacanya kembali puisi-puisi cinta yang mengharu biru yang dulu pernah membuatnya larut dan tenggelam pada perasaan yang begitu dalam, yaitu rasa cinta.
Cinta yang pernah tumbuh dalam sekejap mata namun nyatanya mampu bertahan sampai sekarang dan tidak pernah berkurang bahkan tumbuh semakin besar dan kuat.
"Aku merindukanmu, Mas Rangga, bahkan dadaku berdegup kencang hanya dengan memikirkanmu saja," kata Kirana seraya menatap foto profil kekasih hatinya yang begitu ia rindukan.
perlahan jari-jarinya mengetik rangkaian kata untuk mengungkapkan perasaan rindunya yang begitu dalam.
Aku menerka-nerka
bagaimana isyarat itu terasa begitu nyata?
Sementara di dalam dada degup rindu itu kurahasiakan
@kiranaputri